Saturday, December 27, 2014

Geodet di Tengah Bencana Longsor Banjarnegara


Tak pernah saya duga sebelumnya saya bisa ikut terlibat dalam tim pemetaan wilayah longsor Banjar Negara, Jawa Tengah. Bagi saya, ini merupakan kenaikan kelas dalam tahapan pemetaan. Memetakan wilayah longsor tentu saja akan sangat berbeda dengan melakukan pemetaan untuk membantu skripsi senior ataupun melakukan pemetaan untuk praktikum dikampus.
Pengalaman ini diawali dari dimintanya Tim dari Teknik Geodesi UGM untuk membantu dalam melakukan mitigasi bencana di wilayah bencana longsor Banjar Negara. Lalu bagaimana saya bisa bergabung dengan Tim ini?? Bisa dibilang saya hanya beruntung lalu bisa ikut pemetaan, atau bisa juga dibilang karena punya banyak teman, mungkin juga karena rajin mempublikasikan diri lewat tulisan di blog. Selasa, 16  Desember 2014 saya mendapat pesan singkat dari teman saya, Bondan, yang isinya berisi ajakan untuk  berangkat ke Banjar Negara untuk melakukan pemetaan di wilayah Longsor dan keputusan ikut atau tidak harus diputuskan saat itu juga karena besoknya sudah harus berangkat. Sebenarnya agak bingung juga saat itu harus berangkat atau tidak, besoknya hari Rabu merupakan hari raya Galungan bagi umat Hindu, kalau di Bali semua umat Hindu akan disibukkan dengan serangkaian acara persembahyangan di Pura. Namun setelah dipikir-pikir,kesempatan melakukan pemetaan di wilayah longsor rasanya tidak sering ada dan bisa didapatkan, akhirnya saya putuskan untuk ikut bergabung dalam Tim Pemetaan ini. Saya bukanlah seorang yang ahli dalam pemetaan dibidang bencana alam, bukan orang yang sering melakukan kajian tentang longsor, tapi kenapa Bondan memutuskan mengajak saya? Menurut saya itu karena bagaimana saya menajaga hubungan baik dengan banyak teman dan menunjukkan sikap bisa dipercaya selama dalam pergaulan dikampus.
Bagaimana caranya memetakan wilayah yang sudah terkena longor dan akses jalannya sudah banyak yang rusak? Alat apa yang harus digunakan? 2 Pertanyaan tersebut yang saya pikirkan sesaat setelah memustuskan untuk ikut bergabung kedalam Tim, ternyata Bondanpun masih belum jelas seperti apa nanti proses pemetaannya, karena ternyata dia baru saja juga ditelpon oleh dosen dan diminta bantuannya untuk ikut membantu besok melakukan pemetaan. 2 pertanyaan tadi akhirnya terjawab ketika saya mengikuti brifing keesokan harinya. Pemetaan diwilayah longsor dilakukan dengan menggunakan pesawat tanpa awak (UAV) yang kemudian akan menghasilkan foto udara. Nah foto udara yang dihasilkan memerlukan titik kontrol tanah  atau Ground Control Point (GCP) agar dapat foto yang dihasilkan dapat diolah dan ditampilkan dalam bentuk 3 dimensi. GCP ini diukur dengan menggunakan GPS type Geodetik, dan hasil akhirnya berupa koordinat. Jika kamu mahasiswa Geodesi yang sudah mengambil materi Fotogrametri atau penginderaan jauh, pasti sudah pernah melakukan yang namanya rectifikasi citra, nah dalam rectifikasi citra image to map, akan memerlukan koordinat titik GCP. Biasanya waktu mengajar inderaja dasar ke Diploma 3 saya selalu mengatakan  kalau  mengukur GCP yang benar itu sebaiknya menggunakan GPS yang memiliki ketelitian tinggi. Itu teorinya, tapi saya juga belum pernah melakukannya.

Pada saat brifing
 Nah disinilah tugas saya kali ini, menerapkan teori tersebut, mengukur koordinat GCP dengan menggunakan GPS Geodetic. Bagi saya kepuasan belajar itu berada ketika ilmu teori yang disampaikan dikelas, bisa diterapkan di dunia nyata.
Sebenarnya saya baru saja mengambil mata kuliah GNSS, belum pernah saya melakukan pengukuran menggunakan GPS diluar kampus. Tapi saya yakin bekal kuliah GNSS di Geodesi UGM, sudah cukup untuk saya melakukan pengukuran di Banjar Negara.  Ada 5 GPS Geodetic yang akan dipakai masing-masing alat dipegang oleh 1 orang, jadi saya juga kebagian 1 alat. Dalam tim kali ini terdiri dari 9 orang, tim dipimpin oleh Bapak Ruli Andaru, dosen saya, kemudian ada juga koordiantor tim GPS Bapak Iqbal Taftazani yang juga dosen saya, dan tentunya ada tim yang mengukur menggunakan GPS yang semuanya mahasiswa yakni Mas Afradon (Geodesi 2010), Bondan Galih (Geodesi 2012), Kevin Alkindi (Geodesi 2012) dan saya tentunya, serta ada 2 lagi 2 orang rekan pak Ruli yang akan membantu dalam menerbangkan pesawat, dan ditambah lagi Pak Wahyudi, driver handal dari dijurusan Geodesi J
Rabu sore sekitar jam 4 akhirnya brifing seleai dilakukan, alat juga sudah dicek semua. Ada sedikit perubahan jadwal keberangkatan, keberangkatan diundur menjadi hari Kamis, namun berangatnya jam 3 dini hari. Esoknya benar saja jam 3 pagi, dengan sedikit terkantuk-kantuk, saya sudah berada di mobil jurusan menuju ke Banjar Negara. Untuk sampai ke Banjar Negara perlu waktu sekitar 4 jam dari Jogja. Tidur kembali di mobil sepertinya menjadi pilihan yang tepat J. Akhirnya sekitar jam 8.30 tim sampai di lokasi longsor, sedikit molor karena paginya tentu sarapan dulu, dan sedikit nyasar karena navigator mobilnya sempat ketiduran. Sampai dilokasi longsor, sudah terlihat banyak banayk sekali polisi, tentara serta relawan yang berada disana. Tidak semua masyarakat boleh masuk kelokasi bencana, untung tim dari Geodesi UGM sudah membawa “surat sakti” dari UGM, cukup mengatakan dari Geodesi UGM dan menunjukkan suratnya, semua wilayah bisa diakses.
Kondisi Longsor Banjar Negara

Tak berlama-lama, begitu sudah berada dilokasi tim langsung menuju titik yang sudah direncanakan sebelumnya untuk dijadikan GCP. Ada sedikit perubahan beberapa titik GCP karena lokasi yang sulit diakses. Saya mendapat lokasi yang menurut saya sedikit kurang menantang, saya mengukur didepan posko penampungan makanan , alhasil saya mengukur malah bisa sambil minum susu ditemani beberapa tentara yang sedang berjaga diposko. Pengukuran menggunakan GPS dilakukan selama 1 jam, metode  pengukuran yang digunakan yakni metode statik. Jadi receiver hanya diam disatu titik tanpa perlu berpindah. Setelah meakukan setting alat, mengukur tinggi GPS, tinggal dinyalakan pengukuran sudah bisa dilakukan.
GPS Geodetic

