Wednesday, July 30, 2014

Cara Download Citra Satelit Landsat


            Sebagai seorang mahasiswa Geodesi tentu istilah citra Satelit tidak asing lagi. Untuk membuat Peta, sering kali dasarnya menggunkan citra satelit. Tapi bagaimana caranya memperoleh citra satelit? Sebenarnya semua orang bisa mendownload citra satelit secara gratis. Tentunya tidak semua citra satelit bisa didownload secara gratis,salah satu citra satelit yang bisa didownload gratis adalah citra satelit Landsat, mulai dari satelit Landsat ETM+ sampai Landsat 8. Citra satelit Landsat memiliki resolusi spasial 15 – 30 meter. Maksudnya yakni jika ada obyek misalnya gedung atau bangunan dengan lebar atau panjang 15 – 30 meter, maka obyek tersebut masih bisa terlihat.
            Langsung saja saya jelaskan cara download citra satelit Landsat sebagai berikut:
1.      Bukalah website http://earthexplorer.usgs.gov/ , maka kan muncul tampilan websitenya sebagai berikut:



2.      Kemuidan lakukan login, jika belum punya akun klik register untuk memulai membuat akun. Dalam membuat akun akan dimintai banyak informasi, isi saja sesuai petunjuk. Tulisan login dan register ada di pojok kanan atas.
3.      Selanjutnya tentukan lokasi daerah citra yang ingin dicari.Misalnya saya akan cari citra wilayah bali. Caranya dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
a.       Memasukkan nama tempat pada kolom address/place, kemudian klik show.


Setelah klik show akan muncul tampilan sbagai berikut:

Klik pada tulisan Bali,Indonesia. Maka secara langsung peta akan mengarah ke Bali seperti berikut :

b.      Untuk memilih lokasi bali cara lainnya juga bisa dengan memasukkan path dan row citra. Path dan row maksudnya yakni daftar baris dan kolom wilayah citra yang sudah disepakati bersama. Data path and row wilayah Indonesia bisa dilihat di blog ini http://sagitagirl-sagitagirl.blogspot.com/2011/12/pencarian-data-path-row-indonesia.html. Misalnya saya ambil wilayah Bali maka path and rownya 116 / 66. Perhatikan gambar berikut :


c.       Atau cara lagi 1 dengan langsung memilih lokasi. Arahkan peta ke wilayah bali menggunakan tombol yang ada di pojok kiri atas peta, kemudian tandai wilayah yang ingin dicari dalam bentuk segiemapat dengan mengklik bagian-bagian ujungnya. Perhatikan gambar berikut:

Bila sudah kemudian klik Show
4.      Jika sudah memilih wilayah citra dengan salah satu cara diatas, tentukan rentangan waktu pengambilan citra pada bagian Data Range

5.      Selanjutnya jika sudah memilih wilayah citra dengan salah satu cara diatas, klik Data Set 

6.      Selanjutnya pilih Landsat Archive. Citra Landsat yang bisa dipilih antara lain Landsat 8, Landsat 7 ETM+,Landsat 4, 5, 1. Tinggal centang Landsat yang ingin dipilih. Misalnya saya pilih Landsat 8.


7.      Selanjutnya klik Result untuk melihat hasilnya:



8.      Selanjutnya akan muncul beberapa citra landsat 8 dari rentangan waktu yang sudah ditentukan diawal.
9.      

10.  Salah satu kriteria citra yang bagus adalah citra yang tidak tertutup awan. Maka dari itu sebelum mendownload pilihlah citra yang paling sedikit tertutup awan. Jika sudah yakin tekan ikon berikut untuk mendownload citra.


11.  Selanjutnya akan muncul gambar berikut:


Pilihlan Download Level 1 GeoTIFF Data Product. Maka proses download akan langsung berjalan.

