Jumat, 17 Oktober 2015
Sore
ini ada sedikit tugas peting yang terselesaikan, baru saja menyelesaikan dua
ujian tengah semester yang cukup penting, Pasang Surut Laut dan Survei Rekayasa
Laut. Hampir saja “mabuk laut” mempelajari keduanya tapi syukurlah masih bisa
bertahan. Dua mata kuliah ini penting karena saya ingin menjadi “pakar”
dibidang ini. Kali ini saya tidak akan membahas kedua matakuliah ini, melainkan
hal yang lainnya.
Pagi
tadi baru saja ingin berangkat kuliah, baru 500 meter membawa motor tiba-tiba
saja ada yang aneh dangan jalanan yang saya lintasi, terasa tidak semulus
biasanya. What the hell!! Siapa yang ngerusakin jalan. Begitu lihat ke belakang,
ternyata bukan jalannya, tapi ban motor saya yang bocor. Untung masih dekat
dengan kos, akhirnya balik lagi ke kos dan minta diantarkan teman. Sepertinya
motor inisial M.I.O ini sedikit ngambek. Sore hari selesai kuliah langsung saya
tuntun motor saya menuju bengkel terdekat. Ke tempat biasa di jalan Pandega Marta,
bengkel kecil sederhana dengan Bapak-bapak yang cekatan memperbaiki motor.
“Ganti ban Pak,
luar dalem ya, yang belakang aja.” Kondisi ban yang sudah sangat halus memaksa
saya harus mengganti ban luar dan dalam. Sebenarnya sudah harus diganti dari dulu, namun apa daya baru ada dana
sekarang. “Yang depan tidak sekalina diganti Mas?” tanya Pak Bengkel kala
mengganti ban. “Lain waktu saja Pak kalau sudah ada rejeki”. Yah untuk
mengganti ban saya harus benar-benar menunngu kondisi keuangan yang tepat,
maklum kuliah dari beasiswa Bidikmisi. Kebetulan sekali kemarin beasiswa
Bidikmisi baru keluar setelah telat hampir dua bulan. Sebelum dipakai untuk
kebutuhan yang lainnya, saya gunakan dulu untuk ganti ban. Tidak sampai satu
jam, ban motorpun sudah menjadi baru. Namun masih ada yang kurang rasanya,
motor saya penuh dengan debu. Saatnya mencuci. Tidak perlu ketempat cucian
motor, cukup baawa ke kos dan cuci sendiri. Lumayan dengan air gratis dari ibu
kos, kit shampoo Rp. 1000, kit magic Rp. 2000, motor ini akan saya ubah
penampilanya.
Kala menggosok
sepion motor, tercermin muka saya senidiri, ingatan saya melayang ke beberapa
tahun silam sewaktu SMA kelas 3. Kala itu saya “diusir” dari rumah membawa
motor. Saat itu pikiran saya kosong tak karuan membawa motor, tak tau arah dan
tujuan, hanya mengikuti jalan utama entah sampai mana. Saya diusir bukan karena
saya melakukan suatu kesalahan atau kenakalan, tapi memang untuk membawa motor
ini jauh dari rumah. Maklum motor ini sudah jatuh tempo dan harus dibayar
cicilannya. Entah sudah beberapa bulan tidak dibayar. Maklum saat itu ada
sedikit musibah yang menimpa keluarga, jadi memang benar-benar belum bisa
membayar cicilan. Sepajang perjalanan saya hanya merenungi keadaan. Entah apa
yang harus saya lakukan agar bisa membantu orangtua saat itu. Pikiran kosong, dunia
terasa hitam putih, dan motor-motor lalu lalang disebelah saya terasa tak
bersuara dan hanya lewat penuh ego. Sedih, kacau, dan tak berdaya bercampur aduk
kala itu.
Entah kenapa
tiba-tiba diperjalana ada “cahaya terang” yang membuka pikiran saya. Kemudian
ada yang berbisik, “kamu sudah disiapkan untuk keadaan ini, dan kamu yang akan
mengubahnya menjadi lebih baik”. Saat itu saya sadar, saya yang termuda saat
ini didalam keluarga, dan saya masih punya masa depan yang panjang, tentu saja
saya tidak ingin keadaan keluarga saya akan terus seperti ini. Saya akan
merubah semuanya. Saat itu juga Tuhan terasa sangat dekat dan hangat, entah
dari mana datangnya. Seketika saya
merubah haluan, dan mulai mengarah ke restoran terbaik di kota saya. Bukan
untuk makan, saya hanya membeli segelas es teh, dan mulai membuka buku
persiapan SNMPTN yang kebetulan saat itu saya bawa untuk persiapan mencari
kuliah. Saya sadar usaha terbaik yang bisa saya lakukan untuk membantu keluarga
saat itu adalah belajar, tak malu saya
berdiam diri lama disebuah restoran mewah dengan hanya memesan es teh, dan
belajar seharian disana, suasananya yang tenang membuat saya betah disana.
Tidak terasa
saya sudah hampir selesai mencuci motor. Pikiran kemana-mana membuat mencuci
motor terasa cepat. Sedikit demi sedikit usaha dan kerja keras dulu membuahkan
hasil. Kini saya kuliah dengan beasiswa, juga ada sedikit tambahan dari jualan
buku dan membantu-bantu dosen. Dengan motor yang masih sama, tapi sudah lunas,
terkadang saya juga sering lupa bersyukur. Dan akhirnya tulisan ini pun ada
untuk mengingatkan saya kembali untuk bersyukur, atas apa yang Tuhan bisikan
kepada saya dulu, dan agar kedepannya selalu diingatkan untuk menjadi lebih
baik. Tulisan ini tidak mengajarkan untuk mencuci motor dulu sebelum bersyukur,
tulisan ini mengajarkan untuk tidak pernah menyerah apapun cobaan yang
diberikan oleh-Nya, karena sesuguhnya hal yang sulit itu bukanlah cobaan,
melainkan sebuah pelajaran baru yang Tuhan ingin saya atau anda kuasai.
Salam
Made Sapta