Wednesday, May 27, 2015

Menghitung Luasan Wilayah Abrasi di Wilayah Pesisir Menggunakan Citra Satelit Landsat

            Pernah menggunakan citra satelit? Untuk apa biasanya citra satelit anda gunakan? Ada banyak hal yang bisa digunakan dengan citra satelit. Yang umum biasanya untuk melakukan monitoring. Bisa juga untuk klasifikasi tutupan lahan, dan masih banyak hal lagi. Bagaimana dengan menghitung luasan wilayah terabrasi? Citra satelit dapat digunakan dengan tambahan bantuan software ArcGIS.
Menghitung luasan wialayah abrasi ini sudah pernah saya lakukan di tahun 2013 lalu. Yakni menghitung luasan wilayah terabrasi di wilayah Teluk dan Tanjung Benoa Bali, yang saat ini terkenal karena kasus reklamasinya. Bagaigama cara mengetahui wilayah terabrasi menggunakan citra satelit? Kuncinya adalah citra temporal. Jika masih asing dengan istilah temporal, citra temporal maksudnya yakni citra yang memiliki waktu perekaman yang berbeda. Bahasa geodetisnya biasanya disebut pada saat epok yang berbeda. Misal yang saya lakukan dulu yang ni membandingkan citra Landsat tahun 2013 dengan citra landsat tahun 1995 pada lokasi yang sama. Masih bingung bagaimana cara download citra satelit? Satelit Landsat bisa didownload gratis, berikut panduan downloadnya http://madesapta.blogspot.com/2014/07/cara-download-citra-satelit-landsat.html .
      Kembali lagi ke perhitungan luas abrasi, cara yang mudah adalah melakukan overlay. Overlay yang saya lakukan yakni melakukan penumpukan citra yang berbeda waktunya, namun lokasinya sama. Logikanya suatu wialayah yang dulunya masih normal (belum mengalami abrasi) jika ditumpuk dengan citra yang lokasinya sama namun sudah mengalami abrasi, maka akan ada daratan yang awalnya masih ada namun di citra yang lebih terbaru diambil tidak ada. Nah lokasi yang sudah tidak ada di citra tersebutlah yang mengalami abrasi. Untuk lebih memperjelas, berikut adalah 2 citra yang saya lakukan overlay:

Citra Tahun 1995

Monday, May 25, 2015

Menyiapkan Kuliah Online


Pagi ini (25 Mei 2015) tidak seperti biasanya saya datang lebih awal ke kampus. Jam 6.30 sudah berangkat dari kosan menuju ke tempat teman terlebih dahulu mengambil laptop, kemudian langsung melunjur ke kampus. Bukan karena kuliahnya mulai jam 7, tapi saya datang pagi-pagi sekali hari ini karena harus menyiapkan kuliah online. Hanya ada 1 dosen yang mengadakan kuliah online di Geodesi UGM, siapa lagi kalau bukan Bapak Andi Arsana. Saat ini kebetulan beliau mendapat tugas yang mengharuskan beliau pergi ke Boston,US selama 1 minggu. Kalau sudah begini, tentu saja harus ada asisten yang harus bangun lebih pagi dan menyiapkan laptop sebelum kuliah dimulai.
Ini bukan kali pertamanya saya menyiapkan kuliah online, beberapa semester lalu sempat juga membantu menyiapkan kuliah online Matematika Geodesi dan Sistem Basis Data. Kali ini saya kebagian menyiapkan kuliah online Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Survei Kadastral. Lalu apa saja yang harus disiapkan untuk mengadakan kuliah online? Jawabannya cukup sederhana, laptop yang sudah diinstall skype, team viewer, koneksi internet yang harus baik, speaker dan bangun lebih awal jika kuliahnya sudah dimulai jam 7.50 pagi. Skype mungkin umum diketahui orang, bagaimana dengan Team Viewer? Saya sendiri baru saat kuliah ini mengenal Team Viewer. Apa gunanya? Coba dibayangkan, laptop saya yang ada dijogja bisa dikendalikan oleh Bapak Andi yang berada di Boston. Mustahil dilakukan?? Jawabannya tidak jika kamu sudah menginstall Team Viewer. Team Viewer membuat Pak Andi dapat mengendalikan laptop saya dari jauh, tentunya setelah saya berikan id serta password laptop saya, dengan catatan ada koneksi internet yang bagus. Pekerjaan saya menjadi cukup mudah, tinggal nyalakan laptop, hidupkan team viewer, hubungi Pak Andi menggunakan video call di skype, siapkan powerpointnya, selanjutnya tinggal ikut menyimak bersama mahasiswa lainnya, Pak Andi akan menekan tombol next slide dari laptopnya sendiri.
Yang menjadi kendala adalah koneksi Internet, dibutuhkan koneksi internet yang stabil dan diusahakan kencang. Walau sekelas UGM, kadang koneksi internet juga bisa “naik turun”. Waktu kuliah online sebelumnya, saya pernah mengalami gangguan konkesi. Tiba-tiba internet putus dan sulit untuk dikoneksikan kembali sampai akhirnya kuliah diberhentikan lebih awal. Kalau sudah begini akan ada mahasiswa yang senang dan ada juga yang kecewa karena  maetrinya belum selesai (True Story). Untungnya kuliah online kali ini cukup bagus, internetnya lumayan stabil dan kenceng.  Pagi sekali, bahkan petugas kebersihan baru memulai bersih-bersih ruangan saya sudah berada di depan ruangan sendiri sambil ngotak-ngatik laptop. Laptonya milik Aeny Sugianto, kebetulan laptop saya sendiri speakernya kurang bagus (Yang punya laptop minta masuk blog). Pagi sekali saya sudah menemui Pak Maryoto yang biasa berurusan dengan koneksi Internet di Kampus.
“Pak mau kuliah online ini, bisa pakai kabel gak pak untuk koneksi internetnya biar lebih stabil?”
“Maaf Mas, kalau diruangan ini (3.3) tidak bisa, kabelnya gak sampe, pakai wifi saja, sekarang sudah kenceng internetnya”. Jawaban Pak Maryoto ini menghilangkan harapan dan memberikan harapan baru. Langsung saja pakai wifi, masih ada banyak waktu sebelum kuliah dimulai.

Saturday, May 23, 2015

Menganal Pulau-Pulau Kecil di Indonesia


            Kamu orang Jawa atau Sumatra yang belum pernah berpergian hingga keluar pulau? Jika iya, sepertinya sudah saatnya pergi kepulau-pulau kecil dan bahkan berada terluar Indonesia untuk menambah wawasan. Indonesia sebagai Negara kepulauan memiliki cukup banyak Pulau kecil. Tunggu dulu, sejauah mana suatu pulau itu dikatakan pulau Kecil? Menurut Undang-Undang No 1 Tahun 2014 Pulau kecil yakni pulau dengan luas lebih kecil dari atau sama dengan 2000m2 beserta kesatuan ekosistemnya. Kali ini saya coba mengulas beberap pulau kecil yang ada di Indonesia. Sebelumnya peta pulau-pulau kecil di Indonesia ternyata sudah ada di website  direktorat Pulau-Pulau Kecil Indonesia, selengkapnya bisa di cek di website berikut: http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/. Berikut beberapa ulasan mengnai pulau kecil yang ada di Indonesia. Saya buat dalam bentuk peta interaktif. Silahkan klik gambar balon dimasing-masing pulau untuk mengetahui informasi pulau lengkap denga video dan fotonya.

          
 Bagaimana sudah ingin pergi ke salah satu pulau di atas? Masih banyak lagi pulau-pulau lain yang menakjubkan di Indonesia. Menurut Badan Informasi Geospasial saat ini Indonesia memiliki 13.466 Pulau yang terdaftar dan berkoordinat. Memiliki banyak pulau bisa jadi dikatan memiliki asset yang sangat berharga bagi Indonesia, namun disisi lain kita perlu menjaga dan merawat pulau-pulau yang ada, khususnya pulau kecil. Jangan sampai terabaikan, ukuran boleh kecil namun sekecil apapun pulau yang ada selama masih berada di Indonesia merupakan satu kesatuan dengan Nekara Kesatuan Republik Indonesia. Maka dari itu mari rawat Pulau kita.
           


