Suatu pagi di
Kalimantan Utara tahun 2017, saat mengawasi beberapa unit Excavator yang sedang
mencari batubara, muncul obrolan yang cukup menarik dengan salah seorang
pengawas. Sebenarnya lebih tepatnya beliau bisa dikatakan mentor saya sekaligus
“orang tua” saya selama di Kaltara karena usianya hanya selisih beberapa tahun
dengan orang tua saya di Bali. Beliau mengatakan, ia sudah bekerja merantau di
dunia pertambangan bahkan saat usianya jauh lebih muda dari saya saat itu. Satu
pesan beliau yang membuat saya berpikir sejenak, di usianya yang tidak muda
lagi dia masih harus merantau dan jauh dari keluarga. Ia belum bisa berhenti
bekerja, karena memang penghasilan utama masih bertumpu pada slip gaji dari
bekerja di tambang. Beliau membandingkan dirinya dengan tetangganya yang ada di
Jakarta, selama ia bertahun-tahun pulang pergi Jakata-Kalimantan,ada
tetangganya yang dari dulu beternak lele, namun bisa hidup normal dan
menyekolahkan anaknya hingga kuliah, namun ia tidak harus kehilangan waktu
bersama keluarga. Pesan beliau pada saya, “selagi kamu masih muda, kelola lah
keuanganmu dengan benar, sehingga di ketika kamu seusia dengan saya, kamu
memiliki banyak waktu luang dan tidak kekurangan uang”.
Obrolan di pagi itulah
awal mula saya mulai fokus untuk lebih mendalami management keuangan serta
menentukan saya mau “kedidupan” seperti apa di usia yang tidak muda lagi
kedepannya. Saya mulai berpikir untuk memiliki penghasilan tambahan selain
mengandalkan slip gaji. Sebenarnya dari saya kuliah, saya memiliki sedikit
penghasilan dari jualan buku karya saya sendiri, namun ketika sudah bekerja,
buku ini tidak terkelola dengan baik. Saya mulai berpikir bagaimana caranya
memiliki penghasilan tambahan yang terjadwal seperti ibarat gaji tambahan namun
tidak mengganggu pekerjaan saya di tambang. Beberapa kisah orang suskes yang
saya baca, orang yang baru memuali suatu usaha di mulai dari apa yang ia punya
saat memulai, dan memaksimalkan penggunaannya. Seperti halnya Microsoft yang
dimulai dari garasi mobil. Saya mulai melihat ke diri saya saat itu, yang saya
tidak punya yaitu waktu luang, karena masih bekerja di tambang, dan yang saya
punya adalah sedikit lahan yang terbengkalai di kampung yang tidak menghasilkan
apapun. Bersyukurnya saya masih memiliki orang tua yang masih sehat dan
memiliki banyak waktu luang di masa tuanya.
Dari sinilah saya
mulai mengubah lahan yang terbengkalai menjadi beberapa kolam lele, kandang
babi dan ayam. Di tulisan berikutnya saya akan menceritakan secara detil
mengenai ternak lele. Yang saya lakukan adalah menyisihkan sebagian gaji saya
untuk modal beternak, mengatur cashflownya, membantu pemasaran dan mencari
rekanan komunitaas ternak, serta mengecek kondisi ternak pada saat cuti,
Selebihnya dikelola oleh orang tua saya yang tentunya sangat bisa di percaya. Hampir
setahun berjalan di dunia ternak, saya mulai memikirkan berbagi ide ide baru
untuk dikerjakan kembali, tapi tentunya tidak semuanya dengan mudah begitu saja
diwujudkan karena ada hal lain yang harus diperhitungkan dalam pengelolaan
keuangan,
Saya banyak
terpengaruh oleh buku Cashflow Quadrant karya Robert T. Kyosaki dan Channnel
youtube “Succes Before 30” milik bapak Chandra dalam hal pengelolaan
keuangan. Menurut Kyosaki, ia membagi
orang ke dalam empat kuadran berdasarkan cara orang menghasilkan uang, empat
kuadrant tersebut yakni E, S, B dan I. Singkatnya E adalah employee atau
karyawan, S = Self Employee, B = Big Business, dan I untuk Investor. Buku ini menyadarkan
dikuadrant mana saya berada, dan kenapa
mentor saya dulu di Kaltara harus tetap bekerja di usianya yang sudah tidak
muda lagi. Perlahan saya sepertinya
mulai menyadari kehidupan seperti apa yang harus saya perjuangkan dimasa tidak
muda lagi, tapi tentunya perjalan untuk mewujudkannya masih panjang.
Di masa kuliah,
saya tidak terlalu memperhatikan pengetahuan mengenai pengelolaan keuangan,
karena memang saat itu belum banyak atau bahkan tidak ada yang dikelola. Namun
saat ini ketika sudah memiliki slip gaji sendiri dan berbagai keinginan untuk
diwujudkan, kesadaran untuk sangat jitu dalam pengelolaan keuangan menjadi hal
yang wajib. Saya menyadari, semakin dini/ semakin muda saya melakukan trobosan
untuk mengelola keuangan dan mebuat suatu usaha baru, semakin banyak ilmu yang
akan saya pelajari dari setiap kesalahan yang nantinya mungkin akan saya
lakukan. Banyak rekan pekerja di tambang
yang saya jumpai, baru memulai mimikirkan apa yang akan dilakukan setelah tidak
bisa bekerja lagi ketika akan mendekati masa pensiun, dimana sebelumnya ia
hanya mengandalkan slip gaji. Namun akan menjadi beresiko ketika memulai suatu
usaha di usia yang tidak produktif lagi dan mengalami kegagalan. Bagi saya akan
lebih bagus kegagalan itu saya sudah rasakan di saat masa produktif, sehingga
kegagalan itu tidak akan benar-benar menajdi kegagalan namun lebih terasa
seperti pembelajaran untuk kemudian menang.
Namun semuanya
hal yang sudah direncanakan mungkin bisa saja tidak berjalan sesuai keinginan,
hal yang terencana saja bisa tidak tercapai sesuai keinginan, apalagi tidak
direncanakan dan dikelola dengan benar. Selamat merencanakan keuangan anda
sendiri!
www.madesapta.com