Ingat data citra ukurannya cukup besar maka pastikan koneksi internet dalam keadaan bagus saat mendownload. Hasil download akan berupa band-band citra, untuk menampilkannya bisa menggunakan software ER- Mapper atau ENVI. Selamat mencoba mendownload J


Sunday, July 27, 2014

Survei Hidro, Pantai Sadeng


Kali ini saya ingin berbagi pengalam saya beberapa waktu lalu ketika ikut membantu senior saya yang akan mencari data untuk skripsinya. Data yang dicari adalah batimetri atau kedalaman laut,pasang surut, dan data sudut serta jarak. Survei kali ini  berlokasi di pantai Sadeng, Gungkidul. Ikut survey hidro ini bukanlah yang pertama kali untuk saya, waktu semester 2 lalu  saya sempat ikut membantu survey ke Waduk Sermo, walau saat itu saya hanya menjadi helper, namun cerita itu saya tulis lengkap disini
Kali ini walau masih semester 4, dan belum mengambil matakuliah Survei Hidro, saya tidak lagi menjadi helper. Karena posisi kapal survei juga diikat dengan titik kontrol didarat pada saat mengukur batimetri, maka diperlukanlah Total Station untuk mendapatkan sudut dan jarak kapal dari darat. Disanalah tugas saya kali ini, mengukur sudut dan jarak kapal dari darat guna memperoleh koordinat kapal nantinya.
Sebelumnya perlu saya ceritakan, survey kali ini dipimpin oleh Mas Ari Sudrajat (Geodesi 2009) yang kali ini menjadi pemeran utama dalam survey kali ini, karena dialah yang sedang skripsi. Selain itu tentu saja ada juga kepala Lab Hidro, Bapak Abdul Basith, yang sangat baik dan sudah kedua kalinya mengajak saya ikut survey Hidro  disemter yang cukup dibilang masih junior ini. Pengalam survey seperti ini tentu sangat penting untuk menambah ilmu, beruntung saya bisa ikut, karena memang saya berusaha menjaga hubungan baik dengan dosen ataupun kakak senior, sehingga tawaran ikut membantupun datang. Tak terbayang jika kerjaan mahasiswa hanya kuliah dan pulang, saya yakin kesempatan survey seperti ini akan sulit didapat. Selain itu masih ada juga teman yang lainnya ikut antara lain Mas Yoga (Geodesi 2009), Mas Dicky (Geodesi 2010), Mas Yudho (Geodesi 2011), Mbak Meygan (Geodesi 2011), Mbak Dindi (Geodesi 2011), Mas Wildan (Geodesi 2011), Mira (Geodesi 2012),Fatku (Geomatika 2012), Fendi (Geodesi 2012) dan Mas Bowo Penjaga Lab Hidro.
Survei kali ini sepertinya sudah dipersiapkan dengan matang, beberapa hari sebelum berangkat semua yang ikut survey dibrifing dan dibagi menjadi beberapa tim. Ada 3 tim yakni tim Batimetri, tim Pasanag Surut dan Tim Kerangka Kontrol Horisontal (KKH). Berbeda dengan survey  saat di Waduk Sermo, waktu itu saya tidak diajak briefing, melainkan hanya mendadak diajak, sehingga kurang persiapan. Kali ini selain brifing juga ada pelatihan menggunakan alat dikampus. Saya tergabung didalam Tim KKH bersama Mas Yudho dalam survey ini. Inti dari penelitian kali ini yakni pertama adalah mengetahui kedalaman perairan Sadeng dengan mengukur menggunakan Echosounder dan fishfinder dengan kapal nelayan. Kemudian posisi kapal saat survey ditentukan dengan GPS dan diikatkan lagi dengan titik control didarat untuk membandingkan koordinat GPS dengan koordinat hasil hitungan melalui pengikatan didarat, dan data yang dicari terakhir adalah data pasang surut yang diukur dengan rambu ukur.
Berikut lokasi pengukuran yang saya print screen dari google maps



Dan berikut ini adalah rute kapal survey dan jarring KKH pada saat itu.

