Wednesday, December 23, 2015

Review Land Information Management

Administrasi Pertanahan
1.      Pengertian
Administrasi pertanahan adalah proses penetuan, perekaman dan penyebarluasan informasi tentang kepemilikan, nilai, penggunaan lahan ketika pengimplementasian kebijakan informasi pertanahan. Prosesnya meliputi ajudikasi hak, survey dan deskripsi, dan dokumentasi rinci dan penyediaan informasi yang relevan dalam mendukung pasar tanah.

2.      Kompnen Utama dalam Administrasi Pertanahan.
a.       Land Tenure (Kepemilikan Tanah)
Proses dan lembaga terkait untuk:
·         Mengamankan akses terhadap tanah.
·         Survei kadastral dan pemetaan.
b.      Land Value (Nilai Tanah)
Proses dan lembaga terkait:
·         Penilaian terhadap nilai tanah dan property
·         Perhitungan dan pengumpulan penghasilandari perpajakan.
c.       Land Use (Nilai tanah)
Proses dan lembaga terkait untuk:
·         Pengendalian penggunaan lahan melalui adopsi dari perencanaan dan peraturan penggunaan lahan.

Friday, December 18, 2015

SWATES : A Geospatial Technology To Help Fisherman in The Area of Maritime Boundaries


As we know, Indonesia is located around ten neighbor countries namely India, Thailand, Philiphina, Singapore, Malaysia, Palau, Timor Leste, Australia, Vietnam, and  Papua Nugini. In the United Nations Convention On  The Law of The Sea (UNCLOSS), explaine that Indonesia should determine the maritime boundaries with that ten neighbor countries.
Nowadays Indonesia unfinished to determine the maritime boundaries with all of neighbor countries. There are many cases of violation of maritime boundaries between Indonesia with the neighbor countries. One of them is boundary violations committed by fishermen. The problem is the fisherman don’t know where is the maritime boundary is located. From that situation, I try to make a technology that can help fisherman to understand where is the located of the maritime boundaries.
The idea is make an equipment that can tell the position of the maritime boundary. The main component of that technology are an alarm and GPS. So, the alarm will sound when passing through the maritime boundary, then the fisherman must turn around and don’t pass the boundary. The technology can understand where is the boundary using the GPS and the coordinate of the maritime boundary. Alarm and GPS can integrated in one system using Adruino and C program languge. The technology I named SWATES.

SWATES is dedicated to the fisherman in Indonesia. I hope there are no more fishermen who encroachment mairitme boundaries.

Monday, December 14, 2015

SWATES - Teknologi Geospasial Pencegah Pelanggaran Batas Maritim


Beberapa waktu lalu saya dan dua orang teman saya yakni Imaddudin (Teknik Elektro UGM) dan Bagas Lail (Teknik Geodesi UGM) mencoba membuat sebuah teknologi untuk mencegah pelanggaran batas maritime di Indonesia. Alat ini ditujukan kepada nelayan, khususnya nelayan di wilayah perbatasan. Ide awal dari alat ini yakni membuat alat yang mampu memberikan peringatan dini dan menunjukkan dimana letak batas maritime kepada nelayan yang sedang mendekati wilayah perbatasan. Alat ini juga merupakan jawaban dari tantangan dosen saya, yakni Bapak Andi Arsana yang juga merupakan pakar di bidang batas maritime. Beliau mengatakan ide pembuatan alat ini sudah ia sampaikan sejak dulu, bahkan sebelum saya ‘lahir’ di Geodesi namun baru bisa terealilasi tahun 2015 ini.
            Proses pembuatan alat ini juga melewati beberapa tahapan yang cukup panjang. Awalnya saya hanya baru bisa menuangkan ide pembuatan alat ini kedalam bentuk karya tulis ilmiah yang saya presentasikan pada bulan Mei 2015  di acara SIMPOSIUM Nasional di ITS bersama Bagas dan Tegar. Saat itu masih belum tercipta alatnya secara fisik. Baru kemudian pada bulan Agustus 2015 saya  bekerjasa sama dengan Imaddudin untuk menciptakan alat ini, yang kemudian kami beri nama SWATES (Suwanten Wates) atau surara perbatasan.
Kompnen utama alat ini yakni alarm dan GPS. Jadi peringatan dini sebelum melewati batas maritime yang akan diberikan kepada nelayan berupa bunyi alarm. Pertanyaannya dimana dan kapan alarm akan berbunyi. Alarm akan berbunyi ketika alat tepat berada di garis batas dan akan terus berbunyi ketika sudah melewatinya. Adanya GPS pada alat ini digunakan untuk menunjukkan dimana letak garis batasnya. GPS yang digunakan yakni GPS Ublok, dengan ketelitian bisa sampai 2,5 meter. Artinya GPS dapat melenceng dari lokasi yang dimaksud sejauh 2,5 meter, namun untuk kepentingan pencegahan pelanggaran batas, bagi kami dengan ketelitian 2,5 meter sudah tergolong bagus. Untuk mengintegrasikan alarm dengan GPS digunakan perangkat Adruino dengan bahasa Pemrograman C.
Jika dihitung dari segi biaya Swates bisa dibilang cukup murah, kulang lebih Rp. 500. 000 untuk membuat satu alatnya. Jika diproduksi masal sangat memungkinkan biaya pengeluarannya lebih murah lagi.

Di masa kuliah, memang sangat menyenangkan dapat mengembangkan inovasi teknologi yang bisa bermanfaat nyata bagi masyarakat. Sedikit pesan untuk teman-teman mahasiswa khusunya mahasiswa Teknik, utamanya Teknik Geodesi, kerjasama dengan berbagai disiplin ilmu lain selain dari yang kita peajari akan dapat berpeluang besar untuk menghasilkan sebuah inovasi baru dibanding hanya berfokus dengan keilmuan sendiri, jadi ada baiknya coba mulailah berkolaborasi dengan berbagai keilmuan lain selain dari ilmu yang kita pelajari.