Titik yang saya ukur berada tepat di pinggir jalan, agak was-was juga karena banyak kendaran yang lewat, alat pada saat mengukur harus tetap dalam keadaan diam, dan tidak boleh bergerser. Jadi benar-benar harus dipantau, terutama ketika ada mobil lewat yang mepet-mepet lepinggir jalan, maklum harga GPS Geodetic bisa seharga mobil avansa, jadi dari pada terjadi sesuatu yangtidak diinginkan lebih baik diawasi dengan teliti. Menunggu 1 jam sepertinya begitu cepat karena saya ditemani ngorol oleh Tentara yang berjaga di posko. Rupanya dia tertarik dengan GPS yang saya bawa karena sebelumnya beliau pernah melakukan pengukuran dengan Teodolit yang statifnya katanya mirip seperti yang saya bawa J . Akhirnya 1 jam disana saya habiskan dengan menjelaskan apa itu GPS, mulai dari sejarahnya untuk kepentingan militer Amerika, sampai munculnya GNSS dan sampai pula kepengukuran static.
Akhirnya 1 jam berakhir, sorenya saya akan melakukan pengukuran di 1 titik lagi. Namun sayang sekali cuaca disore hari tidak mendukung, hujan yang cukup deras disertai petir. Namun tim masih belum menyerah, dengan jas ujan, kami melewati jalan yang sudah digenangi air lengkap dengan lumpur akibat longsoran menuju ketitik yang berada didekat lokasi longor. Namun sayang jalan menuju titik GCP terhalang oleh sungai yang mererobos kejalan, sehingga titik tidak bisa dijangkau. Sempat menunggu beberapa saat, namun arus sungai malah semakin deras. Dan celakanya, Kevin dan Pak Wahyudi masih berada di seberang sungai. Karena cuaca semakin tidak mendukung, akhirnya tim memutuskan balik ke penginapan dan Kevin serta Pak Wahyudi dijemput menggunakan mobil dengan mencari jalan alternative lain, yang jaraknya cukup jauh dan memerlukan waktu 2 jam untuk kesana.
Jalan yang terpotong oleh sungai

Keesokan harinya jam 7 pagi tim sudah berangkat kembali ke lokasi longsor, kali ini saya mendapat lokasi titik yang cukup menantang yakni berada diseberang sungai yang kemarin, dan dekat dengan bencana longsor. Saku celana depan berisi GPS Handheld, saku kiri berisi HT serta paku payung, saku belakang berisi air minum dan surat sakti, lengkap membawa GPS dan Premark, peralatan sudah lengkap semua, saya bersama Pak Ruli serta Pak Iqbal menuju ke titik yang sama. Sayang sekali sungai yang kemarin ternyata masih deras, namun titik yang diseberang harus diukur. Cara menyebrangi sungai inilah yang paling mengesankan,untung ada bantuan kopasus, perhatikan foto dibawah ini :
Trnasportasi kalau sedang terjadi bencana.



Begitulah cara melewati jalan yang sudah ditutupi sungai, cukup menantang J .Akhirnya semua titik sudah diukur dan dipasangi Premark, pesawat pun mulai mengudara, saya hanya menyaksikan dari bawah. Setelah beberapa lama, cuaca kembali tidak bersahabat karena banyak awan yang menutupi, sampai akhirnya penerbangan pesawat harus dilanjutkan esok hari. Sore itu juga tugas saya mengukur GCP sudah selesai jadi untuk besok saya tidak ikut lagi, saya bersama Bondan, Kevin, Mas Adon serta Pak Iqbal kembali menuju Jogja, Pak Ruli dan tim pesawa UAV masih standby dilokasi longsor untuk melakkan pengukuran esok hari.
Berikut hasil olahan data yang sudah dihasilkan dari pengukuran kemarin yang sudah diolah oleh dosen saya.






Pengalaman pemetaan kali ini sungguh mengesankan. Menerapkan ilmu Geodesi untuk misi kemanusiaan adalah pengalaman yang jarang saya dapat. Semoga bisa menginspirasi.

Pesawat UAV


Bersama tim geodesi UGM



 

Best Regards

Made Sapta – Geodesi UGM 2012

Tuesday, December 16, 2014

Pengolahan Data Multibeam Echosounder dengan MBES System


Pernah mendengar Multibeam Echosounder? Bagi mahasiswa Teknik Geodesi yang sudah mengambil mata kuliah survey hidrografi atau Oseanografi Fisis seharusnya sudah tahu apa itu Multibeam Echosounder. Multibeam Echosouder adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran kedalaman dan pemetaan dasar laut. Prinsip kerjanya yakni kedalaman dasar laut bisa diperoleh dengan memantulkan Gelombang Akustik kedasar laut, kemudian gelombang akustik akan dipantulkan kembali ke sensor yang ada dikapal sehingga nanti bisa dihitung nilai kedalamannya dan dibuat model dasar lautnya.
Beberapa waktu lalu saya sempat terlibat dalam pengukuran kedalaman di Waduk Sermo dengan Singlebeam Echosounder, bedanya singlebeam echosounder dengan multibeam echosounder yakni singlebeam hanya memancarkan 1 gelombang akustik untuk memperoleh data kedalam, sedangkan multibeam echosounder memancarkan banyak gelombang dalam waktu yang bersamaan, lebih mudahnya perhatikan gambar berikut ini:

Nah, kali ini saya tidak akan bercerita tentang bagaimana saya survey menggunakan multibeam echosounder, karena saya tidak melakukannnya. Yang saya lakukan adalah melakukan pengolahan data multibeam echosounder. Perlu diketahui harga multibeam echosounder, bisa dikatakan sangat mahal, bisa sampai ratusan juta bahkan miliar. Saat ini jurusan teknik Geodesi UGM juga belum memiliki alat ini, jadi sepertinya agak sulit mencari kesempatan bisa survey langsung menggunakan alat multibeam echosounder ini.
Kembali kepengolahan data, belajar mengolah data multibeam echosounder ini bisa saya dapatkan berkat adanya kakak angkatan saya yang dengan baik hati bersedia mengajarkan bagaimana cara mengolah data Multibeam Echosounder  dari awal sampai mendapatkan hasil akhir berupa model gambaran dasar lautnya. Kakak angkatan saya yakni Mbak Qori Tri Kurnia, mahasiswi Teknik Geodesi UGM angkatan 2010, yang sebentar lagi mau lulus dan kebetulan topik skripsi yang diambil berkaitan dengan pengolahan data multibeam echosounder. Kegiatan pelatihan ini juga merupakan agenda kegiatan dari study club Hidrografi KMTG, yang sudah terbentuk sejak tahun 2012 lalu.
Kegiatan pelatihan berlangsung 2 hari, 1 hari teori dan 1 hari praktek, sayang sekali tidak begitu banyak peseta yang ikut pelatihan ini, mengingat mahalnya harga alat multibeam echosounder, data kedalaman yang sebagian besar merupakan privasi perusahaan atau instansi dan cara mengolah yang agak sulit, saya merasa sangat beruntung bisa ikut pelatihan ini, sudah diberi data gratis, diajari dengan detil dari awal  pengolahan, untuk yang ini saya sangat berterimakasih kepada Mbak Qori. Mbak Qori menjelaskan dia bisa mendapatkan data multibeam ini dari Instansi pemerintah, setelah sebelumnya sempat praktek/magang di Instansi tersebut selama 1 bulan. Karena datanya cukup rahasia dan tidak untuk konsumsi publik jadi tidak akan saya jelaskan instansi dan wilayah datanya secara mendetail. Namun jika berminat tahu lebih dalam, silahkan kontak saya secara personal saja, mungkin ada beberapa data yang bisa dishare, tentunya atas seijin Mbak Qori terlebih dahulu. Berbagi ilmu memang menyenangkan, karena itulah tujuan blog ini ada.
Langsung saja keintinya, “lalu dari mana mulai mengolah data multibeamnya?” Pengolahan data multibeam kali ini menggunakan Mutibeam Echosounder (MBES) System. MBES System sendiri secara langsung terinstall ketika kita menggunakan system oprasi Poseidon Linuk pada computer. Jadi kalau masih menggunakan Windows 7 atau Windows 8, maka kita perlu menginstall Poseidon LINUK, namun jangan khawatir 1 komputer bisa sekalius menggunakan Linuk dan Windows. Berikut tampilan desktop posaidon linuk:


Nah kalo sudah tampil seperti diatas, selanjutnya tinggal masuk ke folder data yang akan diolah. Sekali lagi karena data yang saya miliki tidak bisa dishare kepublik jadi tidak bisa saya tampilkan. Jika sudah berada dalam folder datanya, coba klik kanan lalu pilih Open in Terminal. Tampilannya akan seperti berikut:

Pada tampilan terminal inilah pengolahan data dilakukan. Ada banyak perintah yang bisa digunakan untuk mengolah datanya. Misalnya perintah untuk menampilkan format data, mengubah format data, dan lain sebagainya. Namun perintahnya disini bahasanya agak rumit dan sulit untuk dihafalkan. Seperti bahasa pemrograman. Nah untuk memudahkan dalam pengolahan data, semua perintah programnya bisa dilihat diewebsite ini http://www.mbari.org/data/mbsystem/html/mbsystem_man_list.htmlhttp://www.mbari.org/data/mbsystem/html/mbsystem_man_list.html. Misalnya saja untuk mendownload data dalam format ASCII berikut perintahnya: mblist -f-1 -i datalist.mb-1 -R116.69/116.72/-1.21/-1-19 -oXYZ >listkoordinat.txt” .  Dan masih banyak lagi perintah-perintah lainnya, semuanya sudah tertera dalam website yang sudah saya sebutkan tadi. Untuk langkah-langkah dari awal masih saya buatkan modulnya, tapi sekali lagi mungkin tidak bisa untuk konsumsi publik. Nah biar ada sedikit gambaran mengenai hasil akhir pengolahan datanya, ini hasil pengolahan data yang berhasil saya buat atas bimbingan Mbak Qori:



            Mugkin itu yang bisa saya share kali ini. Ilmu yang terasa sulit awalnya ternyata terasa menyenangkan dan mudah untuk dipelajari jika dikerjakan dengan sunggu-sungguh. Dan yang penting tentunya ada pembimbing yang baik hati dan sabar mengajari seperti Mbak Qori.


Monday, December 1, 2014

Pura Vaikuntha Vyomantara – Pertemuan Singkat 2 Tahun Lalu.



21 November 2014



Sore ini  tak biasanya saya menghabiskan senja di Paskhas,TNI AU. Bukan untuk latihan militer atau mendaftar TNI, namun untuk melaksanakan kegiatan GEOID yang merupakan kegiatan ospek jurusan. Ini adalah kali pertama dilakukan GEOID di Paskhas. Ada banyak pelajaran baru yang didapat di Pashkash kali ini.Namun tidak itu yang akan saya bahas kali ini. Hari ini tanggal 21 November 2014, bertepatan dengan hari raya tilem (bulan mati). Bagi umat Hindu seperti saya dihari raya Tilem seperti ini dianjurkan untuk melaksanakan persembahyangan di Pura. Kebetulan sekali ada Pura yang berlokasi tepat ditengah-tengah Markas TNI AU, yakni Pura Vaikuntha Vyomantara. Saya belum pernah sembahyang dipura ini sebelumnya. Entah kenapa, jika berada di Luar Bali, ketika datang ke Pura perasaan nyaman, teduh dan tenang akan datang sendiri.
Saya datang ke Pura bersama 2 orang teman saya yakni Adi dan Ditha, rekan sedharma di Geodesi. Tanpa pakaian adat, tanpa udeng kami bertiga datang ke pura. Maklum saja selama GEOID kami tidak menyiapkan pakaian adat, karena acara kepura ini juga tidak direncanakan sebelumnya. Jika di Bali ke Pura tanpa berpakaian Adat, mungkin akan terlihat sangat aneh dan mencolok. Namun jika di Jawa ada perasaan yang berbeda, tidak ada orang yang mmpermasalahkan bahkan sepertinya semua memaklumi.
Di Pura Vaikuntha Vyomantara, sepertinya memang dibuat untuk anggota TNI yang beragama Hindu, hal ini bisa dilihat dari sebagian besar potongan rambut umat yang bersembahyang disana, sebagian besar ala TNI. Namun Pura ini juga dibuka untuk umum, cukup ijin mengatakan akan sembahyang, free acces pun didapat.
Selama bersembahyang saya duduk paling belakang bersama Ditha dan Adi, disebelah saya ada Bapak-Bapak yang sudah duduk terlebih dahulu bersama 3 orang anaknya, didepan saya ada wanita ‘ayu’ yang dari tadi asik mengbrol dengan temannya. Begitu kami bertiga duduk, Ibu-Ibu didepan saya dengan sigap bertanya “ Dari mana?” sambil tersenyum penuh keramahan. Mungkin beliau penasaran dengan kostum kami yang bertuliskan GEOID dan jarang terlihat di Pura ini. Saya jawab dengan senyum ramah, Teknik Geodesi UGM Bu J. Si Ibu hanya mengaguk dan tersenyum, tak ada kelanjutan obrolan karena jaraknya memang agak jauh didepan dan sulit mengbrol. Namun yang menarik adalah Bapak yang duduk disebelah kanan saya. Sekilas saya perhatikan saya pernah melihat Bapak ini, tapi saya masih belum yakin. Disinilah ilmu ‘basa-basi’ itu diperlukan, namun sebelumnya saya memulai ternyata Bapak disebelah kanan saya sudah menyapa terlebih dahulu. Pertanyaanya sama, sedikit berbau geospasial. “Dari Mana?” Tentu tidak akan saya jawab dari koordinat 430835.73m E , 9141738.49 S. Saya jawab dari Teknim Geodesi. Dari sana kemudian terjadilah berbagai macam obrolan. Saya tahu beliau adalah seorang guru Agama di sebuah SMA di Jogja, yang sekarang tinggal disekitar daerah Gedong Kuning. 1 pertanyaan singkat dari yang akan menjawa rasa penasaran saya. “Apa bapak pernah memberi materi atau kuliah agama Hindu di Fakultas Teknik UGM?” Iya pernah 2 tahun lalu, saya lupa nama jurusannya, dulu ada keponakan saya yang mengundang kesana, namanya Putu Praja”. Ternyata benar 2 tahun lalu dalam kegiatan ospek jurusan yang dimana saya adalah pesertanya, ada kegiatan siraman rohani, waktu itu yang beragama Hindu, mendapat wejangan dari seorang Guru Agama, yang saya lupa namanya. 2 tahun lalu waktu siraman rohaninya dilaksanakan malam hari dan cukup singkat, sekitar 1 jam. Itupun dilaksanakan dalam kondisi yang cukup melelahkan karena sebelumnya siraman rohani ada kegiatan lain. 2 tahun lalu sepertinya cepat berlalu, Guru yang dulu mengajarkan Agama, bahkan hampir saya lupakan, saya memohon maaf untuk yang satu ini. 2 tahun lalu saya,Adi dan Ditha diajari selama kurang lebih 1 jam  oleh Bapak yang saat ini duduk sembahyang bersama saya. Dulu Beliau  mengajari mengenai bagaimana mengamalkan nilai-nilai keagaman selama kuliah. Kini setelah 2 tahun berlalu, akhirnya bertemu kembali dengan Sang Guru. Akhirnya kami semua mengbrol banyak membahas mnegenai kegiatan dulu, yang sekarang dan bermacam-macam hal.
Tak terasa waktu 2 tahun begitu cepat berlalu. Jika tidak dimanfaatkan dengan baik akan ada banyak hal yang terlewatkan. Suasana hening, damai dan tenang tiba-tiba datang menghentikan semua obrolan malam itu, sudah waktunya sembahyang.