Garis merah menunjukkan jalur kapal survey sedangkan garis kuning merupakan KKH.
Lokasi Pantai Sadeng cukup jauh dari kampus, perlu waktu sekitar 1 jam untuk sampai ke lokasi survey. Semua tim berangkat pukul 6 pagi menggunakan mobil,setibanya dilokasi, tidak ada waktu lagi untuk bermain-main apalagi foto selfie, brifing singkat dilokasi,selanjutnya langsung mengerjakan tugas sesuai tim masing-masing.
Karena saya tergabung dalam Tim KKH, tentu yang paling saya ketahui adalah Teknis pengukuran KKH, tapi tentunya saya juga harus menyempatkan “kepo” ke tim lain agar ilmu saya bertambah juga. Saya akan review sedikit mengenai tugas dimasing-masing tim.
Yang pertama ada Tim Batimetri. Sebenarnya saya sangat ingin masuk tim ini untuk memperdalam ilmu pengukuran batimetri, namun karena lebih dibutuhkan di KKH dan belum berpengalaman dengan alat echosounder alhasil saya tidak bisa terlibat banyak dipengukuran batimetri ini. Pengukuran batimetri menggunakan alat Echosounder dan Fishfinder. Ecosounder sendiri dilengkapi dengan tranduser yang diletakkan disamping kapal yang ujungnya dicelupkan di air. Transduser yang berfungsi mengirimkan sinyal akustik kedalam air menuju dasar laut sehingga nantinya bisa diperoleh kedalamannya. Tranduser memancarkan sinyal -sinyal akustik ke bawah permukaan laut. Sebenarnya prinsipnya hampir sama seperti pengukuran jarak menggunakan total station. Rumusnya : Jarak = ( Kecepatan gelombang x Waktu ) / 2. Alasan dibagi 2 yakni karena jarak yang ditempuh kan bolak balik, jadi dibagi 2 supaya jarak one way saja yang didapatkan . Alat satu lagi adalah fishfinder, sesuai namanya alat ini sebenarnya diapaki untuk mencari ikan, namun karena juga mampu menunjukkan kedalaman, alat ini juga sering dipakai survey. Alasan utamanya tentu saja karena harganya jauh lebih murah dari pada echosounder.
Berikut ini alat ecosounder :

Dan ini adalah kapal survey yang digunakan, bukan kapal besar,melainkan kapal nelayan yang sayangnya tidak ada penutup bagian atasnya, Bisa dibayangkan bagaiamana dikapal tanpa penutup atas disiang hari, panasnya cukup mampu membakar kulit.



Tim berikutnya ada tim pasang surut, tim ini bertugas untuk mengamati ketinggian air menggunakan rambu ukur. Prinsipnya cukup sederhana, tinggal mencelupka rambu ukur hingga kedasar laut, kemudian setiap 15 menit dicatat tinggi permukaan lautnya.
Berikut ini foto ketika mencelupkan rambu ukur ke laut.

Dan tim berikutnya tentu saja tim KKH. Selain bersama Mas Yudho, tim KKH juga dibantu oleh Fendi dan Fatkhu. Tugas kami pada saat tiba disana yakni mengukur polygon utamanya. Poligonnya adalah polygon terbuka terikat sepihak. Jadi hanya ada 1 titik kontrol yang diketahui koordintanya. Tunggu dulu, jika pembaca bukan mahasiswa geodesi mungkin bingung dengan istilah polygon. Saya coba jelaskan secara sederhana. Coba dibayangkan jika sekarang kamu sedang naik kapal dilaut, dari laut kamu melihat 5 patung yang posisinya tetap dan tidak bisa digeser,kemudian tiap patung itu memiliki angka sebagai kode posisi patung tersebut, angka tersebutlah yang disebut koordinat. Untuk mengetahui posisi kapal dengan acuan patung tersebut, maka perlu diukur jarak patung kekapal dan sudutnya. Nah pengukur sudut dan jarak itu bisa digunakan alat Total Station. Posisi patung-patung itu didalam pengukuran sebenarnya berupa titik, yang dimana Total Station akan didirikan di titik tersebut. Nah jika ke 5 titik tersebut dihubungkan dengan garis, maka garis tersebut disebut polygon. Karena hanya ada 1 patung yang memiliki angka, atau ada 1 titik yang memiliki koordinat, maka koordinat dititik yang lain perlu dihitung dengan terlebuh dahulu mengukur sudut dan jarak dari 1 titik yang sudah diketahui koordinatnya. Atau jika dengan Total Station koordinat titik yang lain bisa langsung otomatis didapat.
Tugas saya waktu itu adalah mencari koordinat titik polygon, setelah semua didapat baru kemudian membidik kearah kapal untuk nantinya mendapatkan nilai sudut dan jarak kapal agar mendapat koordinat posisi kapal. Mengukur polygon bukan hal yang jarang saya lakukan, sudah beberapa kali dilakukan saat praktek di kampus. Yang tidak biasa adalah tempatnya, saya sempat sentering dan mendirikan alat benar-benar dipinggir laut, dengan angin yang kencang, agak ngeri juga ketika melihat kebawah laut saat sentering, apa jadinya kalau alat yang mahal yang saya pegang jatuh kesana.

