Thursday, December 15, 2016

Menghitung Productivity Excavator




Membahas mengenai productivity tak pernah lepas dengan yang namanya Kapasitas dan Cycle Time. Sebagai seorang yang newbie di dunia tambang saya mencoba untuk menuliskan setiap ilmu baru yang saya dapat, bagi sebagian orang yang sudah berkecimpung lama di dunia tambang, mungkin tulisan ini hanya berisi butiran debu yang ilmunya sudah biasa diterapkan, namun bagi saya ini adalah hal yang baru dan jika saya konsisten menuliskannya dari awal saya berkarir di tambang sampai suatu hari ini berhenti, butiran debu ini dapat menjadi badai debu yang disegani banyak orang.
Oke kembali lagi ke productivity, kali ini saya membahas productivity Excavator . Dalam proses penambangan terdapat 3 tahapan utama yakni gali, muat dan angkut. Exca termasuk ke dalam alat yang digunakan dalam proses gali dan muat. Dalam melakukan penggalian terdapat beberapa macam tipe excavator, masing-masing exca memiliki kapasitas bucket yang berbeda-beda. Jika melihat kembali definisi productivity, yakni. productivity adalah jumlah produksi yang di dapat suatu unit dalam satu periode waktu tertentu, maka bisa dikatakan productivity exca yakni berapa material yang dapat digali dan dimuat exca dalam satu periode waktu tertentu. Untuk mengetahui  productivity exca, yang perlu kita ketahui yakni kapasitas bucketnya, serta waktu yang diperlukan unntuk melakukan satu kali gali dan muat yang disebut dengan satu kali cycle time. Secara matematis rumus productivity exca dapat dicari dengan persamaan:

            Inti dari rumus diatas yakni berapa volume material yang didapat dalam waktu satu jam, sehingga satuan productivity diatas yakni m3 / jam. Jika ditelaah satu persatu penjelasan dari persamaan diatas yakni, angka 3600 yakni angka konversi dari waktu cycle time yang awalnya detik agar hasil akhir bisa m3/jam maka perlu dikali 3600. Kemudian kapasitas bucket adalah material maksimal yang mampu diisi oleh excavator, sebagai contoh, excavator type 1250 memiliki kapasitas  bucket 6.7 m3.
Kemudian ada bucket fill factor, jika tadi kapasitas maksimal bucket exca 1250 adalah 6.7 m3 , namun apakah setiap kali menggali material isinya selalu penuh 6.7 m3 ? Tentunya tidak, mungkin saja akan kurang dari 6.7 m3 , atau pada kondisi material tertentu bisa lebih dari 6.7 m3 , maka dari itu perlu faktor pengali sebagai nilai yang muncul akibat adanya penggalian dan pemuatan material yang tidak selalu tepat dengan kapasitas bucket, faktor pengali tersebut kemudian yang disebut dengan bucket fill factor. Contohnya pada saat proses gali dan muat, bucket exca tidak selalu memuat penuh material pada bucketnya maka nila bucket fill factor bisa bernilai 0.8, atau 80% dari kapasitas bucketnya.
Selanjutnya ada faktor koreksi, faktor koreksi ini bisa bermacam-macam hal. Misalnya kemampuan operator bisa berbeda-beda, atau konidisi medan yang berbeda-beda satu tempat dengan lainnya, maka dari faktor-faktor tersebut juga perlu diperhitungkan. Biasanya nilai faktor koreksi ini diperkirakan berdasarkan pengamatan dalam periode waktu tertentu. Atau derange berdasarkan kondisi dilapangan. Misalnya kondisi medan tempat dudukan yang bagus dan mudah untuk melalukan penggalian, nilainya bisa 0.9.
Faktor selanjutnya yang penting adalah faktor konversi. Material penambangan pada saat sebelum digali dan ketika sudah digali memiliki volume yang berbeda. Misalnya saja batubara, ketika belum digali, volumenya disebut bank cubic metric (bcm), sedangkan ketika sudah digali volumenya membersar dan disebut loose cubic metric (lcm), selanjutnya ketika dipadatkan volumenya akan mengecil dan disebut compact cubic matrik (ccm). Umumnya produksi batubara yang dihitung dalam satuan bcm, sedangkan material nyata yang didapat adalah dalam kondisi loose (lcm), maka dari itu perlu dikonversi volume lcm menjadi bcm. Faktor konversii ini umumnya disebut swell factor. Mungkin perlu satu artikel lagi untuk menjelaskan mengenai swell factor. Akan diulas ditulisan berikutnya.
Kemudian cycle time yang ada dalam rumus yakni waktu 1 kali menggali, 1 kali swing (memutar bucket), waktu menumpahkan material ke unit angkut, dn waktu swing kosong.
Sekian dulu mungkin yang bisa saya sampaikan kali ini mengenai productivity, berikutnya tentunya ada butiran debu berikutnya.