Thursday, November 26, 2015

FIT ISI Malang: Akademisi, Traveler dan Gelandangan


Rabu, 18 November 2015 adalah hari dengan perjalanan yang cukup panjang. Pada hari tersebut saya pergi ke Batu, Malang. Ini adalah kali pertamanya saya pergi ke Malang dan untuk kali pertamanya juga saya naik travel. Tentu saja perjalanan ke Malang kali ini tidak tanpa alasan, saya pergi ke Malang untuk menghadiri Forum Ilmiah Tahunan Ikatan Surveyor Indonesia atau yang lebih sering dikenal dengan FIT ISI. FIT ISI adalah ajang tahunan yang selalu diadakan oleh Ikatan Surveyor Indonesia (ISI) yang tempatnya biasanya berbeda-beda tiap tahunnya. Acaranya biasanya berupa seminar serta presentasi paper dari para pemakalah yang sudah mengirimkan paper sebelumnya. Jika kamu mahasiswa Geodesi, saya sarankan ikutilah acara ini selama masih berstatus mahasiswa, karena ada banyak sekali ilmu serta kawan baru yang bisa didapat di kegiatan FIT ISI ini.  
FIT ISI 2015 ini merupakan FIT ISI kedua bagi saya, sebelumnya tahun 2013 lalu saya juga sempat menghadiri FIT ISI yang kebetulan dilaksanakan di Jogja, dan syukurnya keduanya saya hadiri sebagai pemakalah. Teringat dulu ketika FIT ISI 2013 untuk membuat satu paper perlu usaha keras karena baru sedikit materi Geodesi yang dikuasai, kini di semester tujuh, membuat satu paper menjadi lebih mudah karena hampir semua materi kuliah sudah didapat.
Saya berangkat menghadiri FIT ISI 2015 ini tidak sendirian, ada teman-teman hebat yang turut serta sebagai pemakalah di acara FIT ISI 2015 yakni Al Antra Adefan, Mahendra Ari Perdana, Aditya Saputra, El Fakhri Akmal, dan Ghaly Kurniawan. Kalau sudah ramai begini, apalagi semuanya seangkatan maka perjalanya seperti akan menyenangkan. Kami ber enam menginap di sebuah penginapan kecil namun cukup bersih dan rapi. Untuk mengirit dana satu kamar untuk tiga orang, kamarnya sudah dilengkapi tv dan air hangat, sangat lumayan untuk sekaligus melepas kebosanan kuliah di semester-semester akhir ini. Perjalanan ke Malang ini bisa terjadi juga karena dukungan dari jurusan Teknik Geodesi, khususnya Mamah Yulaikhah selaku PPJ Keuangan yang mendanai akomodasi serta penginapan selama ke Malang. Walau tidak mendanai penuh, tapi adanya dukungan seperti ini sangat menambah semangat kami untuk terus berprestasi.
Sampai diruang seminar ternyata kami memiliki banyak geng disana. Ini salah satunya, kira-kira yang mana kepala gengnya?

Ternyata ada banyak dosen serta alumni kami yang ikut acara ini. Ternyata malam harinya, alumni Teknik Geodesi UGM juga sekalian menyelenggarakan reuni di Malang, pantas saja banyak yang hadir. Seminar kali ini terdapat dua pembicara utama yakni Menteri Agraria dan Tataruang & BPN yakni Bapak Ferry Mursyidan serta ada juga Kepala BIG yakni Bapak Priyadi Kardono. Ya mungkin saja FIT ISI 10 – 20 tahun mendapang pembicara utamanya salah satu dari beberapa mahasiswa yang ada pada foto diatas. Kali ini saya tidak banyak membahas apa isi seminarnya, yang jelas intinya adalah mengenai bagaimana mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui pengelolaan administrasi pertanahan yang baik dan benar.
Bagi saya yang menarik adalah lokasi seminarnya, yakni berada di resort yang dimana resort ini terletak diantar Jawa Timur (Jatim) Park. Bagi yang belum tahu Jatim Park, Jatim Park adalah lokasi wisata yang cukup terkenal di Malang. Rasanya sangat sayang jika dilewatkan begitu saja jika ke Malang hanya menghadiri seminar, akhirnya kami berenam memutuskan untuk mengunjungi Jatim Park II sehari setelah seminar. Disana kami mengunjungi kebun binatangnya, museum, serta echo park. Dan didapatlah penampakan akademisi yang berubah menjadi traveler.

Bagian favorit saya adalah mengunjungi kebun binatang, yang membuat menarik adalah rekan saya yang berasal dari Papua. Beberapa hewan yang ada dikebun binatang ada diseputaran tempat tinggalnya mulai dari kangguru yang masih banyak di Papua, dan kaswari yang dulunya katanya seperti ayam yang bisa masuk kerumah mencari makan tanpa ada yang memperhatikan. Namun ternyata berbeda keadaannya jika hewan-hewan tersebut berada dilokasi yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Kami cukup lama mengelilingi Jatim Park, dan dimalam hari kami menyempatkan mengunjungi Batu Night Spektakuler. Bagi yang sedang mencari tempat liburan, Batu, Malang bisa menjadi pilihan yang cukup bagus.
Transportasi kami sehari-hari di Malang adalah angkot, sayang di Malang belum ada Gojek. Diahri ketiga saya dimalang saya sudah harus bersiap-siap untuk kembali ke Jogja. Kali ini saya tidak naik travel, tapi naik kereta. Yang menjadi permasalahan adalah cek out dari penginapan maksimal jam 11 pagi dan kereta berangkat jam empat sore. Masih ada jeda waktu yang cukup panjang. Dan kamipun bingung mau diam dimana selama jeda waktu tersebut. Namun akhirnya kami terselamatkan, lagi-lagi berkat teman dari Papua, yakni Mahendra ( Nama samarannya Kaswari) yang kebetulan ada saudara dari Papua yang tinggal di Malang. Yak sudah langsung bisa ditebak, kami akhirnya memutuskan untuk mengunjungi rumah saudara teman kami. Yang membuat bimbang adalah Mahendra dan saudaranya sudah lama tidak bertemu, terakhir saat Mahendra masih kecil, jangan-jangan nanti saudaranya tidak kenal dengan wajah Mahendra bisa gawat nanti urusannya. Namun syukurnya mereka masih saling mengenal. Akhirnya sore itu juga kami menggelandang, menumpang serta minta makan disana, sebelum akhirnya pulang naik kereta jam empat sore.
Perjalanan ke Malang ini terasa sangat lengkap, kegiatan akademis bisa saya ikuti, menjadi traveler mengunjungi tempat baru bisa dilakukan dan terakhir numpang dirumah orang yang baru dikenal. Mengunjungi tempat yang baru selalu menyenangkan dan memberikan wawasan baru, jadi selama kamu masih muda kunjungilah tempat-tempat yang sekiranya menarik dan masih bisa dikunjungi. Dan tentunya untuk mahasiswa Geodesi, jangan lupa, FIT ISI hanya ada setahun sekali jangan lewatkan ilmu yang bisa didapat di tiap tahunnya.



Saturday, November 14, 2015

Batas Maritim Indonesia: Sengketa, Peluang atau Penghubung?



