Kali ini saya akan berbagi pengalaman saya terkait pengukuran batimetri yang saya ikuti minggu lalu tanggal 26 Mei 2013 di Waduk Sermo. Walau dalam proses pengukuran ini saya bukanlah ‘pemeran utama’ , tapi selalu ada kenangan,pengetahuan dan motivasi yang sangat sayang jika tidak dibagi dan diabadikan melalui blog gratisan ini.
Awalnya masih tak menyangka kalau disemester 2 ini saya sudah bisa ikut terlibat langsung dalam proses pengukuran batimetri,mungkin banyak dari senior saya yang belum pernah melakukan pengukuran batimetri secara langsung, Karena materi dan prakteknya baru diperoleh disemester 5.
Survey hidro ini bisa saya ikuti awalnya karena tawaran dari dosen pembimbing PKM saya,yakni Bapak Abdul Basith. Beliau sedang membantu mahasiswanya yang sedang menyusun skripsi yang kebetulan berkaitan dengan survey hidrografi dan mengambil penelitian di waduk Sermo. Tawaran dari dosen ini tentu tak saya lewatkan,karena pengalaman ini mungkin tak semua orang bisa dapatkan. Saat itu saya sangat merasakan betapa pentingnya mengenal dosen,tapi lebih penting lagi kalau kita yang dikenal dengan baik oleh dosen. Bersyukur sekali rasanya saya ikut PKM sehingga bisa dikenal baik oleh Pak Basith. Alasan lain mengapa saya diikutkan oleh Pak Basith yakni disetujuinya usulan saya dan teman –teman dari departemen Dikti KMTG yang mengajak Pak Basith untuk membuat Study Club Hidro di jurusan Teknik Geodesi, sehingga beliau menyarankan untuk ikut survey hidro ini,agar ada gambaran kegiatan club nantinya.
Pengukuran batimetri ini dilakukan bersama 8 orang yakni Mas Gia mahasiswa teknik geodesi angkatan 2009 yang sedang menyusun skripsi, Mas Indro teknik geodesi 2008, Mas Dicky Teknik geodesi 2010, Mas Bagas Teknik Geodesi 2011,Mas Bowo penjaga Lab. Hidro,Pak Basith dan Pak Bambang selaku dosen pembimbing dan saya tentunya. Saya sadar waktu diajak survey ini saya tidak banyak punya bekal ilmu dibidang pengukuran batimetri secara langsung, tapi yang saya tahu tenaga saya mungkin masih berguna nanti untuk membantu membawa atau memindahkan alat – alat yang diperlukan. Ternyata benar saja, pagi – pagi jam 06.00 WIB saya sudah berada dikampus dan diberi tugas untuk membantu memindahkan alat dari lab ke mobil. Saat itu saya juga belum tau alat apa saja yang saya angkat, belum ada kesempatan untuk menanyakan lebih detil, pikiran saya pasti nanti selama pengukuran bisa saya tanyakan kepada senior – senior saya. Lokasi waduk sermo cukup jauh dari kampus, bisa ditempuh dengan mobil sekitar 50 menit sampai 1 jam perjalanan. Saya sebelumnya belum pernah ke Waduk tersebut dan tak tahu seperti apa medan yang saya akan hadapi nantinya,pikiran mulai menghayal kemana – mana,ditambah lagi saya yang ter-yunior di tim ini dan belum banyak pengalaman sehingga ada sedikit rasa was – was juga. Pagi jam 8 akhirnya tim berangkat ke waduk Sermo dengan membawa 2 mobil, dan sekitar jam 9 kita sampai di Waduk Sermo. Pikiran saya menjadi lebih tenang begitu sampai di Waduk Sermo, karena Waduk Sermo ini ternyata adalah obyek wisata, yang menyuguhkan pemandangan yang indah dan air yang sangat tenang. Disana tentu saja saya awalnya masih memerankan peran saya sebagai juru angkat alat dari mobil menuju ke perahu nelayan kecil. Naik perahu ini pun baru pertama kali ini saya rasakan. Setelah semuanya siap dikapal ,survei pun segera dilakukan,hal yang pertama dilakukan adalah mempersiapkan dan memasang alat – alat yang akan digunaakan untuk pengukuran batimetri. Survey batimetri adalah survey yang dilakukan untuk pengukuran kedalaman laut atau wilayah perairan. Pada saat persiapan pemasangan alat inilah saya menemukan kesempatan untuk bertanya – tanya kepada senior. Dengan beberapa sentuhan “kepo” akhirnya saya bisa cukup mengerti alat apa yang akan digunakan dan apa gunanya. Alat yang digunakan antara lain Echosounder, GPS, moxa, fishfinder, Transduser,barchek, dan laptop tentunya yang sudah dilengkapi dengan software Hidro pro.