 Selain itu yang tidak biasa lagi adalah suhunya, mengukur dipantai sekitar jam 11-12 itu panasnya bukan main, saat itu  saya sempat berpikir, kalau bekerja ditambang batubara, bagaimana ya panasnya. Ada sedikit hal yang menggagu saat mengukur, yakni meteran hanya ada 1, sehingga untuk mengukur tinggi alat, meteran tersebuta harus dioper-oper antar titik kontrol.  Dengan jarak antar titik kontrol yang cukup jauh, akhirnya tim KKH harus lari-larian memindahkan meteran.
Begitu koordinat polygon sudah didapat, langsung kami coba ploting di AutoCAD, hasilnya sudah sesuai dengan kondisi dilapangan. Setelah itu selanjutnya langsung menyiapkan alat lagi untuk mengukur sudut dan jarak kapal dari titik kontrol yang tadi.
Disinilah tantangan tersebarnya, membidik kapal yang sedang bergerak ditengah laut. Membidik harus cepat dan tepat. Untuk mengukur sudut dan jarak kapal  digunakan 2 total station, jadi 2 total station di titik kotrol yang beda harus membidik kapal berbarengan pada waktu dan posisi yang sama. Triknya adalah menggunakan HT. Mas Yudho mengkomandoi waktu mulai membidik kapal, dihitungan ketiga  saya akan mengunci klem Total Station, dan mencatat sudutnya, data jarak tidak bisa didapat karena sangat sulit membidik prisma ditengah laut dengan kapal yang bergerak-gerak. Akhirnya sudut dicatat secara manual dan jarak akan dihitung manual dari data sudut yang ada. Metode untuk mencari posisi kapal disini adalah metode pemotongan kemuka. Pemotongan kemukan adalah metode pengukuran untuk meperoleh koordinat suatu titik dengan cara mengukur sudut dan jarak dengan ketentuan alat didirikan di titik yang sudah diketahui koordinatnya. Agar lebih jelas coba perhatikan gambar ini :


Diumpamakan titik merah adalah posisi kapal, dan titik warna kuning adalah titik polygon yang sudah diketahui koordinatnya. Dengan total station maka sudut β dan µ dapat dicari kemudian jarak b dan c bisa dihitung dengan rumus sinus sebagai berikut:


Sedangkan jarak anatr titik polygon bisa dihitung. Misalkan titik kuning itu adalah A dan B maka jarak AB = 
Untuk mencari koordinat kapal dapat menggunakan acuan titik A atau B, jika dari titik A koordinat kapal :
Xkapal = XA + da-kapal (jarak titik A ke kapal) sin Azimut Ake-kapal
Ykapal =  YA + da-kapal (jarak titik A ke kapal) cos Azimut Ake-kapal

Setelah membidik kapal berjam-jam, akhirnya sore sekitar jam 5 semua pengukuran selesai dilakuka. Baru terasa kulit terbakar waktu sudah selaesai mengukur. Pengalaman seperti ini menjadi sangat seru karena tak sering bisa saya peroleh. Suatu saat mungkin akan tertulis lagi suatu pengalaman survey hidro, dengan kapal yang lebih besar dan lautan yang lebih luas tentunya J