Made Sapta
saptahadi9@gmail.com

Friday, December 9, 2016

Memahami Availability dalam Unit Tambang




Faktor yang sangat penting dalam melakukan penjadwalan suatu alat yakni faktor availability dari setiap unit. Untuk memudahkan memahami maksud availability diambil contoh, misalnya suatu bulldozer memiliki availability 80%, maka dalam jam kerja 100 shift, unit bulldozer tersedia dalam 80 shift, sedangkan waktu 20 shift lainnya adalah waktu yang hilang, bisa dikarenakan perbaikan atau kejadian lain yang menyebabkan unit tidak dapt digunakan.
Secara umum ada 2 cara menghitung equipment availability:
1.      Mechanical Availability: faktor availability yang menunjukkan kesiapan (available) suatu alat dari waktu yang hilang dikarenakan kerusakan atau gangguan alat (mechanical reason).
2.      Physical availability: Faktor availability yang menunjukkan berapa jam (waktu) suatu alat dipakai selama jam total kerjanya. Jam kerja terdiri dari working hours, repair hours, dan standby hours.
Mechanical Availability
Persamaan untuk menghitung mechanical availability yakni:
            MA = working hours /(working hours + repair hours) x 100%
Working hours yang dimaksud yakni waktu yang dimulai dari operator /crew berada di satu alat dan alat tersebut berada dalam kondisi operable (mesin dan bagian-bagian lain siap dipakai operasi). Working hours ini termasuk delay time. Working hours ini dapat diperoleh dari :
1.      Pencatatan pada operator time card
2.      Hours meter dari alat
Sedangkan repair hours meliputi waktu actual repair, waiting for repair,  waiting for part, waaktu yang hilang untuk maintenance/perawatan.
Physical Availability
Persamaan untuk menghitung physical availability:
PA = (working hours + standby hours) / (working hours + repair hours +standby hours) x100%
            Standby hours yakni waktu dimana alat siap pakai (tidak rusak), tetapi karena satu dan lain hal tidak dipergunakan ketika operasi penambangan sedang berlangsung. Physical availability merupakan faktor availability yang penting untuk menyatakan unjuk kerja mechanical alat dn juga sebgai petunjuk terhadap efisiensi mesin dalam program penjadwalan.
            Selain kedua cara di atas (mechanical dan physical availability), masih ada dua faktor lagi untuk mengoreksi jam kerja alat yang sesungguhnya, yaitu:

1.      Used of Availability (UA)
UA =  workin hours / (working hours + standby hours) x 100%
Dari UA dapat diketahui apakah suatu pekerjaan berjalan dengan efisien atau tidak dan pengelolaan alat berjalan dengan baik atau tidak.
2.      Efective Utilization (EU)
EU = working hours / (working hours + repairs hours + standby hours) x 100%

Refrensi: Indonesianto, Yanto,2013,Pemindahan Tanah Mekanis