Saturday, November 15, 2014

Pengukuran Deformasi Waduk Sermo


Mengukur deformasi bukan merupakan kegiatan yang sering saya lakukan. Namun kali ini, saya mendapat kesempatan terlibat dalam pengukuran deformasi Waduk Sermo. Pengukuran kali ini dilaksanakan 2 hari pada tanggal 8 dan 9 November 2014. Jika ada yang masih asing dengan istilah deformasi, deformasi itu sama dengan pergeseran. Lalu untuk apa mengukuran pergeseran Waduk? Disinilah peran geodesi, melakukan monitoring. Bayangkan jika ternyata suatu tanggul waduk setiap beberapa bulan atau dalam 1 tahun mengalami pergeseran, bisa saja waduk tersebut  berpotensi untuk jebol, kalau sudah begitu tentu akan berbahaya. Maka dari itu perlu dilakukan monitoring secara berkala.
Pengalaman mengukur waduk ini saya bisa dapat berkat ajakan dari kakak angkatan saya yang sedang menyelesaikan tesisnya, yakni Dessy Aprianti, Mahasiswi Teknik Geodesi UGM angkatan 2010. Ajakan ini cukup menarik, sebelumnya Mbak Dessy menyelesaikan skripsinya juga dengan meneliti deformasi Waduk Sermo, waktu itu saya menonoton sidang skripsinya. Kebetulan ada 1 titik yang pergeserannya agak aneh menurut dosen pengujinya, entah itu karena salah mengolah data, salah mengukur atau sentering, saya tidak tahu. Yang jelas saya sering “menggoda” Mbak Dessy, dengan mengata-ngatai kalau skripsinya tidak akurat karena ada pergeserannya aneh, tentunya hal ini hanya sebatas guyonan tanpa bermaksud menyinggung perasaan, apalagi ingin mengkoreksi skripsinya yang tentunya saya tahu kalau Mbak Dessy sudah sangat ahli dalam mengolah data hasil ukuran deformasi. Namun untuk data tesisnya kali ini sepertinya tidak bisa saya pakai guyonan lagi, hal ini dikarenakan saya sendiri tergabung dalam tim yang mengukur. Dan jika adanya data yang aneh maka dimungkinkan juga terjadi karena kesalahan selama proses pengukuran. Maka dari itu saya mencoba untuk mengukur sebaik mungkin agar tidak ada kesalahan.
 Pengukuran deformasi ini tergolong pengukuran yang memerlukan akurasi tinggi sehingga pengukuran harus benar-benar teliti, mulai dari tahap mendirikan alat, membidik dan mencatat harus teliti. “Kenapa harus teliti??” Jawabannya  jika tidak teliti akan mempengaruhi hasil akhir pengolahan data. Salah satu tujuan utama pengukuran ini yakni untuk mengetahui apakah terjadi deformasi di waduk sermo atau tidak. Jika kurang teliti misalnya pada saat mengukur terjadi kesalahan centering 1 cm,hal ini bisa mengubah kesimpulan akhir, misalnya seharusnya kesimpulan yang benar adalah tidak terjadi deformasi pada waduk sermo, namun karena kesalahan centering akhirnya kesimpulannnya berubah menjadi terjadi deformasi di waduk sermo, jika sudah salah seperti itu tentu dapat membahayakan, apalagi jika data pengukurannya benar-benar dipakai misalnya oleh instansi pemerintah.
Pengukuran dengan ketelitian tinggi merupakan salah satu ciri khas Geodesi, hasil pengukuran dituntut memiliki akurasi dan presisi yang tinggi. Bayangkan pergeseran waduk beberapa mili meter saja begitu diperhatikan, apalagi kamu. :) 
Dalam pengukuran kali ini ada 5 orang yang terlibat termasuk Mbak Dessy. Yang bertugas mengukur yakni ada Mas Bagas Lail (Teknik Geodesi 2011), Mas Lutfi (Teknik Geodesi 2011), dan saya tentunya. Selain itu  ada juga Mas Afradon (Tekbik Geodesi 2010) yang membantu memberi pengarahan dalam mengukur dan sekaligus menjadi supir. Seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya, saya menjadi orang yang termuda dalam tim, kondisi ini sebenarnya sangat meguntungkan, karena saya tahu saya akan bepeluang mendapat paling banyak pelajaran dari senior-senior saya. Beberapa tips untuk mahasiswa yang masih junior atau baru masuk kuliah, mulailah membangun hubungan baik dengan seniornya sedini mungkin, perbanyak teman, dan tunjukkan sikap yang ingin belajar lebih dengan senior, maka jika ada pekerjaan seperti proyek atau penelitian kita bisa terlibat didalamnya, dan kadang pengalaman proyek atau peneilitian diluar kampus, ilmunya akan sangat berharga dan bisa tidak didapat selama perkuliahan. Saling membantu antar angkatan seperti yang saya dan teman-teman lakukan diwaduk sermo ini sebenarnya sangat menguntungkan, saya yang masih junior mendapat pengalaman mengukur dan memanfaatkan ilmu yang baru saya dapat diperkuliahan, sedangkan yang lebih senior pekerjaannya bisa lebih ringan karena ada bantuan tenaga dari adik-adiknya.
Kembali lagi ke pengukuran di Waduk Sermo, konsep pengukuran deformasi ini sebenarnya tidak terlalu rumit. Intinya kita meletakkan titik di sekitar waduk sermo dan dihitung koordinatnya, kemudian dalam selang waktu tertentu titik tersebut diukur kembali dan dihitung koordinatnya, jika hasil koordinatnya masih sama seperti sebelumnya maka Waduk Sermo tidak mengalami pergeseran, namun jika koordinatnya berubah maka kemungkinan terjadi deformasi. Berikut ilustragi titik disekitar waktu sermo.