Mendengar kata batas maritim Indonesia, yang pertama saya bayangkan adalah sengketa atau konflik. Hal ini tentu saja karena dibeberapa waktu lalu terdapat pemberitaan yang bisa dikatakan kurang baik di wilayah perbatasan, sepertinya adanya penangkapan nelayan, terjadi penyelundupan barang illegal di wilayah perbatasan, sampai dengan adanya saling klaim wilayah di perbatasan. Tapi apakah benar batas maritim hanya melulu soal konflik untuk saling adu klaim? Belajar tentang batas maritim, ternyata persepsi batas maritim sebagai lokasi yang sering terjadi sengketa tidaklah hanya terjadi di Indonesia, ada juga beberapa negara lain yang mengalami konflik karena wilayah batas maritim. Salah sau contohnya misalnya kasus di wilayah laut Cina Selatan yang melibatkan beberapa negara dalam perundingan batas.
Indonesia yang karena letak geografisnya berbatasan dengan sepuluh negara tetangga, bisa dibayangkan seberapa komplek penyelesaian batas maritim dengan sepuluh negara tetangga tersebut. Tapi apakah karena letak geografis Indonesia ini, Indonesia menjadi dirugikan karena harus mengurus banyak batas maritim dengan negara tetangga? Jika ditinjau dari cita-cita pemerintah Indonesia saat ini, yakni menjadi poros maritim dunia, Indonesia yang berbatasan dengan sepuluh negara tetangga bisa merupakan menjadi sebuah peluang. Peluang yang dimaksud yakni peluang untuk benar-benar menjadi poros maritim dunia. Dengan berbatasan dengan banyak negara, Indonesia bisa memiliki banyak studi kasus terkait penetapan batas maritim. Jika Indonesia dapat menyelesaikan segala permasalahan batas maritim dengan tepat dan bijak, maka akan sangat mungkin masyarakat dunia akan mengacu pada sistem atau metode yang dipakai Indonesia dalam menyelesaikan berbagai konflik batas maritim. Hal tersebut merupakan salah satu perwujudan nyata dari konsep poros maritim dunia itu sendiri. Selain peluang untuk mendukung menjadi poros maritim dunia, kondisi batas maritim Indonesia ini juga sangat memberikan peluang pembelajaran, penerapan ilmu, serta berdiplomasi khususnya bagi surveyor dalam menangani masalah teknis serta ahli hukum atau politik dalam melakukan diplomasi.  
Sebenarnya ada satu lagi tanggapan saya mengenai batas maritim Indonesia. Wilayah perairan yang berada diantara dua Negara yang saling bertetangga, terkadang tidak hanya menjadi pembatas, tapi juga merupakn penghubung. Indonesia yang secara maritim berbatasan dengan sepuluh negara tetangga bisa memiliki koneksi atau keterhubungan yang erat dengan kesepuluh negara tetangga tersebut. Jika dikelola dengan baik, negara yang jaraknya saling berdekatan bisa jadi dapat melakukan kerjasama yang lebih mudah dibandngkan dengan negara yang letaknya secara geografis salaing berjauhan. Begitu pula dengan Indonesia, sangat berpotensi untuk menjalin hubungan atau kerjasama dengan negara tetangga dalam berbagai hal positif yang saling menguntungkan.

Jadi bagi saya, batas maritim Indonesia dapat menjadi sumber konflik, namun juga dapat menjadi peluang yang sangat menguntungkan bagi Indonesia, dan juga dapat menjadi sarana penghubung dengan negara-negara lainnya.

Review Jurnal “Pengelolaan Batas Maritim dan Kawasan Perbatasan: Menentukan Batas Negara Guna Meningkatkan Pengawasan, Penegakan Hukum dan Kedaulatan NKRI”

Review Jurnal
“Pengelolaan Batas Maritim dan Kawasan Perbatasan: Menentukan Batas Negara Guna Meningkatkan Pengawasan, Penegakan Hukum dan Kedaulatan NKRI”

Penulis      : Hasjim Djalal
Jurnal       : Jurnal Pertanahan Volume 3 Nomor 13, dipublikasikan pada bulan Desember 2013
Periview   : I Made Sapta Hadi
NIM          : 12/330081/TK/39272

