Monday, June 30, 2014

Menggaji Karyawan


            Menggaji karyawan bukanlah kegiatan yang umum saya lakukan. Saya bukanlah seorang bos, atau pemilik perusahaan. Saya hanya orang yang baru belajar membangun dan menjaga kepercayaan. Mengaji karyawan. Itulah yang saya lakukan 2 hari yang lalu.
            Saya dipercaya untuk mengecek keuangan di sebuah tempat fitness milik alumni, dan sekaligus memberikan gaji kepada partimer yang bekerja disana. Ada rasa kesenangan saat memberi gaji. Siapa yang tidak senang akan gaji? Tentu semuanya senang dan mengharapkan hal itu, saya ikut merasakan kebahagiaan ketika memberikan gaji, karena tentunya orang yang saya berikan gaji biasanya senang dan menyambut saya dengan antusias. Walau sebenarnya saya cukup was-was juga seandainya saya salah dalam merekap gaji,tentu akan ada complain atau sebagainya. Tapi syukurlah itu tidak terjadi. Tidak hanya memberi gaji, tapi saat itu juga saya mengambil gaji saya sendiri. Pegawai mengambil gajinya sendiri mungkin tidak biasa, tapi inilah bentuk hasil dari kepercayaan yang sudah saya jaga selama ini. Walau tidak banyak, saya bersyukur bisa bekerja dan mempunyai penghasilan sendiri, cukup membantu meringankan beban orang tua.
            Saat mengambil gaji, sekilas saya teringat seorang yang sangat penting dalam hidup saya. Setiap awal bulan dia akan selalu mentraktir saya makan ditempat yang jarang saya kunjungi sebelumnya dengan gajinya. Terkadang dia membelikan saya kaos baru atau apa saja yang saya minta. Namun kini semua itu tidak ada lagi ketika dia pergi mendahului saya. Semuanya kini harus saya usahakan dan perjuangkan dengan kemampuan sendiri.
            Bekerja sambil kuliah tentu akan banyak meyita waktu, pengelolaan yang baik adalah kuncinya. Saya bersyukur karena dapat bekerja diposisi yang lumayan nyaman dan menyenangkan. Teringat kembali salah sorang teman saya sempat berkata “ Enak banget kerjaanmu, gitu aja dapet duit”. Kalau boleh saya jelaskan, usaha terberat saya adalah saat belum mendapat pekerjaan. Mungkin banyak yang tidak tahu bagaimana usaha saya dulu untuk menunjukkan kemampuan saya, bagaimana bekerja cepat dan sigap, hingga akhirnya mendapat sebuah kepercayaan.
            Salah seorang Dosen saya yang cukup sukses sering bercerita pada saya bahwa beliau sering mendapat apresiasi atau pujian atas apa yang diraihnya saat ini. Namun  tidak banyak yang menanyakan seberapa besar usaha beliau sebelum meraih kesuksesan dan apa yang beliau lakukan sebelumnya.
            Menggaji dan digaji bukanlah hal yang penting dalam tulisan ini, membangun kerpercayaan dan menjaganya adalah hal terpenting. Hal yang baru saya pelajari secara lebih mendalam selama kuliah, dan pasti akan selalu kepercayaan lainnya yang akan saya perjuangkan dan jaga.

Best Regards
Made Sapta

Thursday, June 12, 2014

Pay It Forward


            Kemarin malam saya dihubungi oleh Guru SMA saya, mungkin sudah hampir 2 tahun beliau tidak menghubungi saya. Beliau  adalah Pak Suarnata guru Bimbingan Konsling saya dulu. Alasan beliau menelepon saya yakni karena ada siswa SMA N 1 Tabanan yang baru diterima di UGM, dan ada beberapa hal yang ingin ditanyakan. Kebetulan yang lolos adalah anak dari Bapak Suarnata sendiri. Pak Suarnata adalah guru Bimbingan Konsling yag juga biasanya menangani proses pendaftaran siswa ke universitas tertentu. 
Kembali teringat kenangan dulu waktu saya kelas 3 SMA hampir setiap hari saya menemuai beliau untuk menanyakan apa saja info universitas yang sudah bisa saya daftari. Selain itu beliau juga membantu saya dalam proses mencari beasiswa bidikmisi, saya merasa sangat terbantu oleh Beliau dan guru BK yang lainnya. Pernah suatu ketika saya sudah diterima disuatu Universitas yang bukan merupakan tujuan utama saya, saya bingung saat itu harus mengambil peluang itu atau tidak karena ada biaya pendaftaran yang lumayan mahal bagi saya.Saat itu saya meminta saran kepada guru BK apa harus diambil atau tidak, Pak Suarnata menyarankan untuk diambil saja jika memang ada biaya untuk membayar. Walau akhirnya saya tidak jadi ambil karena tidak ada uang, saya tetap merasa terbantu dengan saran-saran yang diberikan oleh guru-guru BK. Hingga sampai tiba pengumuman SNMPTN, saya diterima di UGM dengan beasiswa Bidikmisi, saya sangat senang waktu itu, terlihat juga rona kebahagiaan dan kebanggaan dari guru –guru saya saat itu yang benar-benar mengikuti proses saya dari awal mendaftar sampai diterima.
Kini setelah 2 tahun kuliah di UGM, Pak Suarnata berbalik bertanya kepada saya, “ Bagaimana apa harus diambil kesempatan kuliah di UGM untuk anak saya ini ?”  Langsung saya jawab diambil Pak, nanti saya siap bantu kalau ada hal yang diperlukan di Jogja. Merasakan nikmatnya kuliah di UGM, harga makanan murah, bnyak beasiswa, suasana Jogja yang ramah, tentu sangat sayang jika tidak diambil.
Pada akhirnya Pak Suarnata akan menghubungi saya lagi nanti jika sudah dekat dengan registrasi. Saya merasa senang kini saya sudah bisa memberi saran kepada orang yang dulu banyak memeberi saya saran. Segala kebaikannya dulu mungkin tidak bisa saya balas kepada beliau, namun kebaikan beliau dulu akan saya teruskan dengan membantu anaknya yang akan ke UGM jika dia jadi mengambil pilihannya.

Kenal baik dengan orang baik seperti Pak Suarnata membuat saya merasa bersyukur, walau tak bisa membalas kebaikannya langsung kepada beliau, namun saya akan meneruskan kebaikan beliau untuk ditularkan dan diberikan ke yang lain J