Tugas saya dalam pengukuran ini adalah mengukur jarak antar titik BM (Bench Mark) / titik kontrol, dan mengukur sudut yang dibentuk antar titik. Kemudian hasil ukuran jarak dan sudut ini akan diolah oleh Mbak Dessy dan hasilnya berupa koordinat, koordinat tersebut adalah koordinat titik-titik BM. Seperti penjelasan sebelumnya koordinatnya akan dibandingkan dengan koordinat yang sebelumnya pernah dihitung.
Pengukuran sudut dilakukan 2 seri rangkap, sehingga 1 titik didapat 8 kali bacaan sudut. Sedangkan jarak diukur 10 kali. Karena menggunakan alat Total Station jadi tidak  terlalu sulit dalam mengukur, yang menantang adalah lokasi titiknya yang tidak semuanya ditempat yag mudah dijangkau, ada 1 titik yang letaknya diatas bukit, sehingga untuk mencapainya harus mendaki terlebih dahulu lengkap sambil membawa statif dan Total Station. Selain itu jarak antar titik jaraknya cukup jauh, sehingga sewaktu memindahkan alat perlu waktu yang cukup lama. Namun ketika alat sudah terpasang semuanya, pengukuran bisa dilakukan dengan mudah, tantangan lainnya yakni cuacanya yang cukup panas, karena semua titik berada ditempat yang terbuka, alhasil kulit menjadi lebih gosong setelah mengukur. Tapi untungnya saya, Mas Bagas dan Mas Lutfi saling bergantian mengukur sehingga gosongnya merata J

 
 


Walau panas, mengukur disekitar Waduk Sermo sebenarnya menyenangkan karena Waduk Sermo juga merupakan lokasi wisata, pemandangannya begitu indah. Yang tidak menyenangkan adalah ada banyak sekali orang pacaran disekitar Waduk Sermo. Saya mengukur di titik-titik yang letaknya diplosok-plosok Waduk Sermo, dan ternyata diplosok-plosok juga banyak yang pacaran, untuk yang ini saya sarankan tidak untuk ditiru. Akhirnya beberapa kali saya salah bidik, yang ini juga jangan sampai terjadi J Beberapa kali saya “mengusir” orang yang sedang pacaran. Karena saya mengukur didekat orang pacaran, akhirnya beberapa pasangan memutuskan untuk pergi, mungkin merasa terganggu, padahal saya yang sebenarnya sangat terganggu dengan orang pacaran ini, sudah baru putus, dihadapi pada pemandangan tidak menyenangkan pula, cuaca menjadi semakin terasa “panas”.
Kembali ke proses pengukuran, ada satu lagi kejadian yang menarik, ada 1 titik yang sangat sulit dibidik karena tertutup oleh semak-semak,jika kata Mbak Dessy tahun lalu tidak ada semak-semak selebat sekarang, maka sekarang semak-semaknya sudah menutupi pandangan dari 1 titik ke titik yang lainnya. Karena sepertinya tidak mungkin membersihkan semak-semak yang begitu lebat maka apa yang dilakukan?? Yang dilakukan yakni mendirikan prisma setinggi mungkin, dan mendirikan Total Station lebih pendek dari biasanya. Sedikit tips bagi yang ingin mulai memasang titik BM yang akan digunakan untuk mengukur deformasi secara berkelanjutan, pastikan saja titik tersebut masih bisa dilihat dipengukuran berikutnya..

Itu saja mungkin yang bisa diceritakan dipengukuran kali ini. Pengukuran kali ini berakhir diwarung makan ayam cepat saji, tentu saja ditraktir pemeberi pekerjaan J Pengukuran kali ini benar-benar memberi banyak ilmu tambahan, dan yang penting pengukuran kali ini tidak akan terjadi kalau saya tidak dekat dengan kakak-kakak saya dikampus. Jadi mulailah menjaga hubungan baik dengan kakak-kakak senior, dosen dan semua orang yang kita kenal.