Wilayah perbatasan di Indonesia melingkupi wilayah udara, darat, laut serta dasar laut. Melihat kondisi di Indonesia yang terdiri dari beberapa kabupaten dan provinsi, serta terletak di antara beberapa negara lain, membuat Indonesia juga harus memperhatikan batas wilayah antar kabupaten, antar provinsi, antar negara  serta Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) agar tidak menimbulkan persoalan.
Wilayah Indonesia pada awalnya mengikuti wilayah jajahan Belanda, hal ini sesuai dengan konsep uti possidetis juris. Wilayah laut Indonesia pada awalnya adalah tiga mil dari garis pantai masing-masing pulau Indonesia, namun setelah adanya deklarasi Juanda dan diterimanya usulan Indonesia dalam Konvensi Hukum Laut PBB tahun 1982 wilayah laut Indonesia menjadi lebih luas. Luas wilayah laut territorial menjadi 12 mil diukur dari garis pangkal lurus yang menghubungkan pulau-pulau terluar Indonesia ditambah lagi dengan ZEE sejauh 200 mil serta Landas Kontinen sampai ke batas “contineltal margin” jika masih ada kelanjutan alamaiah pulau-pulau Indonesia ke dasar Samudera, disertai dengan beberapa kewenangan lainnya. Secara lebih rinci, luas NKRI kini adalah +- 8.282.446 km2, yang terdiri dari Laut Teritorial +- 284.211 km2, ZEE +- 2.981.211 km2, Landas Kontinen +- 2.817.149 km2, Landas Kontinen di luar 200 mil ZEE yang telah didaftarkan di PBB +- 4.209 km2, Perairan Kepulauan +- 3.096.191 km2, wilayah darat Indonesia +- 1.916.625 km2, dan wilayah udara +- 5.297.027 km2, yaitu udara di atas darat, Perairan Kepulauan, dan Laut Wilayah Indonesia.
Dalam jurnal ini juga dibahas mengenai batas udara dan batas darat namun tidak dibahas secara detil. Belum ada kesepakatan secara Internasional mengenai bagaimana menentukan batas wilayah udara. Saat ini di Indonesia, yang mencakup wilayah udara Indonesia adalah udara yang berada di atas darat, perairan nusantara, dan laut territorial Indonesia yang keseluruhannhya kurang lebih 5.297.027 km2. Sedangkan wilayah darat Indonesia pada dasarnya merupakan batas-batas yang disepakati oleh Pemerintah Hindia Belanda dan Pemerintah Inggris dan Portugis di zaman kolonial.
Dalam memahami batas wilayah laut dan dasar laut, terdapat beberapa kawasan laut yang harus dipahami, antara lain perairan pedalaman, perairan kepulauan, ALKI, laut territorial, zona tambahan, Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) serta landas kontinen.
Sampai saat ini Indonesia masih belum menetapkan yang mana perairannya yang termasuk wilayah perairan pedalaman dan sampai sejauh mana batasnya. Padahal di dalam UNCLOS sendiri dijelaskan Indonesia dapat menetapakan perairan mana saja yang termasuk perairan pedalaman. Menurut saya, penetapan perairan pedalaman ini penting untuk dilakukan, hal ini dikarenakan status hukumnya sangat bersamaan dengan wilayah darat suatu negara, dalam arti kapal-kapal asingpun  tidak mempunyai hak lewat secara damai di wilayah perairan pedalaman.
Perairan kepulauan atau archipelagic waters mulai ada ketika pertama kali dikukuhkannya deklarasi Juanda, dan mulai diakui secara Internasional ketika diakui dalam UNCLOS tahun 1982. Secara definisi perairan kepulauan adalah perairan yang dikelilingi oleh garis-garis lurus yang menghubungkan titik-titik terluar dari pulau-pulau terluar di Indonesia. Dari definisi tersebut, yang menarik diperhatikan sebagai seorang yang mempelajari Teknik Geodesi yakni letak titik-titik terluar dari pulau-pulau terluar. Titik-titik tersebut dinyatakan dalam koordinat yang diatur dalam Peraturan Pemerintan (PP) No.38/2002.
Sesuai dengan ketetapan UNCLOS maka Indonesia juga wajib menetapkan ALKI. Saat ini Indonesia sudah menetapkan tiga ALKI utara selatan yaitu ALKI I dari Laut China Selatan melaui Laut Karimata, Laut Jawa dan Selat Sunda, ALKI II dari Laut Sulawesi melalui Selat Makassar, Laut Flores dan Selat Lombok, dan ALKI III dari Samudra Pasifik melalui Laut Maluku, Laut Seram, Laut Banda dan kemudian bercabang ke Laut Sawu, Laut Timor dan Laut Arafura. Namun saat ini Indonesia belum menetapkan ALKI Timur Barat. Menurut saya, Indonesia perlu memperkuat pertahanan nasional, dalam hal ini TNI Angkatan Laut sebelum nantinya menetapkan dimana jalur ALKI Timur Barat.
Di dalam batas maritim juga dikenal adanya kedaulatan dan hak berdaulat. Kedaulatan mencakup seluruh wilayah daratan sampai dengan laut territorial (12 mil dari garis pangkal), sedangkan diluar itu seperti zona tambahan, ZEE, dan Landas Kontinen yang berlaku adalah hak berdaulat. Jika ada diantara wilayah-wilayah tersebut saling tumpang tindih dengan negara lain karena jarak antar negara yang terlalu dekat maka diperlukan adanya kesepakatan bilateral agar mendapat hasil yang adil bagi kedua belah pihak.
Pada bagian zona tambahan lebih berfungsi sebagai daerah untuk melakukan pengawasan  berbagai bidang seperti imigrasi, bea cukai, keamanan dan lain-lain. Pada kawasan ZEE, selain memliki hak-hak berdaulat, Indonesia juga memiliki kewenangan-kewenangan lain seperti untuk mengatur penelitian ilmiah kelautan, pemeliharaan lingkungan laut dan pembangunan pulau-pulau buatan, anjungan-anjungan, dan bangunan-bangunan lainnya di laut. Dalam UNCLOSS tahun 1982 juga dijelaskan mengenai Landas Kontinen. Hak berdaulat di wilayah Landas Kontinen diakui sampai kelanjutan alamiah wilayah daratan ke dasar laut, dan arena itu bisa mencapai 100 mil di luar kedalaman air 2500 meter atau sampai 60 mil dari kaki kontinen. Terkait dengan batas negara di kawasan landas kontinen, Indonesia telah mempunyai perbatasan landas kontinen atau dasar laut dengan India (antara Andaman dan Aceh) dengan Thailand dan Malaysia di bagian utara Selat Malaka, dengan Malaysia di bagian tengah dan selatan Selat Malaka, dengan Malaysia dan Vietnam di Laut Cina Selatan yang berhadapan dengan kabupaten Anambas dan Natuna, dengan Papua Nugini di utara Papua, dan dengan Papua Nugini dan Australia di Laut Arafura dan di sebagian Laut Timor.
Selain membahas mengenai batas maritim antar negara, dalam jurnal ini juga dibahas pembagian wilayah laut provinsi dan kabupaten. Pembagian wilayah laut provinsi dan kabupaten diatur dalam peraturan perundang-undangan khusunya mengenai pemerintah daerah. UU yang berlaku dan terus direvisi secara berturut-turut sebagai berikut UU No. 22/ 1999, UU No. 32/2004, UU No.23/2014 dan yang terbaru saat ini yakni UU No.2 tahun 2015.
Secara keseluruhan jurnal ini sudah menjelaskan informasi penting terkait batas maritim seperti sampai sejauh mana suatu zona itu berlaku, kebijakan apa yang boleh berlaku disana, ada aturan yang mendasarinya, serta apa yang sudah dilakukan pemerintah Indonesia sampai saat ini. Dengan mengetahui apa saja kebijakan serta ketentuan yang berlaku di berbagai zona di wilayah batas maritim, tentunya pengelolaan, serta peningkatan pengawasan, penegakan hukum dan kedaulatan NKRI akan lebih mudah dilakukan.