Stelah bertanya kepada Mas Gia,yang merupakan “pemeran utama” dalam survey kali ini, saya mulai mengerti kalau ternyata inti dari tujuan skripsinya adalah membandingkan ketelitian alat Transduser dengan fishfinder didalam pengukuran kedalaman wilayah perairan. Echosounder disini merupakan alat utama yang dalam pengukuran batimetri dan dapat langsung maanpilkan hasil ukurannya. Sedangkan fishfinder sebenarnya alat yang biasa digunakan nelayan atau pemancing untuk mendeteksi keberadaan ikan, namun findfiser ini juga dapat menampilkan data berupa kedalaman. Selain itu ada juga yang disebut Transduser yang berfungsi menirimkan sinyak akustik kedalam air menuju dasar laut sehingga nantinya bisa diperoleh kedalamannya. Transduser ini dapat ditaruh disamping kapal dan berada dibawah permukaan air. Tranducer memancarkan sinyal -sinyal akustik ke bawah permukaan laut. Sebenarnya prinsipnya hampir sama seperti pengukuran jarak menggunakan total station. Rumusnya : Jarak = ( Kecepatan gelombang x Waktu ) / 2. Alasan dibagi 2 yakni karena jarak yang ditempuh kan bolak balik, jadi dibagi 2 supaya jarak one way saja yang didapatkan. Alat penting lainnya adalah barchek, barchek ini berbntuk seperti rantai dengan ada bagian besi yang sedikit melebar diujungnya. Setiap kali sebelum melakukan pengukuran batimetri kedalaman dasar laut, kita harus melakukan kalibrasi Barcheck.. Prinsip kerjanya sederhana saja, pertama kita ukur draft ( jarak permukaan air ke sensor ), kemudian kita inputkan ke dalam echosounder, setelah itu barcheck kita taruh di kedalaman 1 meter dekat dengan sensor tranducer . Logikanya kan seharusnya pada barcheck 1 meter, angka yang dibaca di echosounder juga 1 m...Namun biasanya tidak 1 meter, tetapi 1,2 meter atau lebih. Nah karena itu kita harus merubah parameter Velocity dan Indeks sedemikian rupa sampai kedalaman pada barcheck 1 meter,dan angka yang dibaca echosounder juga 1 meter. Nah itu tadi adalah sedikit penjelasan mengenai alat – alat yang digunakan,selanjutnya ketika semua alat telah siap dipasang, survey mulai dilakukan. Melalui laptop yang sudah terinstal dengan software hidro pro,kini dilayar mulai nampak lokasi kapal yang berada pada suatu titik didalam peta jalur yang akan dilewati nantinya. Peta jalur ini sebelumnya sudah dibuat oleh Mas Gia dengan bantuan google map kemudian dilakukan digitasi dengan Auto Cad. Bagian selanjutnya adalah bagian favorit saya selama survey kali ini, yakni lewat layar laptop kemudian kapal mulai bergerak dan tim mulai mengarahkan kapal agar tidak keluar dari jalur yang diinginkan. Melihat layar laptop dan membantu mengarahkan kapal membuat saya seolah –olah sedang berada di kapal Sonne yang megah dan melakukan penelitian skala Internasional. Mungkin ada yang belum tau kapal sonne adalah kapal yang digunakan untuk pemelitian dasar laut skala internasional disamudra Hindia oleh beberapa orang peneliti,salah satunya adalah dosen teknik geodesi UGM,yakni Bapak Made Andi Arsana. Semua cerita tentang pengalaman beliau sudah dibukukan dalam bukunya yakni “Cincin Merah di Barat Sonne” , beruntung saya telah selesai membaca bukunya itu karena beberapa teori yang dijelaskan dibuku itu terkait pengukuran batimetri bisa saya rasakan dan praktekkan secara langsung. Untuk survey selanjutnya kebanyakan hanya memantau pergerakan kapal saja melalui laptop.
Itulah sedikit pengalaman yang bisa saya ceritakan ditengah masih minmnya dasar ilmu yang saya miliki terkait hidro. Membaca buku dan refrensi – refrensi lain terkait hidro mungkin bisa dilakukan dengan membeli bukunya,namun sebuah pengalaman tak akan bisa dibeli dimanapun kalau tidak kita usahakans endiri untuk memulai dan mencarinya.