Friday, October 24, 2014

Ancaman Bom di Perairan Indonesia


Februari, 2016.
            Pagi ini saya mendapat sebuah email. Mendapat email memang sudah biasa, tapi email yang satu ini tidak biasa. Subyek dari email ini berisikan tulisan “tolong”, dan yang lebih tidak biasa lagi adalah pengirimimnya yakni bertuliskan I Made Andi Arsana. Beliau adalah dosen teknik geodesi yang saat ini menepuh pendidikan S3 di Australi. Tidak biasanya saya mendapat email darinya, apalagi dengan subyek “tolong”. Langsung saja saya buka emailnya dan saya dapati isinya seperti ini
            Om Swastyastu Made Sapta,
            Sekarang posisinya Made dimana? Saya ada tugas penting untuk kamu De, dan untuk tugas kali ini saya ingin bertemu langsung dengan Made. Tolong segera hubungi saya jika made bisa.
            Andi
            Selesai membaca isi pesannya, saya langsung melihat waktu penerimaan email ini, untungnya email ini ternyata baru dikirimkan 2 menit yang lalu. Saya sedkit berdebar – debar mendapat email seperti ini, entah tugas apa yang akan saya terima. Tawaran seperti ini jarang diterima, dan pasti tidak akan saya tolak, karena hal semacam ini dapat membina hubungan yang baik dengan dosen, dan hal itu penting bagi saya sebagai mahasiswa. Langsung saja saya balas email tersebut.
            Om Swastyastu Pak Made
                        Saya di Tabanan Pak. Saya bisa Pak, tapi tugasnya apa ya Pak?
Itu balasan singkat saja dari saya. Tak kurang dari 3 menit saya langsung menerima balasan email dari Pak Made.
Nanti saya jelaskan ketika kita bertemu. Sekarang kamu cari saja lokasi saya, ini koordinatnya 64 9636649 E 8686949 N, lokasinya masih di Tabanan dan tolong jangan ceritakan pada siapa –siapa tentang email ini dulu sebelum kita bertemu. Saya percayakan padamu De.
Andi
            Mendapat balasan seperti ini saya mejadi semakin penasaran dan sekaligus berdebar – debar. Saya berusaha berpikir tenang. Ini adalah tugas dari Pak Made Andi, kesempatan ini tidak akan saya lewatkan. Langsung saja saya buka aplikasi GPS di handphone saya dan memasukkan koordinat yang diberikan. Mencari lokasi dengan koordinat tentunya hal yang biasa dilakukan oleh mahasiswa geodesi.
            Sepengetahuan saya seharusnya Pak Made Andi berada di Australi, tetapi beberapa hari yang lalu saya sempat membaca statusnya yang mengatakan akan ke Bali. Tapi ada apa sebenarnya sehingga harus ke Bali? Dan tugas apa yang hendak diberikan pada saya? Pertanyaan itu terus menghantui saya dalam perjalanan. Lokasi yang diberikan Pak Made tidak jauh dari rumah saya, jaraknya di GPS menunjukkan 5,6 km. setelah melewati beberapa kilometre saya menyadari kalau lokasinya mengarah ke Desa Tegal Jadi. Mungkin saja kerumah Pak Made Andi yang ada di Tegal Jadi. Saya tidak tahu dimana tepatnya rumah Pak Made Andi, tapi dengan koordinat dan GPS pastilah lokasinya dapat saya temukan.
            Setelah melaju bebrapa menit dengan motor, akhirnya saya berhenti disebuah rumah di Desa Tegal Jadi. GPS saya menunjukkan lokasi yang dimaksudkan Pak Made Andi ada di dalam rumah yang dihias style Bali ini. Tanpa ragu saya langsung mengetok pintu dan memberi salam Om Swastyastu. Beberapa detik kemudian terdengar sebuah langkah kaki dari dalam, dan kemudian membukaan pintu. Kali ini insting Geospasial saya ternyata membawa saya ketempat yang benar, terlihat Pak Made mebukaan pintu dan mengajak saya masuk.
Ayo De, silahkan masuk, kita tidak punya banyak waktu.
            Mendengar kata – kata itu saya semakin tidak menegrti ada apa sebenarnya, langsung saja saya ikut masuk  ke dalam rumah. Saya diajak ke sebuah ruangan yang cukup luas, disana sudah ada 2 orang pria yang bertubuh besar dengan ramput pendek seperti cukuran polisi atau tentara.
Kenalkan De, Bapak Bapak ini adalah Pak Eka, dan Pak Panca, beliau berdua adalah anggota TNI-AL.
Maaf Pak Made, sebenarnya tugas saya apa ya Pak? Tanya saya yang dari tadi sudah bingung apa arti semua ini.
Begini De, 5 hari yang lalu anggota TNI-AL menemukan 3 buah bom yang masih aktif diwilayah perainan NTT dan 2 bom diperaiaran selatan Bali.Kemungkinan masih ada banyak Bom lain yang tersebar diseluruh perairan Indonesia. Selain itu 2 Hari yang lalu TNI-AL mendapat surat ancaman dari orang yang tidak dikenal yang menyatakan akan meledakka semua perairan Indonesia 3 hari lagi dari sekarang. TNI-AL memerlukan bantuan sarjana Geodesi untuk memebantu menemukan semua Bom itu De, kamu harus ikut membantu Bapak.
Saya cukup tekejut mendengar penjelasan Pak Made Andi. Ini adalah keadaan yang sulit.
Tapi Pak, apa yang bisa saya lakukan? Belum banyak ilmu yang saya kuasai, saya baru semsester II Pak.
Bapak pernah membaca tulisan kamu tentang penelitian yang kamu lakukan untuk PKM itu De,tentang identifikasi arus laut. Kejadian kali ini tidak jauh dari hal itu De.
Mungkin inilah yang dimaksud The Power of Writing oleh Pak Made Andi dalam sebuah tulisannya yang pernah saya baca. Berkat menuliskan pengalaman saya dulu, saya menjadi terlibat dalam kejadian yang penting ini.
Kemudian Pak Panca memeberi penjelasan kepada saya ,
Begini Made, hasil identifikasi yang dilakukan TNI terhadap 5 bom yang telah ditemukan, menunjukkan bahwa lokasi Bomnya selalu berada pada kedalaman 5 – 8 meter. Dan pada saat air surut bom itu masih tenggelam namun saat pasang kedalamannya tidak lewat dari 8 meter. Selain itu Bom juga ditemukan pada lokasi yang arus lautnya tidak terlalu kencang.
Mendengar penjelasan Pak Panca itu pikiran saya mulai terbuka. Ya benar ini mirip penelitian yang saya lakukan dulu untuk PKM. Saya dulu memncari lokasi untuk menenpatkan turbin sebagai pembangkit listrik tenaga arus laut dengan variable berupa kuat arus yang pas dengan tenaga turbin,kedalaman yang tidak terlalu dalam dan tidak tenggelam saat surut. Kemudian dari 3 variabel tersebut saya membuat peta lokasi yang cocok untuk memasang turbin. Jika dihubungkan dengan pengeboman ini, cukup mirip, kalo dulu saya mencari lokasi yang cocok untuk turbin sekarang saya mencari lokasi kemungkinan peneror bisa meletakkan bom.
Ya Pak Made saya mengerti sekarang, ada 3 variabel yang harus kita urus terlebih dahulu yakni kedalaman, arus, dan pasang surut. Kita bisa mememtakan lokasi yang mungkin ada Bomnya. Data kedalaman bisa kita peroleh dari hasil survey Batimetri yang sudah pernah dilakukan, saya mempunyai data batimetri seluruh perairan Indonesia yang saya peroleh dari Dishidros saat penelitian terdahulu. Sedamgkan data pasut bisa kita download di http://ioc-sealevelmonitoring.org/, data arus bisa kita peroleh dari peyedia data satelit altimetry.
Tepat sekali De, itulah alasan kenapa Bapak mengajak kamu De. Tapi kita cuma punya waktu 1 hari untuk memetakan seluruh lokasi kemungkinan Bomnya berada, karena setelah itu seluruh anggota TNI akan menyisir perairan yang kita petakan. Sore ini kita akan berangkat ke Jogja dengan pesawat TNI-AU, akan lebih mudah memetakan lokasi di Lab. Teknik Geodesi UGM, kamu siap De?
Siap Pak! Sebenarmya saya masih tidak menyangka semua ini, semuanya terasa singkat dan terjadi begitu saja.Ini tidak sama dengan PKM lagi yang mengejar posisi juara, atau membantu senior yang penelitian untuk skripsi.
Siang itu juga saya kembali pulang sebentar dan mempersiapkan barang bawaan saya. Pak Made menjelaskan semuanya kepada orang tua saya sehingga saya diberi ijin pergi ke Jogja. Semua data – data penelitian yang dulu, saya kumpulkan, mulai dari peta batimetri seluruh perairan Indonesia yang bisa dibuka dengan Global Mapper sampai dengan data arus perairan Indonesia. Kesemua data itu nantinya pasti akan di overlay dan dijadikan peta. Sebelum berangkat Pak Made mengajak saya ntuk sembahyang dulu sebelum berangkat. Saya tidak bisa focus saat itu, pikiran masih terbayang bagaimana kalua Bom itu tidak bisa diantisipasi, apa jadinya lautan Indnesia nantinya. Selintas terngiang kembali kata Pak Subaryono sewaktu kuliah dulu.
Tiga focus utama bidang geodesi-geomatika :
1.      Penentuan posisi dalam ruang (positioning).
2.      Pemerolehan data yang terkait posisi
3.      Manajemen data/informasi termasuk distribusi dan penyebarluasannya.
Sekarang saya menegerti semua itu. Pertama tujuan saya adalah menentukan lokasi tempat yang dimungkinkan terdapat Bom. Kedua saya harus memperoleh data arus, batimetri dan pasang surut yang menjadi indicator dalam penentuan posisi Bom. Ketiga saya  mengolah data tersebut menjadi peta kemudian mendistribusikannya kepada anggota TNI untuk mencari Bomnya. Mungkin ini yang dimaksud pengalaman adalah guru terbaik, materi dikelas tentu tak semenarik dan setegang pengalaman saya saat ini.
Setelah semuanya beres, sore itu juga kami berangkat. Saya diajak kepangkalan TNI-AU dan naik pesawat TNI. Dalam satu pesawat terdapat 8 orang anggota TNI ditambah saya dan Pak Made Andi, serta 2 orang pilot. Suasananya cukup tegang saat itu, tidak banyak pembicaraan. Dibagian tempat duduk paling belakang terdapat kotak hitam yang sangat besar dan terlihat 2 orang anggota TNI duduk dekat dengan kotak itu dengan persenjataan yang lengkap.Saya memberanikan diri menanyakan isi kotak tersebut ke Pak Panca yang duduk disebelah saya. Sepertinya dia punya jabatan yang tinggi dalam TNI ini, banyak embel2 di bajunya yang tidak ada di anggota lainnya.
Pak Panca, isi kotak itu apa ya pak?
Isi kotak tersebut adalah Bom yang waktu ini ditemukan De, sengaja tidak dimusnahkan karena akan diteliti diJogja. Bomnya tergolong baru ditemukan di Indonesia.
Apa Bomnya sudah dijinakkan Pak? Tanya saya dengan nada cukup cemas.
Tenang saja De, Bom itu tidak akan meledak sebelum 3 hari kedepan.
Mendengar kata – kata itu saya menjadi cukup tegang. Itu berarti Bomnya belum dijinakkan. Pak Made Andi rupanya mendengar percakapan saja.
Semuanya akan baik – baik saja De. Pak Made tersenyum pada saya, tapi sepertinya senyumnya ini tidak biasa. Ada rona kecemasan di matanya. Terlihat keringat yang keluar di pipi kanannya, dari raut wajahnya sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Sementara itu saya terus melihat kotak hitam itu. Ada firasat buruk dalam hati saya, saya berusaha menghilangkannya, tapi perasaan tidak enak ini terus datang, entah apa artinya.
Tiba – tiba terdengar suara dari kotak hitam tersebut.
Tit tit tit tit tit. Terdengar suara seperti alaram. Semua mata langsung tertuju pada kotak hitam itu. 2 orang penjaga kotak itu kemudian melihat Pak Panca, kemudian Pak Panca mengangguk seperti seolah memeberi isyarat. Kemudian ke 2 petugas tadi membuka kotak tersebut. Suasanya menjadi semakin menegangkan.
Pak Panca tolong segera kesini!! Salah seorang petugas tadi memanggil Pak Panca dengan nada yang cukup panik. Pak panca langsung membuka sabuk pengamannya dan menuju kotak itu sembari menyuruh semuanya tetap tenang. Tentu saja saya tidak bisa tenang. Keringan dingin mulai keluar dari tubuh saya. Ternyata bukan cuma saya, saya melihat keseliling, ternyata semua angoota lainnya   nampak gelisah.
Kita harus segera membuang Bom ini Pak !, kata salah seorang petugas tadi.
Tidak bisa! Jika membuang Bom ini kita tidak akan bisa menjinakkan Bom2 yang lainnya.
Sementara itu suara Bom itu semakin cepat seolah olah mau meledak.
Tapi Pak ini demi keselamatan kita, kita tidak tahu kapan Bom ini akan meledak!! Kita harus mebuangnya!
Pak Panca nampak kebingungan, jiwa kepemimpinannya seolah tidak tegas dalam menangani situasi genting ini. Sementara  bom itu terus berbunyi makin cepat, Pak Made Andi bangun dari tempat duduknya dan menuju Bom itu.
Bom ini harus dibuang, jika kita mati disini semuanya akan sia – sia! saya semakin cemas dengan hal ini. Terlintas bayangan almarhum kakak saya, apakah saya akan bertemu dengannya sekarang. Pak Made Andi terlihat ingin membantu anggota TNI yang juga berniat membuang Bom itu, namun ia langsung dihalangi dan dipegang oleh Pak Panca. Saya tidak bisa diam, saya langsung bangun dan berlari kearah Pak Made, begitu berlari, terdapat guncangan di pesawat kemungkinan akibat cuaca yang buruk saat itu. Saya kehilangan keseimbangan, saya terjatuh dan kepala saya membentur kotak hitam ini.Terlihat beberapa detik sebuah cahaya merah yang berkedip kedip dan penuh dengan kabel, terlihat angka yang menunjukkan angka 7 kemudian berganti menjadi 6. Kepala saya masih pusing akibat benturan itu.  Saya hampir tak sadarkan diri baying - bayang gelap mulai meyelimuti pandangan saya. Kemudian terdengar teriakan yang tidak asing lagi,,
            Cepat bangun De! Seberkas cahaya kemudian menusuk mata saya.  Ternyata suara itu adalah suara Ibu saya, iya membuka korden jendela kamar saya sehingga cahaya pagi masuk ke kamar saya. Saya terbangun dari mimpi.

