Februari, 2016.
Pagi ini saya mendapat sebuah email.
Mendapat email memang sudah biasa, tapi email yang satu ini tidak biasa. Subyek
dari email ini berisikan tulisan “tolong”, dan yang lebih tidak biasa lagi
adalah pengirimimnya yakni bertuliskan I Made Andi Arsana. Beliau adalah dosen
teknik geodesi yang saat ini menepuh pendidikan S3 di Australi. Tidak biasanya
saya mendapat email darinya, apalagi dengan subyek “tolong”. Langsung saja saya
buka emailnya dan saya dapati isinya seperti ini
Om
Swastyastu Made Sapta,
Sekarang posisinya Made dimana? Saya ada tugas penting
untuk kamu De, dan untuk tugas kali ini saya ingin bertemu langsung dengan
Made. Tolong segera hubungi saya jika made bisa.
Andi
Selesai membaca isi pesannya, saya
langsung melihat waktu penerimaan email ini, untungnya email ini ternyata baru
dikirimkan 2 menit yang lalu. Saya sedkit berdebar – debar mendapat email
seperti ini, entah tugas apa yang akan saya terima. Tawaran seperti ini jarang
diterima, dan pasti tidak akan saya tolak, karena hal semacam ini dapat membina
hubungan yang baik dengan dosen, dan hal itu penting bagi saya sebagai
mahasiswa. Langsung saja saya balas email tersebut.
Om
Swastyastu Pak Made
Saya
di Tabanan Pak. Saya bisa Pak, tapi tugasnya apa ya Pak?
Itu
balasan singkat saja dari saya. Tak kurang dari 3 menit saya langsung menerima
balasan email dari Pak Made.
Nanti saya jelaskan
ketika kita bertemu. Sekarang kamu cari saja lokasi saya, ini koordinatnya 64
9636649 E 8686949 N, lokasinya masih di Tabanan dan tolong jangan ceritakan
pada siapa –siapa tentang email ini dulu sebelum kita bertemu. Saya percayakan
padamu De.
Andi
Mendapat balasan seperti ini saya
mejadi semakin penasaran dan sekaligus berdebar – debar. Saya berusaha berpikir
tenang. Ini adalah tugas dari Pak Made Andi, kesempatan ini tidak akan saya
lewatkan. Langsung saja saya buka aplikasi GPS di handphone saya dan memasukkan
koordinat yang diberikan. Mencari lokasi dengan koordinat tentunya hal yang
biasa dilakukan oleh mahasiswa geodesi.
Sepengetahuan saya seharusnya Pak
Made Andi berada di Australi, tetapi beberapa hari yang lalu saya sempat
membaca statusnya yang mengatakan akan ke Bali. Tapi ada apa sebenarnya
sehingga harus ke Bali? Dan tugas apa yang hendak diberikan pada saya?
Pertanyaan itu terus menghantui saya dalam perjalanan. Lokasi yang diberikan
Pak Made tidak jauh dari rumah saya, jaraknya di GPS menunjukkan 5,6 km.
setelah melewati beberapa kilometre saya menyadari kalau lokasinya mengarah ke
Desa Tegal Jadi. Mungkin saja kerumah Pak Made Andi yang ada di Tegal Jadi.
Saya tidak tahu dimana tepatnya rumah Pak Made Andi, tapi dengan koordinat dan
GPS pastilah lokasinya dapat saya temukan.
Setelah melaju bebrapa menit dengan motor, akhirnya saya berhenti disebuah rumah di Desa Tegal Jadi. GPS saya menunjukkan lokasi yang dimaksudkan Pak Made Andi ada di dalam rumah yang dihias style Bali ini. Tanpa ragu saya langsung mengetok pintu dan memberi salam Om Swastyastu. Beberapa detik kemudian terdengar sebuah langkah kaki dari dalam, dan kemudian membukaan pintu. Kali ini insting Geospasial saya ternyata membawa saya ketempat yang benar, terlihat Pak Made mebukaan pintu dan mengajak saya masuk.
