Thursday, December 15, 2016

Menghitung Productivity Excavator




Membahas mengenai productivity tak pernah lepas dengan yang namanya Kapasitas dan Cycle Time. Sebagai seorang yang newbie di dunia tambang saya mencoba untuk menuliskan setiap ilmu baru yang saya dapat, bagi sebagian orang yang sudah berkecimpung lama di dunia tambang, mungkin tulisan ini hanya berisi butiran debu yang ilmunya sudah biasa diterapkan, namun bagi saya ini adalah hal yang baru dan jika saya konsisten menuliskannya dari awal saya berkarir di tambang sampai suatu hari ini berhenti, butiran debu ini dapat menjadi badai debu yang disegani banyak orang.
Oke kembali lagi ke productivity, kali ini saya membahas productivity Excavator . Dalam proses penambangan terdapat 3 tahapan utama yakni gali, muat dan angkut. Exca termasuk ke dalam alat yang digunakan dalam proses gali dan muat. Dalam melakukan penggalian terdapat beberapa macam tipe excavator, masing-masing exca memiliki kapasitas bucket yang berbeda-beda. Jika melihat kembali definisi productivity, yakni. productivity adalah jumlah produksi yang di dapat suatu unit dalam satu periode waktu tertentu, maka bisa dikatakan productivity exca yakni berapa material yang dapat digali dan dimuat exca dalam satu periode waktu tertentu. Untuk mengetahui  productivity exca, yang perlu kita ketahui yakni kapasitas bucketnya, serta waktu yang diperlukan unntuk melakukan satu kali gali dan muat yang disebut dengan satu kali cycle time. Secara matematis rumus productivity exca dapat dicari dengan persamaan:

            Inti dari rumus diatas yakni berapa volume material yang didapat dalam waktu satu jam, sehingga satuan productivity diatas yakni m3 / jam. Jika ditelaah satu persatu penjelasan dari persamaan diatas yakni, angka 3600 yakni angka konversi dari waktu cycle time yang awalnya detik agar hasil akhir bisa m3/jam maka perlu dikali 3600. Kemudian kapasitas bucket adalah material maksimal yang mampu diisi oleh excavator, sebagai contoh, excavator type 1250 memiliki kapasitas  bucket 6.7 m3.
Kemudian ada bucket fill factor, jika tadi kapasitas maksimal bucket exca 1250 adalah 6.7 m3 , namun apakah setiap kali menggali material isinya selalu penuh 6.7 m3 ? Tentunya tidak, mungkin saja akan kurang dari 6.7 m3 , atau pada kondisi material tertentu bisa lebih dari 6.7 m3 , maka dari itu perlu faktor pengali sebagai nilai yang muncul akibat adanya penggalian dan pemuatan material yang tidak selalu tepat dengan kapasitas bucket, faktor pengali tersebut kemudian yang disebut dengan bucket fill factor. Contohnya pada saat proses gali dan muat, bucket exca tidak selalu memuat penuh material pada bucketnya maka nila bucket fill factor bisa bernilai 0.8, atau 80% dari kapasitas bucketnya.
Selanjutnya ada faktor koreksi, faktor koreksi ini bisa bermacam-macam hal. Misalnya kemampuan operator bisa berbeda-beda, atau konidisi medan yang berbeda-beda satu tempat dengan lainnya, maka dari faktor-faktor tersebut juga perlu diperhitungkan. Biasanya nilai faktor koreksi ini diperkirakan berdasarkan pengamatan dalam periode waktu tertentu. Atau derange berdasarkan kondisi dilapangan. Misalnya kondisi medan tempat dudukan yang bagus dan mudah untuk melalukan penggalian, nilainya bisa 0.9.
Faktor selanjutnya yang penting adalah faktor konversi. Material penambangan pada saat sebelum digali dan ketika sudah digali memiliki volume yang berbeda. Misalnya saja batubara, ketika belum digali, volumenya disebut bank cubic metric (bcm), sedangkan ketika sudah digali volumenya membersar dan disebut loose cubic metric (lcm), selanjutnya ketika dipadatkan volumenya akan mengecil dan disebut compact cubic matrik (ccm). Umumnya produksi batubara yang dihitung dalam satuan bcm, sedangkan material nyata yang didapat adalah dalam kondisi loose (lcm), maka dari itu perlu dikonversi volume lcm menjadi bcm. Faktor konversii ini umumnya disebut swell factor. Mungkin perlu satu artikel lagi untuk menjelaskan mengenai swell factor. Akan diulas ditulisan berikutnya.
Kemudian cycle time yang ada dalam rumus yakni waktu 1 kali menggali, 1 kali swing (memutar bucket), waktu menumpahkan material ke unit angkut, dn waktu swing kosong.
Sekian dulu mungkin yang bisa saya sampaikan kali ini mengenai productivity, berikutnya tentunya ada butiran debu berikutnya.