                                                                                                Made Sapta
Teknik Geodesi UGM 2012
PS:
1.      Kisah dalam cerita ini hanya fiktif belaka.
2.      Pemeran utama dalam cerita ini yakni Made Sapta(Mahasiswa) dan Bapak I Made Andi Arsana (Dosen), menggunakan nama sebenarnya atas persetujuan yang bersangkutan.
3.      Penulis terinspirasi dari kegiatan PKM-Penelitian penulis bersama Bondan, Baihaqi, Chae, dan Fajar, serta keseharian penulis.








Friday, October 17, 2014

Tidak Ada Biaya Kuliah? Sarankan Cari Beasiswa Bidikmisi


Kuliah merupakan tahapan pendidikan yang bisa dibilang cukup menentukan masa depan. Berbeda jika SMA dan SMP mungkin sebagian siswa masih mentargetkan untuk bisa lulus dengan hasil yang baik, namun jika kuliah biasanya lebih menekankan mau jadi “orang” seperti apa nanti setelah kuliah. Namun bagaimana jika tidak bisa kuliah?? Permasalahan klasik biasanya adalah karena biaya kuliah yang cukup mahal. Di tahun 2014 ini sebenarnya tidak ada alasan lagi untuk mengatakan kuliah itu mahal. Kuliah mahal itu hanya untuk orang yang malas dan tak mau berusaha. Apakah anda termasuk orang yang seperti itu? Jika iya silahkan berhenti membaca dan pergi tidur.
Namun jika kamu sedang berusaha mencari beasiswa kuliah, khususnya S1 atau D3 coba sempatkan baca artikel ini. Saat ini saya sedang kuliah di Universitas Gadjah Mada, jurusan Teknik Geodesi dan sedang menerima beasiswa Bidikmisi. Kuliah di Universitas sebesar UGM boleh jadi orang yang kurang paham perkembangan dunia pendidikan mengira biaya kuliah di UGM cukup mahal, dengan segudang fasilitas yang ada. Kalau boleh jujur dari awal kuliah di UGM bisa dibilang saya hampir tidak mengeluarkan uang sedikitpun, bahkan saya mendapat uang untuk biaya hidup. Penyelamat saya adalah Beasiswa.
Saya besar disebuah desa yang tidak terlalu modern di Kabupaten Tabanan, Bali. Dan kemudian SMA baru ke Kota untuk mengenyam pendidikan. Perpindahan dari desa kekota ini membuat saya sadar, memang agak berbeda ternyata informasi beasiswa yang ada di Desa khususnya Desa yang agak jauh dari Kota dengan di Kota. Kesenjangan informasi ini terutama berimbas kepada para orang tua yang ada di Desa yang mungkin masih jarang atau bahkan tidak pernah membuka Internet dan masih sibuk menghitung berapa kwintal hasil panen padi musim ini. Kejadian yang membuat saya miris biasanya beberapa orangtua teman saya, bila saya tanyakan anaknya sekarang kuliah dimana? Terkadang jawabananya dengan muka memelas dan penuh rasa keperihatinan yang mendalam, “Uang dari mana untuk kuliah, makan saja susah”. Seoalh-olah kuliah itu sesuatu yang sangat mahal dan mustahil untuk diraih.
Saya sebenarnya tidak menyalahkan orangtua yang demikian, karena memang keterbatasan dalam memperoleh informasi. Namun bagaimana dengan anaknya yang merupakan generasi Muda dan akan melanjutkan orang tuanya. Jika yang generasi Muda mengatakan ingin kuliah namun tidak ada dana dan ikut pasrah menghadapi kenyataan, saya berani katakan pemuda yang seperti ini adalah orang yang malas dan tak mau berusaha.
Jujur saja, kedua orang tua tergolong dalam keluarga yang tidak bisa mendapat informasi dengan mudah dan asing dengan penggunaan internet. Namun untungnya keduanya sadar bahwa pendidikan itu penting. Pernah suatu ketika, waktu itu saya sudah kulaih 2 semester, Ibu saya menelpom karena ada Ibu-ibu didesa yang lainnya bagaimana prosedur saya bisa mendapat beasiswa. Yang saat itu ibu saya juga lupa karena memang dari awal beasiswanya saya urus sendiri, walau sudah dijelaskan ,saking sibuknya mencari nafkah, ibu saya sering lupa dengan beasiswa anaknya, kalau ditanya jawabannya beasiswa dari pemerintah, entah pemerintah yang mana  dimaksud J.
Beasiswa yang saya peroleh adalah beasiswa Bidikmisi. Jika kamu sekarang benar-benar tidak ada uang untuk kuliah, orang tua bingung mencari uang, tapi kamu mau berusaha, kejarlah beasiswa ini. Kuliah bisa benar-benar GRATIS dan dapat uang saku.

