Mengukur deformasi bukan merupakan kegiatan yang
sering saya lakukan. Namun kali ini, saya mendapat kesempatan terlibat dalam
pengukuran deformasi Waduk Sermo. Pengukuran kali ini dilaksanakan 2 hari pada
tanggal 8 dan 9 November 2014. Jika ada yang masih asing dengan istilah
deformasi, deformasi itu sama dengan pergeseran. Lalu untuk apa mengukuran
pergeseran Waduk? Disinilah peran geodesi, melakukan monitoring. Bayangkan jika
ternyata suatu tanggul waduk setiap beberapa bulan atau dalam 1 tahun
mengalami pergeseran, bisa saja waduk tersebut berpotensi untuk jebol, kalau sudah begitu
tentu akan berbahaya. Maka dari itu perlu dilakukan monitoring secara berkala.
Pengalaman mengukur waduk ini saya bisa dapat berkat
ajakan dari kakak angkatan saya yang sedang menyelesaikan tesisnya, yakni Dessy
Aprianti, Mahasiswi Teknik Geodesi UGM angkatan 2010. Ajakan ini cukup menarik,
sebelumnya Mbak Dessy menyelesaikan skripsinya juga dengan meneliti deformasi
Waduk Sermo, waktu itu saya menonoton sidang skripsinya. Kebetulan ada 1 titik
yang pergeserannya agak aneh menurut dosen pengujinya, entah itu karena salah
mengolah data, salah mengukur atau sentering, saya tidak tahu. Yang jelas saya
sering “menggoda” Mbak Dessy, dengan mengata-ngatai kalau skripsinya tidak
akurat karena ada pergeserannya aneh, tentunya hal ini hanya sebatas guyonan
tanpa bermaksud menyinggung perasaan, apalagi ingin mengkoreksi skripsinya yang
tentunya saya tahu kalau Mbak Dessy sudah sangat ahli dalam mengolah data hasil
ukuran deformasi. Namun untuk data tesisnya kali ini sepertinya tidak bisa saya pakai
guyonan lagi, hal ini dikarenakan saya sendiri tergabung dalam tim yang
mengukur. Dan jika adanya data yang aneh maka dimungkinkan
juga terjadi karena kesalahan selama proses pengukuran. Maka dari itu saya
mencoba untuk mengukur sebaik mungkin agar tidak ada kesalahan.
Pengukuran
deformasi ini tergolong pengukuran yang memerlukan akurasi tinggi sehingga
pengukuran harus benar-benar teliti, mulai dari tahap mendirikan alat, membidik
dan mencatat harus teliti. “Kenapa harus teliti??” Jawabannya jika tidak teliti akan mempengaruhi hasil
akhir pengolahan data. Salah satu tujuan utama pengukuran ini yakni untuk
mengetahui apakah terjadi deformasi di waduk sermo atau tidak. Jika kurang teliti
misalnya pada saat mengukur terjadi kesalahan centering 1 cm,hal ini bisa mengubah
kesimpulan akhir, misalnya seharusnya kesimpulan yang benar adalah tidak
terjadi deformasi pada waduk sermo, namun karena kesalahan centering akhirnya
kesimpulannnya berubah menjadi terjadi deformasi di waduk sermo, jika sudah salah
seperti itu tentu dapat membahayakan, apalagi jika data pengukurannya benar-benar
dipakai misalnya oleh instansi pemerintah.
Pengukuran dengan ketelitian tinggi merupakan salah
satu ciri khas Geodesi, hasil pengukuran dituntut memiliki akurasi dan presisi
yang tinggi. Bayangkan pergeseran waduk beberapa mili meter saja begitu
diperhatikan, apalagi kamu. :)
Dalam pengukuran kali ini ada 5 orang yang terlibat
termasuk Mbak Dessy. Yang bertugas mengukur yakni ada Mas Bagas Lail (Teknik Geodesi
2011), Mas Lutfi (Teknik Geodesi 2011), dan saya tentunya. Selain itu ada juga Mas Afradon (Tekbik Geodesi 2010)
yang membantu memberi pengarahan dalam mengukur dan sekaligus menjadi supir.
Seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya, saya menjadi orang yang termuda dalam
tim, kondisi ini sebenarnya sangat meguntungkan, karena saya tahu saya akan
bepeluang mendapat paling banyak pelajaran dari senior-senior saya. Beberapa
tips untuk mahasiswa yang masih junior atau baru masuk kuliah, mulailah
membangun hubungan baik dengan seniornya sedini mungkin, perbanyak teman, dan
tunjukkan sikap yang ingin belajar lebih dengan senior, maka jika ada pekerjaan
seperti proyek atau penelitian kita bisa terlibat didalamnya, dan kadang
pengalaman proyek atau peneilitian diluar kampus, ilmunya akan sangat berharga
dan bisa tidak didapat selama perkuliahan. Saling membantu antar angkatan
seperti yang saya dan teman-teman lakukan diwaduk sermo ini sebenarnya sangat
menguntungkan, saya yang masih junior mendapat pengalaman mengukur dan
memanfaatkan ilmu yang baru saya dapat diperkuliahan, sedangkan yang lebih
senior pekerjaannya bisa lebih ringan karena ada bantuan tenaga dari
adik-adiknya.