Friday, October 16, 2015

Mencuci Motor


Jumat, 17 Oktober 2015
            Sore ini ada sedikit tugas peting yang terselesaikan, baru saja menyelesaikan dua ujian tengah semester yang cukup penting, Pasang Surut Laut dan Survei Rekayasa Laut. Hampir saja “mabuk laut” mempelajari keduanya tapi syukurlah masih bisa bertahan. Dua mata kuliah ini penting karena saya ingin menjadi “pakar” dibidang ini. Kali ini saya tidak akan membahas kedua matakuliah ini, melainkan hal yang lainnya.
            Pagi tadi baru saja ingin berangkat kuliah, baru 500 meter membawa motor tiba-tiba saja ada yang aneh dangan jalanan yang saya lintasi, terasa tidak semulus biasanya. What the hell!! Siapa yang ngerusakin jalan. Begitu lihat ke belakang, ternyata bukan jalannya, tapi ban motor saya yang bocor. Untung masih dekat dengan kos, akhirnya balik lagi ke kos dan minta diantarkan teman. Sepertinya motor inisial M.I.O ini sedikit ngambek. Sore hari selesai kuliah langsung saya tuntun motor saya menuju bengkel terdekat. Ke tempat biasa di jalan Pandega Marta, bengkel kecil sederhana dengan Bapak-bapak yang cekatan memperbaiki motor.
“Ganti ban Pak, luar dalem ya, yang belakang aja.” Kondisi ban yang sudah sangat halus memaksa saya harus mengganti ban luar dan dalam. Sebenarnya sudah harus diganti  dari dulu, namun apa daya baru ada dana sekarang. “Yang depan tidak sekalina diganti Mas?” tanya Pak Bengkel kala mengganti ban. “Lain waktu saja Pak kalau sudah ada rejeki”. Yah untuk mengganti ban saya harus benar-benar menunngu kondisi keuangan yang tepat, maklum kuliah dari beasiswa Bidikmisi. Kebetulan sekali kemarin beasiswa Bidikmisi baru keluar setelah telat hampir dua bulan. Sebelum dipakai untuk kebutuhan yang lainnya, saya gunakan dulu untuk ganti ban. Tidak sampai satu jam, ban motorpun sudah menjadi baru. Namun masih ada yang kurang rasanya, motor saya penuh dengan debu. Saatnya mencuci. Tidak perlu ketempat cucian motor, cukup baawa ke kos dan cuci sendiri. Lumayan dengan air gratis dari ibu kos, kit shampoo Rp. 1000, kit magic Rp. 2000, motor ini akan saya ubah penampilanya.
Kala menggosok sepion motor, tercermin muka saya senidiri, ingatan saya melayang ke beberapa tahun silam sewaktu SMA kelas 3. Kala itu saya “diusir” dari rumah membawa motor. Saat itu pikiran saya kosong tak karuan membawa motor, tak tau arah dan tujuan, hanya mengikuti jalan utama entah sampai mana. Saya diusir bukan karena saya melakukan suatu kesalahan atau kenakalan, tapi memang untuk membawa motor ini jauh dari rumah. Maklum motor ini sudah jatuh tempo dan harus dibayar cicilannya. Entah sudah beberapa bulan tidak dibayar. Maklum saat itu ada sedikit musibah yang menimpa keluarga, jadi memang benar-benar belum bisa membayar cicilan. Sepajang perjalanan saya hanya merenungi keadaan. Entah apa yang harus saya lakukan agar bisa membantu orangtua saat itu. Pikiran kosong, dunia terasa hitam putih, dan motor-motor lalu lalang disebelah saya terasa tak bersuara dan hanya lewat penuh ego. Sedih, kacau, dan tak berdaya bercampur aduk kala itu.
Entah kenapa tiba-tiba diperjalana ada “cahaya terang” yang membuka pikiran saya. Kemudian ada yang berbisik, “kamu sudah disiapkan untuk keadaan ini, dan kamu yang akan mengubahnya menjadi lebih baik”. Saat itu saya sadar, saya yang termuda saat ini didalam keluarga, dan saya masih punya masa depan yang panjang, tentu saja saya tidak ingin keadaan keluarga saya akan terus seperti ini. Saya akan merubah semuanya. Saat itu juga Tuhan terasa sangat dekat dan hangat, entah dari mana datangnya.  Seketika saya merubah haluan, dan mulai mengarah ke restoran terbaik di kota saya. Bukan untuk makan, saya hanya membeli segelas es teh, dan mulai membuka buku persiapan SNMPTN yang kebetulan saat itu saya bawa untuk persiapan mencari kuliah. Saya sadar usaha terbaik yang bisa saya lakukan untuk membantu keluarga  saat itu adalah belajar, tak malu saya berdiam diri lama disebuah restoran mewah dengan hanya memesan es teh, dan belajar seharian disana, suasananya yang tenang membuat saya betah disana.
Tidak terasa saya sudah hampir selesai mencuci motor. Pikiran kemana-mana membuat mencuci motor terasa cepat. Sedikit demi sedikit usaha dan kerja keras dulu membuahkan hasil. Kini saya kuliah dengan beasiswa, juga ada sedikit tambahan dari jualan buku dan membantu-bantu dosen. Dengan motor yang masih sama, tapi sudah lunas, terkadang saya juga sering lupa bersyukur. Dan akhirnya tulisan ini pun ada untuk mengingatkan saya kembali untuk bersyukur, atas apa yang Tuhan bisikan kepada saya dulu, dan agar kedepannya selalu diingatkan untuk menjadi lebih baik. Tulisan ini tidak mengajarkan untuk mencuci motor dulu sebelum bersyukur, tulisan ini mengajarkan untuk tidak pernah menyerah apapun cobaan yang diberikan oleh-Nya, karena sesuguhnya hal yang sulit itu bukanlah cobaan, melainkan sebuah pelajaran baru yang Tuhan ingin saya atau anda kuasai.

Salam
Made Sapta


Wednesday, October 14, 2015

Mengenal Pasang Surut Laut


Definisi
Pasang surut laut meruapakan pergerakan air laut secara periodik, dimana periode dan amplitudo gerakannya berhubungan atau disebabkan oleh gaya-gaya geofisik periodic.

Fungsi data pasang surut bagi keperluan praktis dan ilmiah:
1.      Keperluan Praktis:
a.       Untuk data pendukung dalam pembuatan peta batimetri.
b.      Untuk mendefinisikan datum vertikal.
c.       Membantu dalam desain pelabuhan, struktur pantai dan pengendalian banjir.
d.      Untuk kepentingan navigasi.
e.       Untuk kepentingan operasi militer di laut.
f.       Untuk membantu magement wilayah pesisir.
g.      Sebagai penghasil energy listrik tenaga arus laut.
2.      Untuk kepentingan ilmiah:
a.       Untuk koreksi berbagai pengukuran Geodesi.
b.      Untuk kalibrasi data satelit altimetry.
c.       Untuk memprediksi kenaikan muka air laut dan perubahan cuaca global.
d.      Untuk mitigasi bencana alam, cntohnya tsunami.
e.       Untuk deteksi dinamika atmosphere seperti El Nino dan La Nina.
f.       Membantu dalam proses delimitasi batas maritime.