Made Sapta
saptahadi9@gmail.com

Friday, December 9, 2016

Memahami Availability dalam Unit Tambang




Faktor yang sangat penting dalam melakukan penjadwalan suatu alat yakni faktor availability dari setiap unit. Untuk memudahkan memahami maksud availability diambil contoh, misalnya suatu bulldozer memiliki availability 80%, maka dalam jam kerja 100 shift, unit bulldozer tersedia dalam 80 shift, sedangkan waktu 20 shift lainnya adalah waktu yang hilang, bisa dikarenakan perbaikan atau kejadian lain yang menyebabkan unit tidak dapt digunakan.
Secara umum ada 2 cara menghitung equipment availability:
1.      Mechanical Availability: faktor availability yang menunjukkan kesiapan (available) suatu alat dari waktu yang hilang dikarenakan kerusakan atau gangguan alat (mechanical reason).
2.      Physical availability: Faktor availability yang menunjukkan berapa jam (waktu) suatu alat dipakai selama jam total kerjanya. Jam kerja terdiri dari working hours, repair hours, dan standby hours.
Mechanical Availability
Persamaan untuk menghitung mechanical availability yakni:
            MA = working hours /(working hours + repair hours) x 100%
Working hours yang dimaksud yakni waktu yang dimulai dari operator /crew berada di satu alat dan alat tersebut berada dalam kondisi operable (mesin dan bagian-bagian lain siap dipakai operasi). Working hours ini termasuk delay time. Working hours ini dapat diperoleh dari :
1.      Pencatatan pada operator time card
2.      Hours meter dari alat
Sedangkan repair hours meliputi waktu actual repair, waiting for repair,  waiting for part, waaktu yang hilang untuk maintenance/perawatan.
Physical Availability
Persamaan untuk menghitung physical availability:
PA = (working hours + standby hours) / (working hours + repair hours +standby hours) x100%
            Standby hours yakni waktu dimana alat siap pakai (tidak rusak), tetapi karena satu dan lain hal tidak dipergunakan ketika operasi penambangan sedang berlangsung. Physical availability merupakan faktor availability yang penting untuk menyatakan unjuk kerja mechanical alat dn juga sebgai petunjuk terhadap efisiensi mesin dalam program penjadwalan.
            Selain kedua cara di atas (mechanical dan physical availability), masih ada dua faktor lagi untuk mengoreksi jam kerja alat yang sesungguhnya, yaitu:

1.      Used of Availability (UA)
UA =  workin hours / (working hours + standby hours) x 100%
Dari UA dapat diketahui apakah suatu pekerjaan berjalan dengan efisien atau tidak dan pengelolaan alat berjalan dengan baik atau tidak.
2.      Efective Utilization (EU)
EU = working hours / (working hours + repairs hours + standby hours) x 100%

Refrensi: Indonesianto, Yanto,2013,Pemindahan Tanah Mekanis

Friday, October 28, 2016

The Power of Love

Sesayap, 28 Oktober 2016



Hari ini adalah hari pertama saya off  kerja selama satu hari, setelah hampir dua minggu melaksanakan On Job Training di sebuah  perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor pertambagan batubara. Bekerja di daerah pedalaman yakni Desa Bebatu, Kecamatan Sesayap, Kalimantan Utara, tentunya menimbulkan kerinduan yang mendalam pada orang-orang terkasih yang harus ditinggalkan. Sinyal yang kurang stabil, jauh dari kota harus saya jalani disini. Jauh dari keluarga bukanlah pertama kali saya alami, selama kuliah memang sudah terbiasa jauh dari keluarga.
            Berada di tempat yang jauh dari keluarga terutama ketika bekerja, menjadi tantangan tersendiri. Salain keluarga, adalah Dewa Ayu Wahyu Risnaadi yang menjadi alasan utama bekerja keras dan bekerja cerdas demi menjamin kesejahtraanya di masa depan. Memang kekuatan cinta dapat merubah segalanya, begitu pula blog ini yang awalnya berisis materi Geodesi, sekarang lebih menyenangkan untuk menuliskan isi hati atas rasa rindu yang mendalam pada sang kekasih.
            Tentunya tidak ada yang ingin berada jauh dengan orang yang sangat dicintai, begitu pula saya yang tentunya ingin selalu berada dekat dengan Dewa Ayu Wahyu, namun ada beberapa kondisi yang memang harus berada jauh beberapa saat untuk kemudian dapat bersama selamanya dengan kondisi yang damai dan sejahtera tanpa kurang apapun. Dewa Ayu menjadi penguat saya untuk berkarir dimanapun dan sejauh apapun, yang membuat saya yakin yakni rasa sabarnya dan penuh pengertian mendampingi mulai dari saya belum menemukan judul skripsi, hingga saat ini sudah bekerja. Dan pada akhirnya diapun yang menjadi alasan untuk kembali pulang ke dalam pelukan dan dekapan hangat cintanya.
            Malam ini begitu sunyi di Sesayap, entah apa yang sedang dipikirkan dewa ayu yang jauh disana. Terkadang muncul rasa kegelisahan akan takut kehilangan, namun setelah mengingat apa yang sudah dilalui bersama, semuanya akan baik-baik saja.
            Tak semua rasa rindu dapat saya tuangkan ke dalam tulisan malam ini. Jadwal kerja sudah menanti esok pagi, dan semuanya harus dilakukan dengan semangat demi masa depan yang lebih baik bersama kekasih hati.