Apa itu beasiswa Bidikmisi?
             Beasiswa bidik misi adalah program beasiswa yang seluruh perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta terpilih di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Apa saja syarat calon penerima Beasiswa?
Persyaratan pendaftaran bisa dilihat di Buku panduan bidikmisi, filenya bisa didownload di http://daftar.bidikmisi.dikti.go.id/petunjuk/pedoman . Pedoman ini teridir dari 42 halaman, saya sarankan baca semuanya secara rinci. Jika kamu malas mebaca buku ini saya jamin beasiswa bidikmisi akan semakin menjauh. Jika kamu orang desa yang orang tuamu juga jarang mengakses internet, printlah panduan ini lalu jelaskan ke orangtuamu. Sekali lagi panduan ini hanya untuk orang yang mau berusaha, mau membaca. Jika tidak mau membaca buang semua anggapan beasiswa itu mudah.  
Persyaratan untuk mendaftar tahun 2014 adalah sebagai berikut: (tiap tahunnya biasanya ada revisinya, silahkan download tiap tahunnya untuk mendapat yang tebaru):  
1.   Siswa SMA/SMK/MA/MAK atau bentuk lain yang sederajat yang akan lulus pada tahun 2014
2.   Lulusan tahun 2013 yang bukan penerima Bidikmisi dan tidak bertentangan dengan ketentuan penerimaan mahasiswa baru di masing-masing perguruan tinggi;
3.   Usia paling tinggi pada saat mendaftar adalah 21 tahun;
4.   Tidak mampu secara ekonomi dengan kriteria:
a.   Siswa penerima Beasiswa Siswa Miskin (BSM);
b.   Pemegang Kartu Pengaman Sosial (KPS) atau sejenisnya ;
c.   Pendapatan kotor gabungan orangtua/wali (suami istri) sebesar-besarnya Rp3.000.000,00 per-bulan. Pendapatan yang dimaksud meliputi seluruh penghasilan yang diperoleh. Untuk pekerjaan nonformal/informal pendapatan yang dimaksud adalah rata rata penghasilan per bulan dalam satu tahun terakhir; dan atau
d. Pendapatan kotor gabungan orangtua/wali dibagi jumlah anggota keluarga sebesar-besarnya Rp750.000,00 setiap bulannya;
5.      Pendidikan orang tua/wali setinggi-tingginya S1 (Strata 1) atau Diploma 4.
6.      Berpotensi akademik baik berdasarkan rekomendasi kepala sekolah.
7.      Pendaftar difasilitasi untuk memilih salah satu diantara PTN atau PTS dengan ketentuan:
a.  PTN dengan pilihan seleksi masuk:
                       i.   Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN);
                       ii.  Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMTPN);
                       iii. Seleksi mandiri di 1 (satu) PT
                  b. PTS dengan pilihan seleksi masuk di 1 (satu) PTS

Apa saja komponen pembiayaan Beasiswa Bidikmisi?
   Komponen atau jenis dana bantuan biaya pendidikan dan penggunaannya adala
 1. Biaya pendaftaran
a. Pendaftar Bidikmisi dibebaskan biaya pendaftaran SNMPTN, SBMPTN dan seleksi mandiri pada salah satu PT (pendaftar secara otomatis akan mendapatkan fasilitas bebas bayar di dalam sistem pendaftaran SBMPTN).
b.  Pendaftar Bidikmisi yang sudah diterima melalui salah satu seleksi tidak diperkenankan mendaftar seleksi lainnya.
     2. Bantuan biaya penyelenggaraan yang dikelola perguruan tinggi,       maksimal Rp2.400.000,00 (dua          juta empat ratus ribu               rupiah) per-semester per-mahasiswa yang dapat digunakan               untuk:
a.   Biaya yang dibayarkan saat pertama masuk ke perguruan tinggi;
b.   UKT Khusus Bidikmisi/SPP/Biaya kuliah yang dibayarkan ke perguruan tinggi;
c.    Penggunaan lain sesuai rencana kerja dan anggaran perguruan tinggi.  
   3. Bantuan biaya hidup yang diserahkan kepada mahasiswa,                minimal  sebesar Rp 3.600.000,00 (tiga        juta enam ratus ribu       rupiah) per-  semester dengan ketentuan:
a. Perguruan tinggi menetapkan besaran bantuan biaya hidup melalui SK    Rektor/Direktur/Ketua;
b.  Perguruan tinggi dapat membuat kesepakatan penentuan besaran dan periode bantuan  biaya hidup dengan perguruan tinggi lain dalam kabupaten/kota yang sama
   4. Biaya Kedatangan
       Biaya kedatangan atau resetlement di alokasikan sebesar 50% kuota/jumlah mahasiswa baru @           Rp1.500.000,00 dapat digunakan sesuai urutan prioritas sebagai berikut:
a.    Penggantian biaya transport untuk mahasiswa yang berasal dari luar kabupaten/kota untuk 1 (satu) kali dari tempat asal menuju perguruan tinggi sesuai dengan jarak dan ketentuan yang berlaku (Permenkeu Nomor 10 84/PMK.02/2011 atau Permenkeu Nomor 113/PMK.05/2012 bagi mahasiswa yang tidak dapat menunjukkan bukti tiket perjalanan).
b.  Biaya hidup sementara bagi calon mahasiswa yang berasal dari luar kota yang besarnya maksimum setara dengan bantuan biaya hidup 1 (satu) bulan.
c.   Biaya pengelolaan (seleksi dan atau verifikasi data calon mahasiswa penerima Bidikmisi dalam bentuk penilaian berkas, visitasi, wawancara dan sejenis).
d.  Kegiatan terkait dengan orientasi mahasiswa baru misalnya pengenalan kehidupan kampus, bantuan pendampingan berbasis
Mungkin itu yang bisa saya share mengneai beasiswa Bidikmisi, selengkapnya silahkan baca panduannya sendiri l. Sekarang tak ada alasan lagi tidak bisa kuliah karena biayanya mahal. Selamat Berjuang!!!!



Best Regards
Made Sapta


Teknik Geodesi UGM 2012