Konsep hukum Newton tentang gaya tarik dan hubungannya dengan Fenomena Pasang Surut di Bumi.
            Konsep hukum newton yakni matahari dan bulan bekerja membangkitkan medan gaya disekeliling  bumi, dimana arah dan besarnya gaya tersebut berubah-ubah sesuai dengan posisi bumi dan matahari terhadap bumi. Gaya-gaya tersebut yang kemudian membuat terjadinya pasang surut di bumi, yang kemudian disebut dengan haya pemabngkit pasang surut. Gaya pembangkit pasut tersebut yakni gaya tarik bulan-matahari dan gaya sentrifygal.
Ilustrasi gambar dan rumus:




Saturday, October 3, 2015

Keluarga di Perantauan


Saya pertama kali datang ke Jogja pada tahun 2012. Kala itu akan melaksanakan registrasi ulang di UGM. Pertama ke UGM, saya menumpang dengan keluarga teman saya yang saat itu juga melaksanakan registrasi ulang. Kebetulan sekali masih ada sisa satu kursi di tempat duduk belakang, berbeda dengan teman saya yang diantar sekeluarga, kali ini saya menumpang diantara keluaga teman tanpa ada keluarga saya yang ikut. Sebenarnya agak was-was ketika pertama kali ke Jogja dan akan tinggal di Jogja, saya tidak ada saudara atau sepupu di Jogja. Orang tua juga jarang ke luar Bali, Ibu saya hanya ke Jawa sekali ketika ia study tour saat SMA, sedangkan Bapak saya malah belum pernah ke Jawa sampai sekarang. Perlu penjelasan yang cukup matang dan meyakinkan saat itu untuk dapat meyakinkan orangtua saya bahwa saya akan baik-baik saja selama kuliah di Jawa. Kekhawatiran tentunya akan berbeda ketika orang tua menyekolahkan anaknya di tempat yang jauh dari rumah, yang dimana orangtuanya juga tidak paham dengan benar bagaimana kondisi lokasi tempat sekolah.
Kini sudah hampir tiga tahun berlalu, kini definisi pulang tidak hanya berlaku ke Bali tapi juga bisa ke Jogja. Tiga tahun sudah cukup membuat Jogja menjadi seperti rumah. Syukurlah, tiga tahun sudah berlalu sepertinya saya sudah mulai berhasil membentuk beberapa “keluarga” di Jogja. Persahabatan dengan beberapa orang yang baik, yang entah kenapa sepertinya ada tangan Tuhan yang membantu mempertemukan dengan orang-orang yang baik yang dengan mudah saya anggap  seperti keluarga

Friday, September 25, 2015

Kemah Kerja 2015: Malam Penuh Kebebasan


            Malam-malam setiap selesai melakukan pengukuran, kegiatan yang dilakukan yakni berdiam diri di depan laptop, mengotak atik data hasil pengukuran dan membuat DTMnya menggunakan software Surpac. Sebelum memulai mengolah data, setiap malam diadakan presentasi untuk melaporkan progress pemetaan yang dilakukan, dari sana bisa diketahui kelompok mana yang sudah cepat dan masih tertinggal.
            Puncak dari pengolahan data yakni pada proses layouting dimalam terakhir sebelum uji peta. Malam itu saya hampir tidak tidur sama sekali untuk melakukan pengolahan data dan layouting. Akhirnya sekitar jam 5 dini hari saya sudah berhasil mencetak peta yang akan diuji nanti jam 7 paginya. Uji peta dilakukan oleh teman sendiri, jadi kelompok lain menguji peta kelompok temannya. Teknisnya gampang, kelompok lain mengambil detil sembarang untuk memastikan koordinatnya tiap detil sudah benar, detil bangunan juga diambil untuk dipastikan keadaan di dunia nyata dan di peta sudah benar. Uji peta ini berlangsung tidak terlalu lama, sampai siang hari uji peta sudah selesai dilakukan. Siang hari saat uji peta, saya menunngu teman yang sedang melaksanakan sholat, menunngu sambil tidur-tidur di pos kambling ditemani angina sepoi-sepoi di desa. Dan bablas akhirnya saya ketiduran disana, itu adalah tidur siang pertama saya dan sekalaigus tidur siang ternikmat setelah sebelumnya hampir tidak tidur sama sekali.

            Malam hari setelah uji peta, dilakukan presentasi lagi untuk melaporkan hasil uji peta. Malam itu saya sudah tidak terlalu memikirkan hasil uji petanya, karena sepertinya prosedur pengukuran sudah diikuti jadi hasilnya harusnya tidak salah-salah amat. Yang terpenting adalah mala mini adalah presentasi terakhir dan besok adalah hari kepulangan kembali kekampus. Setelah selesai presentasi, malam itu menjadi malam penuh keceriaan. Setelah beberapa hari lelah melakukan pengukuran dan pengolahan data, akhirnya ada malam dimana semuanya bisa santai dan menikmati indahnya suasana desa. Ada yang berpain PES sampai pagi, ada yang bakar-bakar jagung da nada juga yang tidur. Saya memustuskan untu ikut membakar jagung sambil mengobrol dengan rekan-rekan tentang apa saja yang sudah kami dapat beberapa hari ini. Malam itu semuanya terlihat jauh lebih gosong dari sebelumnya, bukan jagungnya yang gosong tapi muka kami yang terpapar matahari beberapa hari ini karena mengukur dibawah terik matahari. Tapi semuanya terasa melegakan mala mini. Semua kenangan akan warga desa, detil-detil dan titik BM akan kami tinggalkan besok pagi. Dan semua ini akan selalu indah, selalu indah untuk diceritakan kembali, bahwa saya dan rekan-rekan geodesi UGM, sudah pernah memetakan desa yang penuh keramahan ini, Desa Banyuripan, Kecmatan Bayat, Klaten.

Kemah Kerja 2015: Saat-saat Frustasi


            Beberapa hari bermain dengan total station, detil, total station lagi, dan kembali detil lagi membuat kami sedikit jenuh dan mengalami masa-masa frustasi. Saya sendiri merasa titik puncak kejenuhan dan frustasi pada saat pengukuran detil di hari terakhir. Hari terakhir mengukur detil harus diselesaikan dengan cepat, karena besoknya jadwalnya sudah pengolahan data. Selesai tidak selesai, detil tetap harus diselesaikan hari ini, disaat tenaga sudah mulai habis, dan mulai bosen kami harus tetap menyelesaikan pengukuran detil.
            Ada berbagai macam kegiatan yang kami lakukan ditengah-tengah pengukuran, muali dari membidik sambil mendengarkan musik DJ. Sampai berhenti sejenak untuk mengadakan foto session. Yah entahlah, ketika sudah sangat lelah, omongan dan prilaku bisa ngawur ngidul seperti yang resirat dalam foto ini.
Saat pengen makan babi

Muka nantangin

Sok cool

Adu kentut

Arjuna dan Rahwana

Narsis

Masih narsis

Tetap narsis

Kemesraan ini janganlah cepat berlalu

Tampang kalah judi

menghayal grup band

No comment

Masih grup band

Muka nantangin



            Tidak peduli seberapa lelah hari itu, semuanya akan sirnah ketika semua anggota kelompok kompak dan memiliki semangat yang sama.