Dalam Kerinduan Yang Mendalam
Untuk Dewa Ayu Wahyu Risanaadi
Made Sapta
           


Monday, August 8, 2016

Memainkan Peran Kehidupan


8 Agustus 2016, 10:49 PM
Malam ini begitu sunyi, walau headset dengan music genre punkrock sudah terpasang di telinga, namun sunyinya malam masih bisa dirasakan. Kali ini saya mencoba menuliskan timeline kegiatan yang ingin saya kerjakan besok, ada banyak pikiran terlintas untuk dilakukan besok. Namun sembari memikirkan hal tersebut, entah kenapa pikirian ini selalu menyukai kenangan masa lalu sampai pada akhirnya mengingatkan kenapa sampai saat ini saya bisa duduk di depan laptop dengan santai di Jogja yang sangat jauh dari rumah. Perasaan saya baru kemarin sore Ibu saya menyuruh saya menyuruh membantu membersihkan kotoran babi di kandangnya. Padahal babi-babi itu sudh lama dijual semuanya untuk biaya hidup. Tapi percayalah foto dibawah ini adalah hasil jepretan saya sendiri ketika kelas 1 SMA ketika masih memelihara banyak babi.


            Kali ini saya benar-benar berasa memasuki tahadapan kehidupan yang baru. Tadi pagi sempat bertemu mahasiswa angkatan 2015, dan sempat mengobrol singkat. Pernyataannya yang masih terngiang dalam benak saya, ketika saya mengatakan akan wisuda bulan ini, adik kelas itu menjawab dengan santainya “Wah sudah senang ya”. Dalam hati saya sebenarnya ingin menegurnya dengan serius, percayalah berhasil wisuda itu hanyalah kenikmatan sesaat, tanggung jawab yang sebenarnya datang ketika selesai wisuda. Ketika akan wisuda, meminta uang jajan kepada orangtua tidaklah lagi hal yang ingin saya lakukan, ketika ada beberapa rekan seangkatan yang sudah nikah muda, disana juga akan mulai berpikir kapan akan siap untuk menjaga anak orang dengan siap secara mental dan materi. Sepertinya saya sudah akan berganti peran, dari mahasiswa yang mencari ilmu, ke orang yang siap menerapkan ilmu guna memperoleh materi. Jika dalam Hindu mungkin masa ini adalah masa-masa peralihan Brahmacari (menuntut ilmu) menuju Grahasta (berkeluarga), walaupun Grahasta yang sebenarnya masih 2 – 4 tahun lagi, tergantung negosiasi dengan Dewa Ayu Wahyu Risnaadi pada waktu yang entah itu kapan.
            Duduk termenung malam ini memikirkan hari wisuda, terkadang membuat saya tidak percaya. Anak dari desa, kecil terbiasa dengan kandang babi, bermain ke sawah, SD di pinggir sawah dan kuburan, sepanjang sejarah keluarga belum ada yang pernah kuliah hingga sarjana, dan kini saya mendapatkan hal yang mungkin orang tua, kakek dan nenek serta mbah buyut tidak akan pernah bayangkan, atau jika memimpikannya saja Ibu saja sudah lebih dulu akan menghakimi dirinya tidak akan mampu sebelum mencoba. Saya sangat bersyukur memainkan peran ini. Pernah menjadi anak desa yang sebenarnya, pernah menjadi anak kota karena ketika SMA pindah ke kota dan kuliah menjadi anak rantauan dengan mendapat fasilitas pendidikan yang baik. Menjadi anak desa yang sebenarnya, mengajarkan saya untuk menghormati dan lebih ramah terhadap orang disekitar, mengajarkan saya untuk pandai membuat klatkat, sengkui, dan klangsah untuk upacara agama. Ketika di kota pelajaran itu mulai jarang diterapkan. Namun di kota membuat saya lebih maju dalam hal teknologi, pergaulan dengan teman-teman yang mempunyai orientasi belajar yang tinggi membuat saya lebih melek akan informasi dan teknologi-teknologi yang mungkin akan memudahkan umat manusia terutama orang desa yang sebenarnya yang cenderung kalah cepat akan perkembangan teknologi dengan yang ada di kota. Maka beruntunglah saya yang pernah berada pada posisi keduanya. Dan yang lebih beruntung lagi ketika saat ini saya mendapatkan peran sebagai mahasiswa di Jogja, sebagai mahasiswa di lingkungan yang sangat bagus, UGM.
            Baru tadi siang saya membawa proposal pembuatan alat kegeodesian untuk diserahkan kepada dosen saya. Dosen saya dengan santainya mengatakan “Nanti kamu urus ini ya”, tentu saja saya mengiyakan karena memang dari awal saya sudah mempelajari dan mempersiapkan segalanya, dan bagi saya itu hal yang wajar setelah apa yang saya lalui selama ini bersama dosen. Namun dalam sisi lainnya saya sebagai anak Desa, bagi saya yang anak desa sebenarnya, nama saya diingat dosen saja merupakan suatu prestasi yang membangkan, apalagi bisa mengerjakan penelitiannya bisa dibayangkan bagaimananya senangnya sebenarnya. Jika saya besar di Kota saya kadang berpikir apakah saya akan sama seantusias ini seperti orang desa yang selalu merasa rendah, maka ketika ada orang hebat seperti misalnya dosen yang minta tolong saya akan menjadi sangat antusias untuk membantu?? Menjadi orang desa, dan merasa rendah terkadang tidak selalu buruk, saya menjadi sangat menghormati dan antusias ketika bertemu dosen atau pimpinan, karena merasa tidak banyak kesempatan untuk terkoneksi dengan orang-orang hebat. Namun walau begitu, kehidupan di kota dan dirantauan mengajarkan saya dimana ada waktunya percaya diri dan sedikit mengurangi rendah diri. Berporses dalam kedihupan, seperti memainkan banyak peran, namun peran sebelumnya masih terkait dan membekas dalam menjalani peran berikutnya.
            Entah apa yang saya pikirkan malam ini, sepertinya imaginasi malam ini terlalu mencar kemana mana. Peran berikutnya mungkin peran kehidupan yang membuat saya sedikit gelisah akan apa yang akan saya dapatkan. Manusia bisa berusaha dan berdoa, tapi tentunya sudah ada penentunya.

