Monday, September 23, 2019

Karyawan, Wirausaha, dan Pengelolaan Keuangan




Suatu pagi di Kalimantan Utara tahun 2017, saat mengawasi beberapa unit Excavator yang sedang mencari batubara, muncul obrolan yang cukup menarik dengan salah seorang pengawas. Sebenarnya lebih tepatnya beliau bisa dikatakan mentor saya sekaligus “orang tua” saya selama di Kaltara karena usianya hanya selisih beberapa tahun dengan orang tua saya di Bali. Beliau mengatakan, ia sudah bekerja merantau di dunia pertambangan bahkan saat usianya jauh lebih muda dari saya saat itu. Satu pesan beliau yang membuat saya berpikir sejenak, di usianya yang tidak muda lagi dia masih harus merantau dan jauh dari keluarga. Ia belum bisa berhenti bekerja, karena memang penghasilan utama masih bertumpu pada slip gaji dari bekerja di tambang. Beliau membandingkan dirinya dengan tetangganya yang ada di Jakarta, selama ia bertahun-tahun pulang pergi Jakata-Kalimantan,ada tetangganya yang dari dulu beternak lele, namun bisa hidup normal dan menyekolahkan anaknya hingga kuliah, namun ia tidak harus kehilangan waktu bersama keluarga. Pesan beliau pada saya, “selagi kamu masih muda, kelola lah keuanganmu dengan benar, sehingga di ketika kamu seusia dengan saya, kamu memiliki banyak waktu luang dan tidak kekurangan uang”.
Obrolan di pagi itulah awal mula saya mulai fokus untuk lebih mendalami management keuangan serta menentukan saya mau “kedidupan” seperti apa di usia yang tidak muda lagi kedepannya. Saya mulai berpikir untuk memiliki penghasilan tambahan selain mengandalkan slip gaji. Sebenarnya dari saya kuliah, saya memiliki sedikit penghasilan dari jualan buku karya saya sendiri, namun ketika sudah bekerja, buku ini tidak terkelola dengan baik. Saya mulai berpikir bagaimana caranya memiliki penghasilan tambahan yang terjadwal seperti ibarat gaji tambahan namun tidak mengganggu pekerjaan saya di tambang. Beberapa kisah orang suskes yang saya baca, orang yang baru memuali suatu usaha di mulai dari apa yang ia punya saat memulai, dan memaksimalkan penggunaannya. Seperti halnya Microsoft yang dimulai dari garasi mobil. Saya mulai melihat ke diri saya saat itu, yang saya tidak punya yaitu waktu luang, karena masih bekerja di tambang, dan yang saya punya adalah sedikit lahan yang terbengkalai di kampung yang tidak menghasilkan apapun. Bersyukurnya saya masih memiliki orang tua yang masih sehat dan memiliki banyak waktu luang di masa tuanya.
Dari sinilah saya mulai mengubah lahan yang terbengkalai menjadi beberapa kolam lele, kandang babi dan ayam. Di tulisan berikutnya saya akan menceritakan secara detil mengenai ternak lele. Yang saya lakukan adalah menyisihkan sebagian gaji saya untuk modal beternak, mengatur cashflownya, membantu pemasaran dan mencari rekanan komunitaas ternak, serta mengecek kondisi ternak pada saat cuti, Selebihnya dikelola oleh orang tua saya yang tentunya sangat bisa di percaya. Hampir setahun berjalan di dunia ternak, saya mulai memikirkan berbagi ide ide baru untuk dikerjakan kembali, tapi tentunya tidak semuanya dengan mudah begitu saja diwujudkan karena ada hal lain yang harus diperhitungkan dalam pengelolaan keuangan,
Saya banyak terpengaruh oleh buku Cashflow Quadrant karya Robert T. Kyosaki dan Channnel youtube “Succes Before 30” milik bapak Chandra dalam hal pengelolaan keuangan.  Menurut Kyosaki, ia membagi orang ke dalam empat kuadran berdasarkan cara orang menghasilkan uang, empat kuadrant tersebut yakni E, S, B dan I. Singkatnya E adalah employee atau karyawan, S = Self Employee, B = Big Business, dan I untuk Investor. Buku ini menyadarkan  dikuadrant mana saya berada, dan kenapa mentor saya dulu di Kaltara harus tetap bekerja di usianya yang sudah tidak muda lagi.  Perlahan saya sepertinya mulai menyadari kehidupan seperti apa yang harus saya perjuangkan dimasa tidak muda lagi, tapi tentunya perjalan untuk mewujudkannya masih panjang.
Di masa kuliah, saya tidak terlalu memperhatikan pengetahuan mengenai pengelolaan keuangan, karena memang saat itu belum banyak atau bahkan tidak ada yang dikelola. Namun saat ini ketika sudah memiliki slip gaji sendiri dan berbagai keinginan untuk diwujudkan, kesadaran untuk sangat jitu dalam pengelolaan keuangan menjadi hal yang wajib. Saya menyadari, semakin dini/ semakin muda saya melakukan trobosan untuk mengelola keuangan dan mebuat suatu usaha baru, semakin banyak ilmu yang akan saya pelajari dari setiap kesalahan yang nantinya mungkin akan saya lakukan.  Banyak rekan pekerja di tambang yang saya jumpai, baru memulai mimikirkan apa yang akan dilakukan setelah tidak bisa bekerja lagi ketika akan mendekati masa pensiun, dimana sebelumnya ia hanya mengandalkan slip gaji. Namun akan menjadi beresiko ketika memulai suatu usaha di usia yang tidak produktif lagi dan mengalami kegagalan. Bagi saya akan lebih bagus kegagalan itu saya sudah rasakan di saat masa produktif, sehingga kegagalan itu tidak akan benar-benar menajdi kegagalan namun lebih terasa seperti pembelajaran untuk kemudian menang.
Namun semuanya hal yang sudah direncanakan mungkin bisa saja tidak berjalan sesuai keinginan, hal yang terencana saja bisa tidak tercapai sesuai keinginan, apalagi tidak direncanakan dan dikelola dengan benar. Selamat merencanakan keuangan anda sendiri!

www.madesapta.com