LANJUTKAN MEMBACA: MALAM PENUH KEBEBASAN

Thursday, September 24, 2015

Kemah Kerja 2015: Jangan Salahkan Detil!!!


            Memasuki hari ke empat, lima dan enam, merupakan hari dimana harus melakukan pengukuran detil. Di wilayah yang saya dapat, sekitar 50%nya adalah pemukiman, 30% adalah  tegalan dan 20%nya sawah. Awalnya saya kira mendapat detil yang sebagian besar adalah pemukiman akan mudah dan cepat karena tempatnya teduh, namun kalau pemukimannya mencar-mencar dan saling menutupi satu sama lain, ditambah lagi ditutupi tegalan. Agak pusing juga bagaimana cara membidik rumah yang agak jauh dari poligon yang sudah dibuat. Memang bisa saya akui poligon yang sebelumnya dibuat, direncanakan dalam waktu yang singkat dan cepat, sehingga masih ada beberapa bangunan yang belum bisa tercover. Lalu bagaiman solusinya? Solusinya adalah membuat poligon anakan disana sini. Ya apaboleh buat, agar semuanya bisa otercover kami langsung memuat poligon cabang disana sini.
            Membuat poligon cabang disana-sini, namun detil belum juga habis-habis. Ditambah 2 orang personil sudah tepar yakni Eldy dan Amal, bukan karena kelelahan, tapi karena diare akibat sering jajan sembarangan. Yang ini juga sedikit tips, jangan terlalu sering jajan sembarangan nanti bisa kena diare. Ditengah-tengah pengukuran, ada bnyak hiburan yang tiba-tiba kami temui, salah satunya anak-anak di Desa. Banyak anak-anak yang pensaran akan apa yang kami lakukan. Dan banyak yang mengira kalau Total Satation itu adalah kamera, akhirnya iseng-iseng saja kami surh berpose didepan TS seolah-olah sedang difoto, lumayan untuk hiburan.

Lihat kamera dek :) 


            Kembali lagi ke pengukuran detil. Detil yang sudah beberapa hari ini diukur tak juga kunjung selesai. Siapakah yang salah? Jangan pernah menyalahkan detil, apalagi ketika ditanya dosen, “Ada kesulitan?”, jangan pernah menjawab iya ada Pak, detinya banyak! Detil yang ada bukanlah sebuah masalah, melainkan sebauha tantangan yang memanggil untuk segera diselesaikan. Solusi ternaiknya adalah memikirkan bagaimana strategi pengukurannya agar bisa cepat. Sebenarnya yang paling bagus adalah mendesain poligon termasuk poligon cabang diawal sebelum pengukuran dengan sebaik-baiknya. Namun apalah daya, saat itu kami diawal cukup kaget dengan lusnya lokasi yang didapat, serta baru pertama kali melakukan pemetaan seluas ini. Jadi perencanaannya masih belum maksimal, tapi itulah proses pembelajaran yang kami dapat. Walau sedikit kelelahan, semua detil akhirnya bisa kami selesaikan. Sore setelah pengukuran detil selesai, akhirnya kami kembali muka lelah namun bahagia karena semuanya telah selesai.
 
Sore di Bayat
            Beberapa momen saat pengukuran detil:

Menyamakan tinggi pool

Selokan tak berair

Pengukuran detil di BM1
LANJUTKAN MEMBACA: SAAT-SAAT FRUSTASI

Kemah Kerja 2015: Ibu Penjual Cendol


            Selesai melakukan pengukuran KKH dan KKV. Waktunya melakukan pengukuran detil. Sebenarnya dijadwal hari ke empat masih harus melakukan pengukuran KKH dan KKV, namun syukurnya KKH dan KKV sudah bisa diselesaikan terlebih dahulu, dan Tim Polutpun sudah selesai melakukan perhitungan poligon utama sehingga kami bisa memulai pengukuran detil. Pengukuran detil yang pertama dimulai dari titik 1 yang berada di pinggir jalan, tepat di depan sebuah gubug kecil tempat Ibu-ibu menjual es cendol. Dalam benak saya, sepertinya kami sudah menemukan basecamp yang baru J
            Detil yang pertama lebih banyak berupa sawah, jadi lokasinya cukup terbuka dan tidak sulit dibidik, namun konsekuensinya adalah terik matahari yang terasa sangat panas di tengah sawah. Kamipun bergiliran memegang pool di tengah sawah,agar kulit hitamnya bisa sama rata. Mendekati jam 12 siang. Tiba saatnya makan siang, dan makan siang kali ini ditemani dengan es cendol. Untuk mengambil makan siang, kami harus berjalan kaki kembali ke Mess, Ibu penjual cendol yang sepertinya cukup “kasian” melihat kami sedikit lelah dan lapar dengan baiknya menawarkan sepedanya untuk dipakai kalau mau mengambil nasi. “Kalau besok-besok mau pake, pake aja Mas sepeda Ibu”. Memang anak baik, rejekinya tidak kemana-mana, saat itu juga kami mendapat bantuan transportasi yang sudah sangat cukup membantu bagi kami. Makan sambil minum es cendol, ditambah berkelakar dengan Ibu penjual cendol cukup membuat kami terhibur dan kembali semangat melakukan pengukuran. Detil demi detil kami ambil, sampai  beberapa hari akhirnya kami sampe di titik ke 7. Pada titik ke tujuh saat mengukur detil tiba-tiba saja turun hujan, kami memutuskan untuk berteduh dio sebuah pos kambling yang kali ini tidak ada colokannya. Tiba-tiba suara Ibu-ibu yang tidak asing lagi terdengar. “Mas mbak, ini ada minuman hangat dan jagung rebus, enak dimakan pas hujan-hujang seperti ini”, senyum manis Ibu penjual cendol yang biasanya berjualan di dekat titik BM 1. Ternyata rumah Ibu penjual cendol dekat dengan titik BM7. Sekali lagi, rejeki anak baik memang tidak kemana-mana. Hampir semua warga Bayat yang kami temui, semuanya ramah dan baik hati, tidak hanya Ibu penjual cendol.
            Singkat cerita Ibu penjual cendol, yang entah kenapa saya lupa namanya, hanya tinggal sendiri disebuah rumah yang kelihatannya sudah sedikit tua dan terbuat dari kayu. Suaminya sedang bekerja di Jawa timur kalau tidak salah, dan anak-anaknya masih merantau, ada yang sekolah dan sudah menikah. Dibalik kesederhanaannya, Ibu penjual cendol dengan baik hati meminjamkan sepeda, dan memberikan makanan serta minuman yang membuat kami semangat kembali melakukan pengukuran. Di tengah-tengah lelah dan pusing mengukur setiap detil yang ada, Tuhan sepertinya masih memberikan kenikmatan dan pelajar hidup tentang bagaimana nikmatnya sebuah kesederhanaan.