Dalam syukur atas segala peran yang diberikan oleh-Nya

Made Sapta

Sunday, July 24, 2016

Cara Memperoleh Nilai Konstanta Harmonik Pasang Surut Laut dengan software t_tide


Pasang surut laut merupakan hal yang penting dan diperlukan terutama dalam hal pelayaran atau pembangunan suatu pelabuhan. Salah satu fungsi umumnya yakni menentukan muka surutan terendah atau Chart Datum. Chart datum dapat dihitung dengan mengurangkan nilai muka air rata-rata hasil pengamatan dengan jumlah amplitudo konstantan harmonik pasang surut.
Lalu apa sebenarya konstanta harmonik pasut? Sebelum menjawab itu, perlu diketahui dulu penyebab terjadinya pasang surut laut. Pasang surut laut diakibatkan oleh pengaruh gaya gravitasi benda-benda langit, utamanya bulan dan matahari. Ada banyak hal lain lagi yang mempengaruhi gelombang pasang surut, maing-masing penyebab tersebut menimbulkan gelombang tersendiri, misalnya gelombang yang disebabkan oleh gravitasi bulan disimbolkan dengan konstanta M2 , dan matarari S­2, gelombang yang muncul dengan satu penyebab pembangkit pasut itu kemudian disebut komponen harmonik tunggal yang memiliki nilai amplitudo gelombang tersendiri. Penjumlahan dari seluruh konstanta harmonik pasut itu disebut super posisi pasang surut laut dan hasilnya adalah pasang surut itu sendiri. Jadi gelombang pasang surut merupakan hasil dari superposisi dari komponen harmonik pasang surut.
Lalu bagaimana cara mendapatkan nilai konstanta harmonik pasang surut? Konstanta tersebut dapat dihitung dengan menggunakan metode hitung kuadrat terkecil dengan menurukan dari persamaan gelombang. Adapun persamaan gelombangnya sebagai berikut:



Untuk menjabarkan persamaan diatas dengan metode hitung kuadrat terkecil, tahapannya cukup panjang, jika tertarik bisa hubungi saya di saptahadi9@gmail.com. Namun ada solusi yang lebih mudah jika malas menghitung yakni dengan menggunakan software t_tide. T tide lebih menyerupai plugin yang dapat dijalankan dengan menggunakan Matlab. Yang diperlukan untuk mendapatkan konstanta harmonik pasut yakni  data pengamatan pasut yang sudah disimpan dalam format .txt. Selain itu tentunya diperlukan juga script program untuk menjalankan program t_tide itu sendiri. Dalam script program yang perlu diperhatikan yakni pendefinisian nama file yang sudah disimpan dalam format .txt, koordinat lintang tempat pengamatan pasang surut laut, serta tanggal pengamatannya. Berikut sedikit gambaran script program di Matlab.




Hasil pengolahan menggunakan t tide akan berupa file txt lengkap dengan amplitudo dan fase konstanta harmonik pasut, serta nilai MSL. Berikut contoh hasilnya:



Penjelasan lebih lanjut dan detail, silahkan kontak I Made Sapta Hadi di saptahadi9@gmail.com.


I Made Sapta Hadi, S.T
Teknik Geodesi Universitas Gadjah Mada
Menerima jasa terkait pekerjaan Geodesi : pengolahan data pasang surut, survey hidrografi, pemetaan terestris, survey GPS, survey terrestrial laser scanner, pengolahan peta dengan GIS, dan pekerjaan lain terkait pengukuran dan pemetaan.




