Tuesday, August 26, 2014

17 Agustus-an di Trans Jakarta


Hari ini saya tiba di Jakarta bertepatan dengan hari Kemedekaan Indonesia yang ke 69. Setelah hampir 3 tahun yang lalu saya ke Jakarta dalam rangka studi tour, hari ini saya kembali kesini untuk presentasi ke Universitas Indonesia. Hiluk pikuk kota Jakarta sudah terasa sejak awal begitu sampai di Jakarta. Padatnya kota dan selokan yang pekat hitam penuh dengan sampah.
Yang menarik juga saat ini adalah hari perayaan RI yang ke 69, dimana-mana ada upacara bendera dan yang dibeberapa jalan ada pengalihan jalan. Begitu juga dengan jalur Transjakarta yang saya tumpangi kali ini.
Kali ini adalah kali pertamanya saya menaiki Transjakarta, kendara yang umum saya lihat dipemberitaan di TV,namun tidak umum saya naiki. Membandrol kocek seharga Rp.2000 saja, saya sudah bisa naik di Transjakarta. Saya heran dengan harga 2000 saya bisa dapat apa di Transjakarta ya??
Benar saja begitu pertama masuk, saya tidak mendapat tempat duduk,  saya berdiri saja. Setelah pegal-pegal dan kurang tidur dikreta, sekrang beridiri lagi di Transjakarta. Untuk sampai ke stasiun tujuan saya, saya harus transit beberapa kali. Tentu saja ini karena ada pengalihan di bebebrapa jalan sehingga saya harus naik dan berganti Busway beberapa kali. Posisi berdiri di Bis, dengan membawa bnyak barang, terlebih Tegar teman saya mengatakan hati-hati bawa barang berharganya, membuat saya berdiri sigap penuh kewaspadaan, maklum ini Jakarta, bukan daerah yang saya tahu, terlebih banyak pemberitaan di media mengenai kasus kriminal di Jakarta, jadi tak apalah saya berdiri dengan penuh kewaspadaan.

Berdiri seperti ini membuat ingatan saya kembali ke masa SD saya, waktu itu perayaan kemerdekaan Indonesia juga, saya berdiri tegap memimpin jalannya upacara. Dari kelas 5 SD sampai kelas 6 saya tak pernah absen menjadi pemimpin upacara. Entah bagaimana bocah SD didusun terpencil, dimana SDnya terletak disebelah kuburan bisa melanglang buana ke kota metropolitan ini. Saya bersyukur untuk yang satu ini. Kalau dosen saya berkata cara terbaik untuk memetakan dunia adalah menjelajahinya, maka walau belum sampai ke luar Indonesia, ada baiknya saya menjelajah Indonesia terlebih dahulu. Selamat hari kemerdekaan J