Kopi dan Teh dari Ibu Penjual Es Cendol




LANJUTKAN MEMBACA: JANGAN SALAHKAN DETIL!

Kemah Kerja 2015: Tips KKH dan KKV


Kerangka kontrol menjadi bagian yang penting didalam melakukan pemetaan. Begitu pula dalam pemetaan di Kemah Kerja kali ini, tugas ke 2 setelah melakukan survey pendahuluan yakni melakukan pengukuran kerangka kontrol horizontal (KKH) dan kerangka kontrol vertikal (KKV). Dalam kemah kerja kali ini pengukuran KKH dan KKV diberikan waktu dalam 3 hari. Dengan jumlah 10 titik kontrol, dan lokasi yang cukup luas, walau diberi waktu 3 hari pengukuran tetap harus dilakukan dengan cepat dan tepat. KKH dan KKV ini menjadi sangat penting karena menjadi dasar penentuan posisi dalam pemetaan, kalau belum selesai mengukur KKH dan KKV pengukuran detil tidak bisa dilakukan dan pemetaanpun akan menjadi lebih lama.
Dalam pengukuran KKH dan KKV ini saya dan teman-teman membagi tugas. Saya yang bertugas melakukan pengukuran, Rizki yang melakukan pencatatan, Amal bertugas sentering statif di depan, dan Eldy sentering statif di bagian belakang, sedangka Umar masih melakukan pengukuran bersama Tim Poligon Utama. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah KKH dan KKV dilakukan berbarengan? Alat yang digunakan sama-sama Total Station, karena KKVnya menggunakan metode Trigonometris jadi bisa sekalian. Sebenarnya sebelumnya saya sempat bingung apa harus sekalian apa satu-satu dlu, namun karena sebelumnya sudah bertanya-tanya dengan senior yang sudah melakukan KK, sepertinya lebih baik semua data baik KKH dan KKV dicatat berbarengan saja. Memang memerlukan waktu yang lebih lama, tapi akan lebih banyak data yang terkumpul. Akhirnya hari kedua saya memutuskan untuk mengukur KKH dan KKV sekaligus, tapi lebih ke fokus untuk menyelesaikan KKH terlebh dahulu. Minimal hari kedua ini KKH sudah masuk dalam TOR. Yang membuat lama pengukuran KKH dan KKV ini bukanlah proses mendidiknya, melainkan proses moving alat dari satu tempat ke tempat berikutnya, karena lokasinya yang cukup luas dan alat yang berat tentu saja perlu waktu lama. Jadi saya sarankan pastikan semua ukuran sudah yakin dan mantap sebelum kemudian berpindah ke titik berikutnya, 1 saja ada yang kurang dan harus mengukur ulang di titik yang sama maka itu akan sangat membuang waktu. Langsung saja, dari titik demi titik terus kami lewati, dari pagi sampai kira-kira jam 14.30 siang akhirnya tiba saya harus mendirikan alat di titik terakhir. Cukup grogi juga, karena di titik ini saya akan tahu apakh ukuran KKH dan KKVnya masuk atau tidak, jika tidak maka saya harus siapkan mental yang lebih kuat dan mungkin mencari-cari dimana letak kesalahannya. Begitu menbidik sudut terakhir, tinggal dibaca saja bacaannya sudutnya maka saya bisa tahu KKHnya sudah masuk atau tidak, karnena sudut yang lainnya sudah di hitung. Dan apa yang terjadi.. penutup sudutnya 5 derajat!!! What the hell!! Dengan kemampuan mengukur selama ini tidak mungkin saya melakukan kesalahan sampai 5 derajat. Saya coba berpikir tenang dan menduga-duga dimana letak kesalahannya.  Ricis coba lihat catatan data-datanya. Saya coba tetap tenang, padahal sudah sangat gelisah. Sebelumnya Ricis sudah memidahkan data dari catatan ke tabel, saya cek kembali apakah dia sudah menyalin dengan benar. Dan akhirnya, ternyata Ricis salah menyalin data ke tabel, dan berapa angka yang salah dicatat?? Salah 5 derajat, dan akhirnya  berapakah kesalahan penutup sudutnya?? Kesalahan penutup sudutnya hanya 2 detik J Itu tertiup angin sedikit saja, bisa saya ubah menjadi 0 detik, tapi sudahlah 2 detik saja sudah membuat kami bersorak gembira siang itu. Akhirnya KKH bisa diukur dalam 1 hari. Bagaiman dengan KKV??? Untuk KKV saya perlu menghitung menggunakan laptop, jadi saat itu juga semua alat kami rapikan terlebih dahulu dan menuju basecamp. Basecamp yang kami maksud yakni Pos kambling kecil terbuat dari kayu, yang entah kenapa disana ada 1 colokan pas untuk charging laptop.

Di basecam bersama Umar


Sebelum memulai menghitung KKV seorang Ibu-ibu menghampiri kami, dan dengan senyum manisnya beliau memberikan pisang yang cukup banyak kepada kami. Okelah kesenangan setelah KKH masuk TOR, ditambah pisang dari warga, mantaplah hari ini.

Menikmati pisang dari warga

Ekpresi kalau KKH sudah masuk TOR

      Lnajut menghitung KKV, semua data dimasukkan ke laptop, dan akhirnya tidak masuk J . Kami tidak terlalu sedih dengan KKV ini, karena memang target kali ini selesai KKH. Dilihat dari data KKV yang sudah dihitung hanya perlu beberapa titik saja yang diulang, sepertinya tidak perlu waktu lama, masih ada 2 hari, jadi kami putuskan untuk mengukur KKV besok saja, sore itu kami menikmati pisang dulu di basecamp.

      Sore itu cukup terlewati dengan baik, rinsip kami yakni apa yang kami rencanakan dipagi hari, sudah terlaksana sesuai target, jika dapat melebihi target akan sangat bagus. Malamnya kami presentasi dengan cukup tenang, dan keesokannya mengulang sedikit lagi mengukur KKV dan baru masuk ke detil. 


LANJUTKAN MEMBACA: IBU PENJUAL CENDOL