Wednesday, July 20, 2016

Pulang


            Ibu, maafkan aku yang tidak pulang selama liburan ini. Bukannya aku tak rindu dan berbakti padamu. Tiap doaku selalu ku panjatkan untuk kesehatanmu. Tiap lelahnya pekerjaan ku ingat senyummu untuk menjadikan pemacu semangat hidupku. Tapi maafkan aku, kali ini aku tidak bisa pulang. Aku masih berjuang untuk menjamin hari tua mu nanti. Hari dimana engkau dapat melakukan hobi apa sja yang membuatmu bahagia. Tanpa harus memikirkan berapa harga beras dan minyak goreng di warung tetangga. Sebentar lagi aku akan  pulang dengan segala cerita dari berbagai belahan dunia yang telah aku jelajahi, Kan ku ceritakan segala pencapaianku yang ku peroleh berkat doa serta semangatmu yang selalu kau berikan padaku. Ibu, maafkan aku, terkadang aku mengeluh atas segala upaya ku, mengeluh atas semua keadaan ini. Ingin rasanya aku pulang dan berbaring manja dipangkuanmu. Tapi Ibu, maafkan aku yang tak pulang. Aku masih harus berjuang. Belum banyak yang bisa kuberikan padamu saat ini. Maafkan aku yang tidak bisa memijat kakimu ketika engkau lelah sehabis bekerja.  Maafkan aku yang tidak bisa mengantarmu ke pasar tiap pagi. Aku sedih, menangis dalam hati karena tidak bisa bersamamu. Ibu, sehebat apapun aku mejalin kekerabatan di berbagai belahan dunia, tak ada kerabat yang bisa menggantikanmu. Berkelakar dan menjelaskan hal-hal yang berhasil ku raih adalah obat paling mujarab dari segala kedundahan hati. Engkaulah yang akan menerimaku dalam segala kegagalan dan keberhasilan. Doakan lah aku tuk segera dapat membahagiakanmu dan lekas pulang.
            Ibu, malam ini aku duduk termenung sendirian. Teringat dimana hangatnya keluarga ketika kita semua menonton tv diruang utama yang tak terlalu megah. Makanpun tak nyaman ketika teringat teriakanmu dari dapur yang menyuruhku tuk segera makan. Ingin sekali aku pulang sejenak dan menikmati masakanmu. Tapi apalah dayaku yang  belum berkecukupan. Tunggulah aku Ibu, kelak aku akan pulang. Kan ku sulap gubug kita menjadi istana, kan ku buat istananmu penuh dengan tawa riang anak-anak dan keturunanmu.
            Ibu, jagalah kesehatanmu, tunggu hinga aku kembali pulang. Segala perjuangan ini ku curahkan untuk mu. Tiada hari tanpa memikirkanmu. Hanya tulisan-tulisan kecil ini yang dapat ku buat untuk mencurahkan segala kegundahan hati dan menemani setiap malamku. Semoga kelak aku dapat membanggakanmu Ibu. Astungkara.

Rabu, 20 Juli 2016. Dalam sebuah malam yang penuh dengan kerinduan.