Sunday, August 17, 2014

Presentasi ke UI – Kereta Yang Tertunda


16 Agustus 2014
            Sore ini kembali lagi saya akan ke stasiun Tugu untuk naik kereta untuk yang ke 2 kalinya setelah beberapa bulan lalu sempat ke Surabaya untuk presentasi di ITS. Hari ini saya tidak ke Surabaya melainkan pergi ke Jakarta karena akan menghadiri acara Lomba Karya Tulis sekaligus Seminar di Universitas Indonesia.
            Kereta saya kali ini yakni cukup kelas Ekonomi AC saja, walau ekonomi ternyata harganya cukup mahal juga,dari stasiun tugu ke stasion Senen, Jakarta harga tiketnya Rp. 185.000. Untuk masalah biaya ini untungnya ada bantuan dana dari jurusan, yang dibantu oleh dosen saya Bu Yulaikhah, tak ada Dosen yang lebih keren selain Dosen yang mau mendukung mahasiswanya untuk mencari pengalaman diluar kampus seperti Bu Yulaikhah ini.
            Kembali lagi ke kereta, kereta saya akan berangkat pukul 18.15 WIB dan sampai di Stasiun senen pukul 02.00 dini hari. 1 jam sebelum keberangkatan tentu saja saya sudah mempersiapkan diri distasiun, diantar oleh sodara laki-laki saya, Cahya. Walau beda Ibu dan Ayah dia sudah saya anggap sodara laki-laki saya
            Tiba distasiun lebih awal tentu membuat saya menunggu. Tapi ada sedikit perubahan ternyata dengan jadwal keberangkatan saya kali ini. Ketika sudah masuk pukul 06.00 ada pengumuman yang mengatakan Kereta Gajah Wong, kereta yang saya naiki diundur kedatangannya 45 menit. Alhasil saya harus menunggu lagi, saya memustuskan menelpon Wita, pendamping saya yang dari tadi sudah menanyakan kapan berangkatnya.
            Setelah 45 menit kereta juga tak kunjung datang, ada pengumuman lagi yang mengatakan keberangkatan diuntur jadi jam 7.15. Okee kali ini saya cuma duduk untuk menunggu kedatangan kereta. Tidak ada kejelasan kenapa keretanya terlambat. Sampai akhirnya jam menunjukkan pukul 7.30 keretanya baru datang. Akhirnya perjalann segera dimulai. Ini bukan kali pertamanya saya naik kereta ekonomi, sebelumnya juga pernah, eksekutif, bisnis sudah dicoba, untungnya semuanya dengan biaya gratis J
            Saya duduk di gerbong 5 nomor kursi 15 B dan Tegar, adik kelas saya yang saya ajak lomba duduk disamping saya. Didepan saya sudah duduk pria dan wanita, sepertinya suami istri.
            Karena kelas Ekonomi, tentu kursinya saya yakin tidak akan terlalu nyaman untuk tidur. Sejenak saya melihat sekitar,pemandangan yang saya dapat kurang mengenakkan. Ada Bapak-bapak yang tidur terlentang di bawah, Cuma beralaskan koran, entah kenapa diijinkan tidur dibawah. Waktu terus berjalan mata mulai mengantuk, ketika sudah mulai tidur terdengar tangisan bayi dibelakang saya, cukup keras dan berlangsung lama. Untuk hal ini tidak ada yang bisa protes, terdengar orang tuanya berusaha keras mendiamkan anaknya. Alhasil tidak jadi tidur saat itu..
            Belum beberapa lama kereta berjalan, tiba-tiba kereta berhenti, bukan berhenti distasiun,entahlah kenapa berhenti. Tapi sepertinya gak akan sampai pukul 02.00 pagi. Tak sengaja saya mendengar 2 orang Bapak-Bapak yang mengbrol disebelah saya.
            “Indonesia susah maju kalau transportasinya telat seperti ini” salah seorang  Bapak- Bapak sedikit mengeluh dengan lawan bicaranya.
            Memang benar sih kalau telat seperti ini ada sesuatu hal yang salah. Jadwal yang harusnya saya tiba jam 2 pagi menjadi jam 6 pagi. Entah siapa yang harus mendobrak kebiasaan yang kurang baik ini. Enginneer kah? Politikus? Mentri? PT KAI? Entahlah, sepertinya semuanya harus berbenah J  