Friday, July 18, 2014

Berbuka Puasa Dengan Si Mbah


17 Juli 2014
            Hari ini adalah hari yang sudah lama saya tunggu, karena hari ini saya akan pulang ke Bali setelah berjuang melewati semester 4 yang penuh akan tantangan. Seperti sebelum-sebelumnya saya pulang dengan naik Bis agar lebih murah dan  terjangkau. Kali ini saya naik Bis tidak bersama teman satu kampung karena semuanya sudah pulang lebih dahulu.
            Ada 1 hal yang selalu akan menarik untuk diceritakan saat pulang sendiri, yakni teman yang akan saya akan ajak duduk. Bisa anak muda, wanita,pria atau ibu-ibu dan om-om. Dan teman duduk saya kali ini adalah seorang nenek J.  Begitu duduk saya langsung mencoba mencari topik untuk sekedar basa basi dan biar ada teman ngbrol. Perjalanan Jogja ke Bali dengan Bis bukanlah perjalanan yang singkat, jadi akan terasa hampa jika hanya diam tanpa lawan bicara. Sejak kecil sebenarnya saya bukanlah tipe orang yang suka basa-basi atau suka mengbrol dengan orang yang baru saya kenal, tapi sejak kuliah ternyata menjadi orang yang ramah dan sedikit basa-basi itu entah mengapa terasa perlu dilakukan. Terlebih nanti didunia kerja, jika tidak ramah akan sulit beradaptasi, jadi saya memcoba membiasakannya dari sekarang.
            “Mau ke Bali Mbah?”, tanya saya.
 “Iya Mas, saya mau jenguk anak saya.”
Dari sedikit pembicaraan singkat itu akhirnya pembicaraannya menyambung sampai kemana-mana. Ternyata si Mbah punya anak yang membuka usaha jualan bunga di Denpasar. Bukan merupakan hal yang aneh lagi skarang banyak orang luar Bali yang membuka usaha di Bali, dan saya sendiri orang Bali mencari ilmu ke luar Bali. Selain itu si Mbah juga menceriktakan punya cucu yang skrng bekerja di kapal. Sesuatu yang menarik ditanyakan, karena saya juga suatu saat jika diijinkan ingin bekerjadi kapal offshore. Ternyata cucu si Mbah lulusan Teknik Perkapalan Undip, yang kini bekerja di Tanjung Priuk.
“Wah saya juga kalau lulus nanti ingin bekerja di kapal Mbah, kalo bisa, saya juga mahasiswa teknik”.
“Teknik Perkapalan Mas?”
“Bukan Mbah, saya Teknik Geodesi”. Dengan yakin saya jawab dan sudah siap akan memberikan kuliah 2 sks karena sepertinya si Mbah tidak tahu Teknik Geodesi. Biasanya setiap saya bilang jurusan Teknik Geodesi,kalau yang tidak tahu akan bertanya itu jurusan apa. Tapi jawaban si Mbah, “Oh Geodesi”.
Tanpa betanya apa-apa lagi, sepertinya faktor usia mempengaruhi rasa keingintahuan, atau memang si Mbah sudah tau Teknik Geodesi ya?? Entahlah J.
Waktu terus berjalan mata semakin mengantuk dan perut mulai lapar. Ada beberapa makanan ringan yang saya bawa untuk perbekalan.
“Lagi puasa Mbah?” tanya saya sebelum memutuskan untuk makan atau tidak.
“Iya Mas, saya puasa”.
Ternyata si Mbah puasa, rasanya ada yang aneh jika saya makan disebelahnya, apalagi makanan yang saya bawa aromanya enak dan terdengar gurih jika dimakan. Akhirnya saya putuskan tidak makan dulu sebelum si Mbah buka puasa. Hal hasil saya memustuskan tidur sampai jam buka puasa.
Sore sekitar pukul 6, akhirnya sudah bisa buka puasa. Si Mbah ternyata sudah lengkap dengan kopi hitam dan nasi bungkus yang ia bawa. Akhirnya saya juga ikut berbuka bersama si Mbah. Entah ini namanya toleransi antar umat agama atau tidak, yang jelas saya hanya hanya mengikuti perasaan hati saya yang memilih makan disaat si Mbah sudah berbuka puasa. Keanekaragaman agama menjadi sangat indah ketika semuanya saling menghargai. J

            

Tuesday, July 15, 2014

Terimakasih Sahabat Pembaca


Menulis menjadi menarik ketika ada komentar atau tanggapan pembacanya. Sejak menuliskan tentang geodesi saya sudah mendapat beberapa respon dari tulisan yang saya buat. Banyak yang bertanya terutama soal Geodesi, menanggapi berbagai pertanyaan mengenai Geodesi terasa menyenangkan, karena memang inilah tujuan awal saya menulis, yakni mengenalkan ilmu Geodesi. Ilmu yang memang tak sepopuler dokter, menjadi enak untuk ditulis karena tidak bnyak yang tau,dan akan ada tantangan senidiri untuk menjelaskannya. Guru saya pernah berkata, orang yang tidak bisa menjelaskan hal yang rumit itu menjadi suatu hal yang mudah mengerti, menunjukkan orang tersebut belum paham betul dengan apa yang ia jelaskan, maka dari itu akan menjadi tantangan tersendiri ketika ada yang bertanya Geodesi kepada saya. Apakah orang yang bertanya akan mengerti atau tidak?? Entahlah J smoga saja mengerti J
            Teringat waktu akan memustuskan memilih Teknik Geodesi, saya bertanya di beberapa blog orang yang menuliskan tentag Geodesi, tapi sangat sulit mendapat repon dan jawaban yang cepat. Saat itu juga saya sudah bertekat kalau masuk Geodesi akan menulis dan memberikan informasi yang jelas kalau ada yang bertanya tentang Teknik Geodesi.
            Hampir 2 tahun menulis, kini pertanyaan sering datang, baik di blog, email atau media sosial. Saya mengucapkan terimakasih bagi yang pernah bertanya ataupun meminta saran, hal itu membuat saya akan belajar lebih dalam lagi agar dapat menjelaskan setiap pertanyaan dengan jelas dan mudah dipahami. Terimakasih sahabat pembaca 