Sunday, July 3, 2016

Perjuangan di Bulan Ramadhan – Part 1: Arti Dibalik Kesibukan


Nama gue Jono, gue punya temen  bernama Joni. Entah karena kebetulan atau emak kita udah janjian, nama gue dan Joni identik tapi tak sama. Gue dan Joni sama-sama kuliah di sebuah universitas negri di Jogja. Gue tinggal sekosan bareng Joni. Meskipun gue asli Jogja, gue tetep ngekos mengingat rumah gue di plosok Jogja, di daerah yang namanya ada gunungnya tapi bukan pegunungan. Kalo lho orang jogja mesti ngerti tempat asal gue. Gue dan Joni udah lama sahabatan, mulai dari ospek versi orde lama berlangsung, saat sama-sama jomblo, sampe saat ini sudah punya pasangan masing-masing dan hanya tinggal menunggu jadwal wisuda. Joni terkenal dengan karakternya yang serius, rajin, dan perfectionis, tapi dibalik semua itu gue merasakan kerapuhan dan kesedihan mendalam dalam diri Joni. Mulai semester 2 Jono selalu menceritakan masalah-masalahnya ke Gue, mungkin karena ia jomblo saat itu, jadinya gue yang diajak curhat. Tapi tenang Joni merupakan laki-laki sejati dan bukan LGBT, jadi gak ada masalah dia curhat ke Gue. Dibalik kegigihan dan semangat juangnya yang tinggi, gak banyak orang yang tau kisah pilu dan cobaan yang dihadapi Joni. Curhatan Joni menuju bulan Ramadhan ini yang cukup membuat gue turut sedih sebenernya.
Saat ini gue dan Joni sudah benar-benar menyelesaikan kuliah di fakultas Teknik. Hanya kita tinggal menunggu wisuda pada bulan Agustus depan. Menjelang Ramadhan kota pelajar mulai sepi dan semua mahasiswa mudik kembali ke kampung halaman, namun tak demikian dengan Joni. Joni tetap tinggal di Jogja. Ketika ditanya kenapa nggak pulang, Joni akan selalu menjawab masih mengurus syarat-syarat wisuda. Padahal gue tau, Joni sudah menyelesaikan semua syarat-syarat wisuda dan hanya tinggal membayar uang pendataran wisuda. Sebagian besar temen-temen gue biasanya berpikir Joni emang tiap liburan jarang pulang karena orangnya sibuk dan aktif. Di balik semua pemikiran itu, tiap malam Joni mengeluh ke gue, sangat rindu keluarga. Namun alasan ekonomi membuatnya tidak dapat membeli tiket untuk mudik. Joni menyibukkan diri bukan karena ia senang sibuk, namun karena faktor ekonomi yang mengharuskannya mencari uang jajannya sendiri. Gue salut ama Joni, udah kuliah dengan beasiswa, uang jajan mengusahakan sendiri, walaupun kadang-kadang dia pada akhirnya minjem duit ke gue juga atau kalau udah skak mat dia akan menelpon orang tua dan menyampaikan keadaannya.
H-7 lebaran ini gue bisa merasakan kesepian yang cukup mendalam dalam diri Joni. By the way gue blum cerita Joni merupakan anak rantauan dari luar Jawa yang jauh disana. Makan bersama di bulan remadhan adalah saat-saat Joni biasanya menyampaikan rahasia-rahasia kehidupannya. Di semester akhir ini gue dan Joni sudah agak jarang makan bersama, entah kenapa di semester 7  kmarin gue dan Joni sama-sama menemukan jodoh kita masing-masing dan akhirnya lebih suka makan dengan pacar masing-masing. Namun kali ini berbeda kisah, karena pacar kita masing-masing udah pada mudik. Yah jadilah tinggal Gue yang bentar lagi juga mau mudik dan Joni yang memang sepertinya tidak akan mudik. Saat gue makan bersama, joni tertegun melihat keluarga disebelah kami yang sedang asik makan bersama. Terdapat rona kerinduan bercampur kesedihan yang gue lihat di raut muka Joni. Gue tahu akhir-akhir ini dia sangat rindu keluarga, seketika ia mengambil telp dan gue liat kontak “My Love” yang ia telp. Namun beberapa saat ia menaruh hp nya kembali.
“Lho kenapa bro? Gak jadi nelp pacar lho?”
“Nggak ni bro, doi lagi kumpul ama keluarga, jangan nelp dlu katanya”
“Sabar ya Bro”
Sejak punya pacar Joni emaang terasa lebih bahagia, di akhir pekan kini ia sudah bisa jalan-jalan bersama pacarnya. Namun ketika pacarnya kembali pulang dan sulit dihubungi, ia mulai merasakan kesepian kembali. Joni sebenarnya sangat ingin pulang seperti rekang-rekanya yang lain, namun apalah daya, uang wisudanya aja belum dibayar padahal gak terlalu mahal apalagi bli tiket mudik. Kadang kasian juga ngeliat si Joni ini. Sesekali gue ajak dia kumpul ama keluarga gue buat merakan indahnya kebersamaaan keluarga, saat itu ia akan senang, namun malam harinya ia akan bengong dan melamun memikirkan Ibunya masak apa dirumah. Ya begitulah anak yang sedang merantau.
Joni selalu bangun pagi, di bulan ramdhan ini, ia selalu membuat timeline tiap pagi untuk memastikan dirinya akan produktif hari ini, dan melaksanakan apa yang sudah ia rencanakan. Membuat CV, nyari lowongan kerja, surat rekomendasi, ngeblog, dan lain-lain yang membuatnya sibuk. Lama-lama gue ngerti, Joni akan menyibukkan dirinya ketika ia merasa kesepian, hingga akhirnya ia melupakan kesepiannya. Tapi ketika timelinenya sudah habis ia kerjakan, dan pacarnya tidak bisa dihubungi saat itulah dia akan kekamar gue dan mengobrol menghilangkan kesepiannya. Ketika Joni sibuk gue sangat kagum padanya, ia bisa benar-benar menghasilkan karya yang keren dan bermanfaat, beberapa alat terkait teknik sempat ia buat. Namun dibalik semua kesibukaanya itu ternyata ada rasa kesepian yang mendalam.
“Bro, besok gue mau balik ni ke kampong, lu gak papa ya dikos sendiri aja, jugaan lu kan bisa sibuk nulis-nulis apalah gitu besok, atau suruh pacar lu nelpon-nelpon kek”
“Sante lah bro, lo pulang aja, kayak gak tau gue aja, gue kan sibuk bro, besok juga gue ada acara, boro-boro nelp pacar, gak ada pulsa bro”
Gue sebenarnya tau Joni gak sibuk besok, dia mesti mencari kesibukan buat menghilangkan kesepian aja. Ya sudahlah mungkin udah nasibnya Joni, untung dia punya pacar, kalo nggak namanya dah gue ganti namanya jadi Jones. Dengan prestasinya yang ia bangun selama kesepian-kespiannya, gue berharap sehabis lebaran ini, begitu lulus ia langsung mendapat kerja dan bisa merubah ekonomi keluarganya. Perjuangan masih pajang, habis lebaran ini gue dan Joni sama-sama akan wawancara kerja dan disanalah nanti perjuangan berikutnya dimulai.    