Tuesday, August 12, 2014

Sidang Skripsi dan Sidang MK


Beberapa minggu lalu saya mengikuti sidang skripsi, bukan sebagai mahasiswa yang disidang namun hanya sebagai penonton. Kebetulan yang skripsi adalah kakak senior yang saya kenal cukup baik, jadi saya memutuskan untuk melihat sidangnya. Bersyukur sekali saya ikut menonton sidang ini, menyimak sidang skripsi adalah ilmu yang sangat berharga. Selain tahu bagaimana jalannya sidang, kita juga akan tahu penelitian yang sudah dilakukan oleh kakak kelas, tanpa perlu repot membaca skripsi yang biasanya sangat tebal. Dan yang penting juga tahu bagian mana yang dikoreki oleh dosen, dan bagaimana caranya mengoreksi. Hal ini tentu penting bagi mahasiswa semester 4 yang tentunya akan skripsi suatau hari nanti, dan diuji oleh dosen juga.
Jalannya sidang diawali dengan pemaparan materi skripsi oleh mahasiswa kemudian baru ditanggapi oleh dosen, bisa kritik, saran, pertanyaan, dan lain-lain. Yang menarik adalah saat dosen memberikan tanggapan, adalah point yang sangat penting bisa memberikan jawaban dari tanggapan dosen dengan tepat dan meyakinkan. Dari 2 sidang skripsi yang saya iikuti, dosen diawal akan mengoreksi dibagian penulisan. Salah ketik memang sangat bisa terjadi, tapi dalam skripsi, walaupun tebal, ternyata Dosen di Geodesi sangat teliti dalam hal ini, Bagaimana tidak teliti, kata “dipasar” yang dimana seharusnya anatar “di” dan “pasar” dipisah, namun diskripsi disambung, akan disalahkan oleh Dosen. Ada juga yang mempermaslahkan singkatan-singkatan, jika diawal singkatan itu belum ada dijelaskan kepanjangan tidak boleh dikalimat-kalimat berikutnya tetap digunakan singkatan, harus ada penjelasannya diawal baru boleh menyingkat dikalimat-kalimat berikutnya, walaupun singkatan itu sudah lumrah. Misalnya saja GPS. Saya harus menulis “Global Positioning System (GPS)” diawal, baru kemudian kata  “Global Positioning System” cukup ditulis GPS. Ha yang keliatannya sederhana tapi ternyata mendapat perhatian yang seirus. Itu baru cara penulisan, belum lagi apabila ada kata-kata tatau kalimat teknis yang salah ketik, itu bisa juga berbahaya karena bisa mengubah makna.
Ternyata terbiasa menulis dengan tata bahasa yang benar merupakan hal yang sangat penting. Jangankan skripsi, seorang mahkamah konstitusi (MK) juga mengkritik akan kesalahan menulis dalam laporan gugatan yang diajukan salah satu pasangan capres yang baru-baru ini hangat dibahas. Entah mengapa pada sidang MK yang pertama, koreksi tentang tulisan yang disampaikan hampir sama dengan apa yang dosen saya katakan.
Kembali lagi ke sidang skripsi, ada hal yang menarik lagi saat itu yakni bagaimana dosen bisa “sedikit” merubah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan mahasiswa. Kebetulan skripsi yang saya tonton kejadian seperti itu. Skripsi yang awalnya sudah selesai kesimpulannya ditambah menjadi “Perlu penelitian lebih lanjut untuk menguji kembali untuk mengetahui hasil yang lebih akurat”, kurang lebih intinya seperti itu. Berbicara soal akurasi inilah salah satu yang ditonjolkan ilmu Geodesi. Ada salah satu skripsi yang membahas pergeseran suatu Waduk yang saya tonton. Waduk bergeser 1 cm dalam 1 tahun akan menjadi masalah yang rumit bagi mahasiswa Geodesi. Begitulah Geodesi, salah satu keunikannya bisa mengukur hal yang jarang orang pikirkan untuk diukur J
Beberapa skripsi lain juga saya dengar waktu sidang ada yang ditanyain “habis-habisan ” oleh Dosen. Hal tersebut membuat saya mulai berpikir mau mengambil topic apa nanti dan dengan dengan dosen siapa haus skripsi. Survei Hidro sepertinya menarik untuk dibahas J

Setelah selesai menonton skripsi saya sempat berbincang dengan dosen yang cukup dekat, saya bertanya apa harus disidang skripsi mahasiswa juga dikritik habis-habisan? Jawaban dosen kurang lebih seperti ini, Seorang Dosen penguji memiliki tanggung jawab akan skripsi yang diuji, bagaimana nantinya jika suatu skripsi ada kekeliruan kemudian skripsi tersebut digunakan dalam dunia kerja, jika baru terbukti salah didunia kerja, tentunya mahasiswa yang bersangkutan bisa lebih dikritik lagi didunia kerja, mungkin sama seperti dikritik saat sidang MK. Sesungguhnya saran dan kritik dosen saat sidang adalah untuk menyelamatkan mahasiswa itu sendiri agar memahami betul isi skripsi itu, terlebih nanti jika digunakan di dunia kerja. Kurang lebih itu yang saya tangkap dari perbincangan bersama seorang Dosen, setelah dipikir kembali ada benarnya juga J. Jika guru saya sering mengatakan skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai, kalau boleh saya tambahkan srkipsi yang baik adalah skripsi yang selesai dan bisa dipertanggungjawabkan J.