Monday, September 1, 2014

Ruang Rahasia Bandara Adisucipto

Jumat,29 Agustus 2014
            Hari ini  tidak seperti biasanya saya pergi ke Bandara Adisucipto. Bukan untuk naik pesawat apalagi menjemput saudara, saya ke Bandara untuk membawakan Proposal Sponsorship yang diminta oleh Bapak Andi Arsana.  Menjadi asisten Pak Andi membuat saya mendapat banyak pengalamana baru dan tak terduga, seperti yang saya alami saat ini.
            Pagi tadi Pak Andi menelpon saya disaat jam kuliah, biasanya beliau jarang menelpon, paling kalau ada hal yang penting cukup disms saja. Kalau ditelpon biasanya ada yang urgent. Benar saja, beliau meminta saya untuk nge-print sebuah proposal dan membawakannya ke Bandara maksimal pukul 12 siang. Pada saat menelpon waktu menunjukkan pukul 11.00. Oke saatnya saya harus berpacu dengan waktu untuk nge-print dan langsung pergi ke Bandara. Sebenarnya ini bukan kali pertama Pak Andi meberikan tugas yang mendadak dan harus diselesaikan saat itu juga, sehingga saya tidak terlalu panik. Mungkin ini juga yang membuat saya dikatai ‘sok’ sibuk oleh beberapa teman. Namun dibalik kesibukan ini, ada rasa kesenangan sendiri, karena saya akan mendapat pengalaman baru yang bisa ditulis, teman baru atau link yang saya yakin tidak akan saya dapat kalau tidak dikenalkan oleh Pak Andi, dan kadang saya bisa diajak ketempat-temapat yang tak pernah saya kunjungi sebelumnya.
            Singkat cerita, saya berhasil nge-print 5 proposal yang masing-masing proposal berisi 27 halaman tepat pukul 11.30. Langsung saja saya bergegas ke bandara setelah semuanya tercetak. Jarak Bandara dari tempat ngeprint tidak dekat. Bicara soal jarak tentunya mhasiswa geodesi seperti saya tidak boleh berkata sembarangan. Biar lebih gampang silahkan lihat peta dibawah ini :


                                                                        
            Saya sampai di bandara tepat pukul 11. 55. Masih ada waktu 5 menit, langsung saja saya telpon Pak Andi, ternyata beliau masih dijalan saya memutuskan untuk menunggu didekat pintu keberangkatan. Terlihat banyak sekari orang lalu lalang kesana kemari, antrian yang cukup ramai.




 10 Menit setelah menunggiu akhirnya Pak Andi datang.
            “Ayo De, kita cari tempat”
            Entah tempat mana yang dimaksud Pak Andi, saya mengikuti saja. Saya diajak berjalan kearah utara. Ternyata saya menuju ke tempat yang namanya Excecutive Launge. Excekutive launge mungkin tak asing bagi sebagian orang, tapi saya yakin sebagian lagi juga asing dengan tempat ini. Bagi saya seorang mahasiswa yang penuh perjuang, maksudnya untuk bisa kuliah saja harus berjuang mencari beasiswa dulu, kalau mau jajan haru mencari pekerjaan tambahan tentu sangat asing dengan istilah Excecutive Launge. Maklum setiap berangkat ke Jogja atau pulang ke Bali selalu menggunakan Bis, tentunya agar lebih irit.
            Begitu masuk Excekutive Launge, ada pemandangan yang berbeda 180 derajat dengan kondisi diluar, tidak ada antrian untuk menukarkan tiket, apalagi harus berdiri karena tidak kebagian tempat duduk. Tempatnya lebih mirip restoran. Meja-meja elegan tertata rapi, dan ada makanan gratis. Untuk yang ini, anak kos tidak boleh melewatkannya. J



            Masuk ke Excekutive Launge tentunya tidak gratis, ada harga yang harus dibayar. Tapi berbeda dengan Pak Andi yang membawa kartu sakti (Kartu Bank Mandiri dengan seri tertentu) yang bisa membuat saya masuk gratis. Saya baru tahu ternyata ada tempat seperti ini di Bandara. Sepertinya suatu saat jika ada hal mendadak fasilitas ini bisa dimanfaatkan. Duduk bersama Pak Andi, ada banyak sekali obrolan yang terjadi. 



Namun tiba-tiba ada rombongan berbaju seragam putih datang ke tempat ini. Dibajunya tertuliskan Gerindra. Ada seorang nenek dan kakek yang menyambut kedatangan orang-orang berseragam putih ini. Ternyata ada berita duka hari itu, Bapak Suhardi Ketua umum Gerindra dipanggil oleh Sang Maha Pencipta. Saya turut berduka cita untuk hal yang satu ini.

            Ternyata fasilitas Excekutive Lounge ini juga bermanfaat disaat ada kejadian-kejadian seperti ini. Tak bisa diabayangkan jika keluarga yang berduka ini mengantri di jalur umum yang cukup ramai, tentunya ada rasa kurang nyaman.
            Setelah berada lama di Excekutive Lounge, akhirnya tiba saatnya Pak Andi naik ke pesawat. Saya memutuskan kemabali kekampus, karena rombongan gerindra masih banyak disana, akhirnya saya ikut saya berbaris keluar bersama rombongannya.
            Excekutive Lounge, mungkin tempat yang sedikit ‘rahasia’ bagi orang seperti saya. Suatu saat dikala sudah sukses, tunggu saja saya akan kesana lagi dengan kartu sakti punya sendiri tentunya J