Bersambung…….


NB:
Sumber foto: http://sumutpos.co/wp-content/uploads/2014/03/Pria-kesepian-di-depan-jendela.jpg

Saturday, July 2, 2016

Sidang Skripsi

10 Juni 2016
            Pagi ini terasa berbeda dari biasanya. Pagi-pagi sekali saya sudah bangun dan siap dengan file presentasi, yang akan saya presentasikan nanti siang pukul 13.00. Bukan presentasi untuk lomba, ataupun menjadi pembicara dalam kegiatan pelatihan kepemimpinan. Presentasi kali ini jauh lebih penting, yakni presentasi untuk seminar skripsi. Setelah mengerjakan skripsi berbulan-bulan, hingga sampai jatuh sakit dan kena DB, tiba saatnya saya mempresentasikan hasil skripsi saya. Yang membuat saya gundah yakni  saya cukup tepat pada deadline dalam mengumpulkan naskah. H-1 sebelum hari pengumpulan naskah saya masih mengerjakan revisi yang cukup banyak hingga besoknya saya kumpulkan naskahnya tanpa banyak pengecekan kembali.
            30 menit sebelum mulai, saya sudah siap diruang sidang satu Teknik Geodesi UGM. Suasana sangat hening dan sunyi. Perlahan-lahan saya nyalakan proyekor dan membuka file presentasi. Tiba-tiba hape saya berbunyi, ternyata ada pesan singkat dari pembiming rahasia saya, tentunya bukan Bapak Abdul Basith yang memang pembimbing skripsi saya. Pesan singkat tersebut berbunyi “Tenang saja De, semua akan baik-baik saja “. Pesan tersebut untuk sekian menit cukup menenangkan, tapi tentu saja masih ada rasa yang sulit dijelaskan yang membuat cukup deg-degan. Tepat pukul 13.00 Bapak Abdul Basith, pembimbing saya datang disusul kemudian dengan Bapak Parseno yang merupakan dosen penguji saya. Masih tinggal menunggu Ibu Leni yang juga merupakan dosen penguji saya. Sembari menunggu Ibu Leni, obrolan santai terjadi antara saya, Pak Basith dan Parseno. Syukurlah obrolan santai ini mencairkan suasana, saat itu juga saya menajdi lebih santai dan yakin tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Beberapa menit kemudian Ibu Leni datang, dan inilah waktunya. Sebelum memulai presentasi, terlebih dahulu di buka oleh Bapak Abdul Basith. Sembari menunggu Pak Basith membuka acara, saya teringat pesan pembimbing rahasia saya yang saya temui sehari sebelumnya. Beliau menjelaskan, dosen penguji itu datang tidak dengan pikiran meluluskan kamu atau tidak, ketika kamu sudah diterima untuk melakukan seminar, dosen akan sudah menganggap kamu lulus, penguji hanya akan datang untuk mengkoreksi mana yang perlu diperbaiki, yang terpenting yakni presentasi tepat waktu dan tidak menmbuat dosen penguji menunggu lama. Perkataan tersebut belum teruji kebenarannya tapi tentunya membuat saya tidak grogi dan lebih santai menyampaikan presentasi, tentunya setelah latihan berkali-kali sebelumnya agar presentasi tidak melebihi waktu yang diberikan. Waktu presentasi yakni 15 menit.
            Sesuai dengan latihan, presentasi saya tidak lebih dari 15 menit. Setelah presentasi baru kemudian saatnya ditanggapi oleh dosen penguji. Tanggapan dapat berupa pertanyaan, saran, kritik dan lain-lain.Penguji pertama yakni Pak Parseno. Saya sudah beberapa kali diajar Pak Parseno, dan tentu saja dia merupakan dosen yang baik dan cukup detil. Skripsi saya membahas mengeni pasang surut laut. Pak Parseno bukanlah dosen yang mengajar pasang surut, dan rasanya tidak mendalami bidang ini. Namun dari pertanyaannya yang diajukan tentunya beliau paham mengenai skripsi saya dengan baik. Ada cukup banyak koreksi dalam hal penulisan yang diberikan oleh Pak Parseno. Hal ini sudah saya perkirakan sebelumnya, mengingat H-1 masih mengerjakan revisi, setelah diprint tidak banyak dikoreksi lagi. Tentu saja salah ketik ada dimana-mana. Hal yang terbaik dilakukan ketika dosen penguji menemukan kesalahan terutama dalam kesalahn penulis, menurut saya yakni menerimanya dan menyampaikan akan langsung memperbaiki. Tidak perlu mengeles kesana-kesini, cukup terima dan perbaiki. Kurang lebih 30 menit Pak Parseno menyampaikan pesan dan pertanyaan. Berikutnya Ibu Leni. Ibu Leni merupakan dosen yang yang mengajar tentang pasang surut laut, dan beberapa kali membimbing skripsi yang bertema sama dengan yang saya kerjkaan. Secara teknis tentu saja Bu Leni sangat paham atas apa yang saya kerjaan. Hampir satu jam saya berdiskusi dengan Bu Leni. Diskusi satu jam dengan Bu Leni adalah satu jam diskusi paling ilmiah sepanjang karir saya. Beberapa kali mengikuti seminar dan presentasi tidak ada yang bertanya secara detil dan tepat mengena pada apa yang saya kerjakan. Beberapa kali Bu Leni menanyakan beberapa hal yang merupakan point utama dalam skripsi saya, ada beberapa hal yang yang bisa saya jawab dan jelaskan karena sudah saya perkirkan sebelumnya. Namun ada juga yang benar-benar tidak saya sadari sehingga harus saya tambahkan dan perbaiki pada skripsi yang saya buat. Diskusi dengan Ibu Leni ini membuat saya tahu akan hal apa yang sudah benar saya lakukan dan mana yang kurang dan perlu ditambahkan. Saya rasa seperti itulah diskusi ilmiah yang sebenarnya. Membuat penulisnya sadar mana yang perlu ditambakan dan mana yang sudah benar dilakukan. Beberapak kali mengikuti lokakarya, ada kecendrungan orang bertanya seolah-olah hanya sekedar formalitas, tidak untuk mendebat dan menemukan kesimpulan yang tepat. Ada kepuasan tersendiri ketika berhasil menjelaskan dan meyakinkan Bu Leni akan hal yang ditanyakan, mengingat beliau yang memang sudah sangat mendalami bidang pasang surut laut. Kurang lebih satu jam berdiskusi dengan Bu Leni, akhirnya semuanya selesai. Beberapa saat kemudian Pak Basith menyampaikan perkataan yang tidak akan pernah saya lupakan “Setelah berdiskusi dengan dosen penguji, saudara Sapta kamu dinyatakan lulus” sesingkat itu dan saya lulus. Sungguh kuliah 4 tahun terasa singkat saat itu juga.
Kegembiraan bertambah ketika disambut suka cita oleh rekan-rekan seperjuangn di Geodesi, teman KKN dan tentunya pendamping hati yang paling cantik. Ini bukanlah sebuah akhir, tapi sebuah awal dalam memasuki fase kehidupan yang baru.
