Terkadang tidak cuma pertanyaan, saya juga dapat yang seperti ini :)


Yang ini jarang saya dapat tapi harus dijawab dengan baik :)
Terkadang juga tidak hanya seputar geodesi banget :)

Yang menanyakan bidik misi juga ada, ini penting karena saya sudah merasakan nikmatnya bidikmisi. Bagi yang sedang ragu mau mengambil beasiswa bidikmisi atau tidak, saya sarankan untuk bertanya pada yang sudah dapat beasiswanya,supaya lebih yakin :)

Buat yang anak SMK jangan takut untuk masuk Geodesi :)




















Thursday, July 3, 2014

Geodesi Bicara Politik [?]


            Hari ini tidak seperti biasanya saya menghadiri acara seminar diluar Fakultas Teknik. Kalau biasanya saya dan teman-teman membuat acara seminar, kali ini saya menjadi pesertanya. Bukan semiar tentang Terestrial Laser Scanner, apalagi seminar kegeodesian. Seminar yang saya ikuti adalah Seminar Politik Negara Maritim yang diselenggarakan oleh mahasiswa jurusan ilmu sosial dan politik. Ada 6 pembicara utama dalam seminar ini, tapi tentu saja motivasi saya hadir diacara ini yakni karena 1 pembicaranya adalah ‘guru’ saya yang aktif bicara batas maritim yakni Bapak Made Andi Arsana. Mengangkat tema batas maritim menjadi topik yang menarik dibahas saat ini karena sebelumnya sempat dibahas di debat capres, disamping topik “bocor-bocor” yang juga sempat heboh beberapa waktu lalu.
            Tapi tunggu dulu, sejak kapan dosen Teknik Geodesi yang dulunya prakter mengukur selokan kali code berbicara politik? Jawaban Pak Andi dengan singkat yakni “Sejak tukang kayu memutuskan mencalonkan diri menjadi Presiden” J
            Bagi yang belum tahu tentang Geodesi, apalagi masih bingung Geodesi itu fakultas apa, perlu diketahui selain mengukur ditambang, perminyakan, di pertanahan, salah satu keahlian Geodesi yang lainnya adalah mengukur batas wilayah. Bayangkan betapa luasnya lautan yang permuakaannya dimana-mana hampir sama semua, lalu bagaimana menentukan batasnya?? Saya sebagai mahasiswa Geodesi akan menjawabnya degan peta dan koordinat. Kalau saat mahasiswa prakteknya mengukur selokan, maka kalau sudah bekerja geodesi akan mengukur ‘selokan’ yang membatasi Negara 1 dengan Negara lainnya, ya tidak jauh beda dengan praktek sepertinya J
            Kembali ke acara seminar, saya datang tanpa tiket masuk karena sebelumnya tidak melakukan registrasi.
            “Waiting list ya mas J” senyum manis mahasiswi fisipol yang menyuruh saya untuk menunggu sampai ada kursi kosong dulu baru boleh masuk. Coba tadi saya berangkat bersama dengan pembicaranya, tentu tidak ada kata waiting list. J Konsep ‘waiting list’ ini sepertinya cocok juga diterapkan diacara seminar di Geodesi nanti J Tunggu saja nanti mahasiswi fisipol ikut seminar di Geodesi J
            Setelah menunggu sekitar 5 menit, akhirnya saya berhasil berada dialaman ruang seminar. Salah satu pembicara yang juga bagus saat itu yakni bapak Faizal Basri yang menurut saya nasionalisme cukup tinggi. Beliau sempat membandingkan harga jeruk asli Indonesia dengan jeruk impor dibeberapa swalayan. Hasilnya cukup mengejutkan, harga jeruk asli lokal lebih mahal dari pada jeruk impor,yang kualitasnya hampir sama, atau bisa yang impor lebih bagus. Jika banyak iklan yang sering mengatakan cintailah produk lokal, jika meliat harga jeruk ini apakah salah jika mengatakan nasionalisme itu mahal?? Tugas saya dan pemuda lainnya untuk memperbaiki semua ini.
            Seminarnya kali ini tentu tidak hanya soal jeruk, isu batas maritime dijelaskan dengan menarik oleh Bapak Andi setelah Pak Faizal Basri berbicara. Seperti biasanya andalannya adalah slide presentasinya. Karena sudah mengikuti seminar Pak Andi kemana-mana, saya cukup hafal dengan tipe-tipe slidenya kali ini. Salah satunya mungkin teman pembaca juga pernah lihat bagian slide ini.
 