Wednesday, May 20, 2015

Radius Siaga Kawah Tompaluan Gunung Lokon

Seberapa jauh tempat tinggal Anda dari Kawah Tompaluan Gunung Lokon?
Gunakan:
[+] untuk memperbesar tampilan peta (zoom in)
[-] untuk memperkecil tampilan peta (zoom out)
klik dan tahan peta untuk menggeser tampilan peta
Klik icon dipojok kiri atas untuk melihat radius lingkaran.

Jika ingin melihat tampilan peta lebih besar klik disini.




Informasi ini hanya menunjukkan jarak dari Kawah Tompaluan Gunung Lokon dan tidak mewakili status kesiagaan resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain itu, meskipun radius yang ada di peta ini hanya sampai 20 kilometer, kawasan di luar itu juga tetap harus waspada.

Wednesday, May 13, 2015

Simposium Nasional 2015 ITS – Skenario Presentasi yang Berhasil


Mengikuti forum-forum ilmiah ketika menjadi pemakalah selalu menjadi pengalaman yang menyenangkan, apalagi jika harus presentasi keluar Jogja, bisa sekaligus jalan-jalan. Kamis 7 April 2015 lalu saya mengikuti kegiatan Simposium Nasional 2015, di Teknik Geomatika ITS. Yang menyenangkan yakni kali ini saya tidak sekedar menjadi peserta tapi sebagai pemakalah dan harus mempresentasikan paper yang sudah diuat. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Berikut ulasannya.
Saya mengetahui acara Simposium Nasional ini dari Dosen saya, yakni Bapak Andi Arsana. Beliau menantang mahasiswa yang mengambil mata kuliah Pengelolaan Wilayah Pesisir untuk mengirimkan paper ke acara tersebut dan presentasi. Jika berhasil sampai presentasi maka nilai PWP dijamin mendapat A. Yang membuat tertarik bukanlah nilainya A, dalam hati yang terdalam, terdapat gejolak muda yang ingin membuktikan dan menunjukkan diri di acara tingkat Nasional. Dan yang terpenting adalah menerapkan keilmuan sendiri ke dunia nyata dan memberi tahukannya ke disiplin ilmu lain. Jujur saja mengaplikasikan ilmu sendiri untuk penerapan secara nyata bagi saya dapat menghilangkan kejenuhan belajar terutama di semester 6 ini yang terasa sudah mulai bosan kuliah. Ketika menyampaikan keilmuan Geodesi di forum-forum ilmiah, ketika ada disiplin ilmu lain yang menyaksikan dan bahkan bertanya disana kadang membuat saya sadar sejauh mana saya memahami ilmu saya sendiri.
Saya membuat papper tidak sendiri, saya bersama Bagas Lail R (Geodesi UGM 2011) dan Tegar Pualam Syuhada (Geodesi UGM 2013). Terkadang mencari teman membuat papper tidak mudah, saya terbiasa  membuat paper dengan membuat timeline deadline per bab, dan untungnya tim kali ini sudah terbiasa bekerja dikejar deadline. Lalu paper apa yang saya buat? Saya membuaat aplikasi GPS yang ditujukan untuk nelayan tradisional khususnya nelayan di perbatasan untuk pencegahan pelanggaran batas maritime yang saya dan temen-temen namai Boundary GPS. Ide ini bukan merupakan ide baru di Geodesi UGM. Ide ini sudah dulu ditawarkan Pak Andi ke mahasiswa Geodesi, katanya bahkan sebelum saya “lahir” di Geodesi. Dengan sedikit tambahan dan niat menulis akhirnya jadi juga saya buat papper mengenai GPS untuk perbatasan ini. Ternyata menulis memang tidak semudah dibayangkan, akhirnya baru kali ini bisa saya tuliskan ide tersebut dalam papper ilmiah.