Kembali lagi ke pengukuran di Waduk Sermo, konsep
pengukuran deformasi ini sebenarnya tidak terlalu rumit. Intinya kita
meletakkan titik di sekitar waduk sermo dan dihitung koordinatnya, kemudian
dalam selang waktu tertentu titik tersebut diukur kembali dan dihitung
koordinatnya, jika hasil koordinatnya masih sama seperti sebelumnya maka Waduk
Sermo tidak mengalami pergeseran, namun jika koordinatnya berubah maka
kemungkinan terjadi deformasi. Berikut ilustragi titik disekitar waktu sermo.
Tugas saya dalam pengukuran ini adalah mengukur
jarak antar titik BM (Bench Mark) / titik kontrol, dan mengukur sudut yang
dibentuk antar titik. Kemudian hasil ukuran jarak dan sudut ini akan diolah
oleh Mbak Dessy dan hasilnya berupa koordinat, koordinat tersebut adalah
koordinat titik-titik BM. Seperti penjelasan sebelumnya koordinatnya akan
dibandingkan dengan koordinat yang sebelumnya pernah dihitung.
Pengukuran sudut dilakukan 2 seri rangkap, sehingga
1 titik didapat 8 kali bacaan sudut. Sedangkan jarak diukur 10 kali. Karena
menggunakan alat Total Station jadi tidak
terlalu sulit dalam mengukur, yang menantang adalah lokasi titiknya yang
tidak semuanya ditempat yag mudah dijangkau, ada 1 titik yang letaknya diatas
bukit, sehingga untuk mencapainya harus mendaki terlebih dahulu lengkap sambil
membawa statif dan Total Station. Selain itu jarak antar titik jaraknya cukup
jauh, sehingga sewaktu memindahkan alat perlu waktu yang cukup lama. Namun
ketika alat sudah terpasang semuanya, pengukuran bisa dilakukan dengan mudah,
tantangan lainnya yakni cuacanya yang cukup panas, karena semua titik berada
ditempat yang terbuka, alhasil kulit menjadi lebih gosong setelah mengukur.
Tapi untungnya saya, Mas Bagas dan Mas Lutfi saling bergantian mengukur
sehingga gosongnya merata J
Walau panas, mengukur disekitar Waduk Sermo
sebenarnya menyenangkan karena Waduk Sermo juga merupakan lokasi wisata, pemandangannya
begitu indah. Yang tidak menyenangkan adalah ada banyak sekali orang pacaran
disekitar Waduk Sermo. Saya mengukur di titik-titik yang letaknya
diplosok-plosok Waduk Sermo, dan ternyata diplosok-plosok juga banyak yang
pacaran, untuk yang ini saya sarankan tidak untuk ditiru. Akhirnya beberapa
kali saya salah bidik, yang ini juga jangan sampai terjadi J Beberapa kali saya “mengusir” orang yang sedang
pacaran. Karena saya mengukur didekat orang pacaran, akhirnya beberapa pasangan
memutuskan untuk pergi, mungkin merasa terganggu, padahal saya yang sebenarnya sangat
terganggu dengan orang pacaran ini, sudah baru putus, dihadapi pada pemandangan
tidak menyenangkan pula, cuaca menjadi semakin terasa “panas”.
Kembali ke proses pengukuran, ada satu lagi kejadian
yang menarik, ada 1 titik yang sangat sulit dibidik karena tertutup oleh
semak-semak,jika kata Mbak Dessy tahun lalu tidak ada semak-semak selebat
sekarang, maka sekarang semak-semaknya sudah menutupi pandangan dari 1 titik ke
titik yang lainnya. Karena sepertinya tidak mungkin membersihkan semak-semak
yang begitu lebat maka apa yang dilakukan?? Yang dilakukan yakni mendirikan
prisma setinggi mungkin, dan mendirikan Total Station lebih pendek dari
biasanya. Sedikit tips bagi yang ingin mulai memasang titik BM yang akan
digunakan untuk mengukur deformasi secara berkelanjutan, pastikan saja titik
tersebut masih bisa dilihat dipengukuran berikutnya..
Itu saja mungkin yang bisa diceritakan dipengukuran
kali ini. Pengukuran kali ini berakhir diwarung makan ayam cepat saji, tentu
saja ditraktir pemeberi pekerjaan J Pengukuran kali ini benar-benar memberi banyak ilmu
tambahan, dan yang penting pengukuran kali ini tidak akan terjadi kalau saya
tidak dekat dengan kakak-kakak saya dikampus. Jadi mulailah menjaga hubungan
baik dengan kakak-kakak senior, dosen dan semua orang yang kita kenal.