Slide Pak Andi
           Saya tidak akan menulis banyak secara teoritis tentang batsas maritime disini, karena saya juga belum mengambil matakuliah tersebut.
Beberapa isu menarik yang dibahas lainnya adalah isu tentang Sipadan dan Ligitan serta kasus laut China Selatan. Isu yang beredar dulu adalah Indonesia kehilangan 2 pulau yakni Sipadan dan Ligitan, yang terjadi sebenarnya bukanlah kehilangan melaikan Indonesia gagal menambha 2 pulau baru. Pak Andi menjelaskan wilayah Indonesia dan Malaysia menurut teori yang saya lupa nama teorinya, wilayah Indonesia dan Malaysia mengikuti luas wilayah penjajahnya yakni Belanda dan Inggris. Lalu siapa yang menjajah Sipadan dan Ligitan dahulu? Baik Belanda dan Inggris tidak memiliki data yang menjelaskan pernah menjajah 2 pulau tersebut. Akhirnya terjadilah pengklaiman berdasarkan sejarah kerajaan di masa lalu. Indonesia dan Malaysia sama-sama mengajukan pengklaiman ke PBB dengan data sejarah, namun keduanya ditolak PBB. Akhirnya PBB memberikan putusan Negara mana yang dalam sejarahnya ataupun dalam masa penjajahan dapat memberikan bukti pernah merawat atau melakukan pembangunan di daerah Sipadan dan Ligitan berhak atas pulau tersebut. Dan yang terjadi adalah Inggris pernah membangun mercusuar didaerah sipadan dal ligitan dengan bukti yang cukup jelas. Pada akhirnya Indonesia gagal menambah 2 pulau tersebut.
Berbeda lagi dengan kasus laut China selatan yang dimana biasanya pulau diapit oleh lautan, kalau Laut China Selatan adalah lautan yang diapit oleh beberapa pulau, dan ribetnya adalah beberapa pulau tersebut berbeda Negara. Jika membahas kasus ini akan jadi lebih dari 1 paper sepertinya, jadi selengkapnya silahkan tanya pada Bapak Andi Arsana.
Setelah dipikir kembali, hal-hal teknis dalam kemaritiman ini memang perlu seorang ahli dalam memberikan keputusan ataupun penjelasan mengenai kasus yang terjadi. Apalagi jika dibawa ke dunia politik, jika ada pemimpin Negara yang mengatakan,
 “Kita tidak boleh kehilangan pulau lagi!”, maksudnya kehilangan yang mana??
“Kita harus terlibat dalam pengklaiman lau China selatan!” Apakah semudah itu berbicara melakukan pengklaiman??
Apalagi bicara soal batas maritim Indonesia dan Malaysia, dimana letak batas maritime yang sebenarnya? Tidak bisa asal bilang ganyang Malaysia ketika Malaysia melewat batas jika kamu sendiri tidak tahu dimana batasnya. Disinilah peran Teknik Geodesi dalam menjelaskan batas yang jelas J. Semua bidang ilmu punya peran masing-masing, pesan untuk yang berpolitik disana, tiap keputusan dan kebijakan tentu akan lebih baik jika diambil dengan pertimbangan dari ahli dibidang ilmunya, jangan hanya bilang tegas tanpa dasar ilmu yang jelas J

Best Regards
Made Sapta

Teknik Geodesi UGM 2012