Walau produk nyatanya belum jadi sepenuhnya, namun saya tetap percaya diri untuk menuliskan papernya dan menjelaskan konsep idenya. Terkadang kebiasaan mahasiswa Teknik yakni sering menganggap setiap penelitian itu harus ada hasil nyatanya, kadang ide yang kita anggap biasapun biasa dianggap luar biasa bagi orang awam, berbekal pandangan seperti itu saya teruskan saja menuliskan papper walau bentuk nyatanya masih belum selesai.
Singkat cerita paper saya berhasil lolos ke 8 besar setelah diseleksi dari 70 abstrak dan kemudian diseleksi lagi dari 30 paper yang mengirimkan ke panitia SIMNAS. Cukup mengagetkan, saya sendiri awalnya agak was-was bisa lolos atau tidaknya. Tantangan berikutnya yakni presentasi. Pembimbing saya yakni Bapak Andi Arsana, bisa dibilang master presenatator. Rasanya akan berdosa jika saya tidap menyiapkan presentasi dengan baik. Slide presentasi yang bagus dan latihan keras adalah kunci suksesnya. Saya latihan dengan merekam suara saya dan melihat durasi waktunya. Setelah beberapa kali latihan akhirnya fix didapat waktu presentasi 7 menit 40 detik. Dengan waktu presentasi 20 menit sudah termasuk tanya jawab, waktu presentasi 7 menit rasanya tidak masalah.  Slide presentasi sudah disiapkan dengan baik, hampir tidak ada text, hanya ada gambar dan beberapa tambahan animasi. Sedikit joke dibagian awal juga saya tambahkan agar mendapat pusat perhatian. Dan intinya ketika presentasi yakni saya buat seolah-olah bercerita dan membuat orang paham. Apakah presentasinya berhasil? Berhasil bagi saya yakni berhasil karena sudah sesuai dengan apa yang saya latih. Masalah menarik atau tidak, boleh dinilai sendiri video dibawah ini.


Selesai presentasi ada beberapa orang yang menghampiri untuk menanyakan lebih lanjut mengenai papper yang dibuat. Disana baru kadang ilmu yang rasanya biasa saja dikampus, ternyata keren jika dibawa keluar kampus. Apalagi kalau presentasi kali ini di biayai oleh jurusan dan dosen pembimbing. Memang usaha dan kerja keras tidak pernah membohongi hasil yang didapat.




Sunday, May 10, 2015

“The Real Hidrografic Survey” : Nyemplung di Waduk Sermo



            Saya beberapa kali penah ikut survey hidro, tapi survey hidro yang kemarin (9 Mei 2015) saya ikuti sedikit berbeda dan lebih menantang dari sebelumnya. Yang pertama, tidak ada dosen yang mendampingi dalam survey kali ini. Peran dosen kali ini digantikan oleh kapten kapal Bang Barnabas yang juga merupakan mahasiswa Teknik Geodesi. Survei kali ini bertujuan untuk melakukan cheking alat dan sekaligus mengambil data untuk skripsi. Selain cheking alat dan mengambil data, ada 1 misi rahasia dalam survey kali ini yang saya yakin belum ada mahasiswa Geodesi pernah melakukannya sebelumnya. Jika penasaran silahkan baca artikel ini sampai akhir.
            Alat yang digunakan masih sama dengan survey-survei sebelumnya yakni Echosounder Single Beam dan Fishfiner. Alat ini dichek di Waduk Sermo sebelum nanti akan digunakan di Pantai Sadeng untuk pengambilan data skripsi. Yang akan skripsi yakni Mas Trias (Geodesi UGM 2011), Mas Fitrawan ( Geodesi UGM 2010) serta Mas Ivan Sidabutar (Geodesi UGM 2011). Serta ikut juga Mas Yudho yang katanya ingin menggunakan data survey di Pantai Sadeng untuk Tesisnya, yang tesis ini memang agak ribet dijelaskan, jadi tidak saya jelaskan banyak, bisa kontak orang yang bersangkutan jika ingin tau seperti apa judul Tesis jika mengambil topic survey hidrografi. Ada lagi 1 orang yang berperan penting dalam survey ini, yakni Bang Horas . Dia menyebut dirinya “Akamsi” (Anak Kampung Sini), selain jago mengikatkan tranduser ke kapal, ternyata dia juga jago dalam melakukan setting alat dan menyelesaikan permasalah yang dterjadi di alat Echosounder.
Tidak seperti biasanya, saya bukan yang termuda dalam survey ini, sudah ada adik kelas yang ikut survey yakni Yuda (Geodesi UGM 2013), tentunya saja ini berfungsi agar transfer ilmu antar angkatan terus berlanjut.
            Masuk ke bagian teknis, lalu pengecekan alat yang yang dilakukan? Jika sudah membaca tulis saya yang ini Survei Hidro penjelasan ini akan lebih mudah dimengerti. Pengecekan yang dilakukan yakni pertama alat dapat bekerja dengan baik, kedua adalah mengecek kualitas pengukuran pada saat setting alat dalam keadaan frekwensi tinggi dan frekwensi rendah. Satu lagi yakni pengecekan kualitas ukuran data kedalaman ketika 2 tranduser yakni transuder fishfinder dan ecosounder diletakkan dalam posisi yang saling berdekatan dan berjauhan. Tranduser merupakan alat yang berfungsi mengirimkan gelumbang akustik (suara) ke dalam air, dengan diketahui berapa kecepatan gelombang dan waktu tempuh gelombang maka kedalaman bisa didapat.
            Diawal pengukuran semuanya berjalan lancar, jalur kapal yang dibuat hanya garis lurus memotong waduk, karena hanya untuk melakukan pengecekan jadi tidak perlu memutari waduk. Namun permasahan mulai terjadi ketika pengukuran dilakukan dengan frekwensi lebih tinggi. Tiba – tiba echosounder mati. Disinilah peran mahasiswa S1, yakni menangani masalah. Analisis pertama tentu saja permasalahan yang dapat membuat echosounder mati yakni karena sumber dayanya yakni aki. Kemungkinan aki nya habis. Untung masih membawa aki yang lainnya, namun ternyata begitu dicoa aki yang lagi 1 tidak terlalu kuat untuk menghidupkan echosounder. Masih ada beberapa aki kecil lainnya lagi, berbagai rangakian listrik seri dan parallel pun dilakukan untuk menghidupkan echosounder namun belum juga berhasil. Sedikit mulai panik, jangan-jangan permasalahan tidak pada akinya. Bisa gawat kalau ada kerusakan pada alat yang harganya melebihi harga mobil avanza ini.