Sunday, June 26, 2016

Candi Ratu Boko: Perjalanan Cinta dan Sejarah


Tidak biasanya saya menulis mengenai suatu tempat wisata, apalagi lengkap dengan kisah cinta. Tentu saja ini terjadi karena sudah ada pacar cantik disisa-sisa masa kuliah yang memang perlu diajak jalan-jalan dan berwisata diakhir pekan untuk menghilangkan kepenatan. Untung saja ada Dewa Ayu Wahyu yang mendampingi selagi masih kuliah, kalau tidak mungkin saya agak jarang jalan-jalan  atau tidak akan ke candi ratu boko, tempat wisata yang akan saya ceritakan kali ini.
Bagi yang belum pernah ke Candi Ratu Boko, mungkin tempat ini bisa menjadi alternatif liburan yang menarik untuk keluarga ataupun pasangan kekasih. By the way, saya tidak mendapat kredit khsusus dari pengelola candi setelah mempromosikan candi Ratu Boko, tulisan ini murni karena saya memang takjub dengan keindahan Ratu Boko dan untuk mengabadikan momen-momen cinta penuh kemesraan bersama Adek Wahyu. (Maaf untuk yang jomblo, jika tidak kuat jangan lanjutkan membaca, tulisan ini mengandung konten dewasa, dan penulis sedang dimabuk asmara).


Kembali lagi ke Candi Ratu Boko, candi ini terletak tidak jauh dari Candi Prambanan. Candi ini terletak di sini, dipeta yang ada dibawah ini:

Lokasi candi ratu boko cukup luas, dari informasi papan wisata disana luasnya sekitar 250.000 m2 . Cukup luas dan membuat saya bisa memegang tangan Adek Wahyu dalam waktu yang lama selama mengitari candi. Pemandangannya masih asri penuh dengan pepohonan, rumput hijau dan bangunan-bangunan candi yang terasa mistis. Ketika baru memasuki areal candi, pengunjung akan disambut dengan gapura besar lengkap dengan tangga-tangganya yang tidak terlalu tinggi. Nih penampakannya agar tidak terlalu penasaran.



Penasaran dengan sejarah candi, saya mencoba mencari tau sejarahnya melalui tulisan-tulisan yang ada di areal candi. Candi Ratu Boko adalah peninggalan kerajaan Hindu di masa lalu. Sebagai seorang pasangan Hindu muda bersama Adek Wahyu, ternyata menarik juga berwisata ke tempat bersejarah. Candi ratu boko ini erat kaitannya dengan candi Prambanan. Tahu legenda Candi Prambanan?? Jika candi Prambanan merupakan candi yang dibangun satu malam atas permintaan Roro Jonggrang, dan pada akhirnya Roro Jonggrang ikut menjadi candi, candi Ratu Boko adalah tempat atau istana milik ayah dari Roro Jonggrang, yakni Ratu Boko. Jadi masih ada ikatan darah ternyata candi Prambanan dan Ratu Boko.