            Kebetulan sekali pada saat kami mengukur di Waduk Sermo ada tim GPS yang juga sedang melakukan survey Deformasi di sana, mungkin saja mereka membawa aki cadangan. Tim langsung bergegas menuju Tim Deformasi, dalam waktu sekejap aki baru sudah diangkut ke kapal. Saat yang menegangkan terjadi lagi, ketika coba dinyalakan dan akhirnyaa…. Alat masih belum menyala. Hampir 1 jam mengotak atik aki, namun belum ada hasil juga, yang diperlukan adalah aki yang memiliki daya besar yang mampu menghidupkan echosounder. Namun karena waktu sudah semakin sore dan jika kembali kekampus untuk mengambil aki akan sangat tidak efisien, akhirnya tim memutuskan pengecekan alat disudahi, cukup menggunakan data yang sudah terekam sebelumnya. Ada rasa kurang puas kala itu, tujuan utama pengukuran belum terselesaikan sepenuhnya. Namun tunggu dulu, masih ada 1 misi rahasia yang harus diselesaikan.
            Kalau pengukuran utama belum bisa sempurna, minimal misi rahasia ini harus berhasil 100%. Misinya yakni melakukan uji coba pelampung. Bagaimana caranya? Menceburkan diri ke Waduk sambil menggunakan pelampung. Sebenarnya sudah ada larangan untuk tidak berenang di Waduk, namun setelah meminta ijin dan menjelaskan tujuannya, aksi nyebur ini dibolehkan. Pelampung yang dimiliki kampus memang bagus, namun sangat jarang digunakan bahkan ada yang belum pernah dipakai sama sekali. Oke dari pada pusing memikirkan aki tadi, semuanya akhir memutuskan ikut nyebur ke Waduk.
            Dan apa yang terjadi? Ternyata menyenagkan juga main air di Waduk J walau awalnya sedikit menakutkan. Sejenak masalah aki terlupakan, dan saatnya berpose saat di Waduk.




Selesai nyebur, tim langsung bergegas pulang dan mencoba menghidupkan echosounder dengan aki yang baru, dan akhirnya Echosounder mau menyala kembali. Syukur nilai skripsi sepertinya masih bisa keluar nanti J . Pesan untuk surveyor hidrografi dimana saja, pastikan membawa aki cadangan yang memadai ketika survey hidro dimana saja berada.

Salam Survei Hidro