Setelah melaju bebrapa menit dengan motor, akhirnya saya berhenti disebuah rumah di Desa Tegal Jadi. GPS saya menunjukkan lokasi yang dimaksudkan Pak Made Andi ada di dalam rumah yang dihias style Bali ini. Tanpa ragu saya langsung mengetok pintu dan memberi salam Om Swastyastu. Beberapa detik kemudian terdengar sebuah langkah kaki dari dalam, dan kemudian membukaan pintu. Kali ini insting Geospasial saya ternyata membawa saya ketempat yang benar, terlihat Pak Made mebukaan pintu dan mengajak saya masuk.
Ayo
De, silahkan masuk, kita tidak punya banyak waktu.
Mendengar kata – kata itu saya
semakin tidak menegrti ada apa sebenarnya, langsung saja saya ikut masuk ke dalam rumah. Saya diajak ke sebuah ruangan
yang cukup luas, disana sudah ada 2 orang pria yang bertubuh besar dengan
ramput pendek seperti cukuran polisi atau tentara.
Kenalkan De, Bapak
Bapak ini adalah Pak Eka, dan Pak Panca, beliau berdua adalah anggota TNI-AL.
Maaf Pak Made,
sebenarnya tugas saya apa ya Pak? Tanya saya yang
dari tadi sudah bingung apa arti semua ini.
Begini De, 5 hari yang
lalu anggota TNI-AL menemukan 3 buah bom yang masih aktif diwilayah perainan
NTT dan 2 bom diperaiaran selatan Bali.Kemungkinan masih ada banyak Bom lain
yang tersebar diseluruh perairan Indonesia. Selain itu 2 Hari yang lalu TNI-AL
mendapat surat ancaman dari orang yang tidak dikenal yang menyatakan akan
meledakka semua perairan Indonesia 3 hari lagi dari sekarang. TNI-AL memerlukan
bantuan sarjana Geodesi untuk memebantu menemukan semua Bom itu De, kamu harus
ikut membantu Bapak.
Saya
cukup tekejut mendengar penjelasan Pak Made Andi. Ini adalah keadaan yang
sulit.
Tapi Pak, apa yang bisa
saya lakukan? Belum banyak ilmu yang saya kuasai, saya baru semsester II Pak.
Bapak pernah membaca
tulisan kamu tentang penelitian yang kamu lakukan untuk PKM itu De,tentang
identifikasi arus laut. Kejadian kali ini tidak jauh dari hal itu De.
Mungkin
inilah yang dimaksud The Power of Writing
oleh Pak Made Andi dalam sebuah tulisannya yang pernah saya baca. Berkat
menuliskan pengalaman saya dulu, saya menjadi terlibat dalam kejadian yang
penting ini.
Kemudian
Pak Panca memeberi penjelasan kepada saya ,
Begini Made, hasil
identifikasi yang dilakukan TNI terhadap 5 bom yang telah ditemukan,
menunjukkan bahwa lokasi Bomnya selalu berada pada kedalaman 5 – 8 meter. Dan
pada saat air surut bom itu masih tenggelam namun saat pasang kedalamannya
tidak lewat dari 8 meter. Selain itu Bom juga ditemukan pada lokasi yang arus
lautnya tidak terlalu kencang.
Mendengar
penjelasan Pak Panca itu pikiran saya mulai terbuka. Ya benar ini mirip
penelitian yang saya lakukan dulu untuk PKM. Saya dulu memncari lokasi untuk
menenpatkan turbin sebagai pembangkit listrik tenaga arus laut dengan variable
berupa kuat arus yang pas dengan tenaga turbin,kedalaman yang tidak terlalu
dalam dan tidak tenggelam saat surut. Kemudian dari 3 variabel tersebut saya
membuat peta lokasi yang cocok untuk memasang turbin. Jika dihubungkan dengan
pengeboman ini, cukup mirip, kalo dulu saya mencari lokasi yang cocok untuk
turbin sekarang saya mencari lokasi kemungkinan peneror bisa meletakkan bom.
Ya Pak Made saya
mengerti sekarang, ada 3 variabel yang harus kita urus terlebih dahulu yakni
kedalaman, arus, dan pasang surut. Kita bisa mememtakan lokasi yang mungkin ada
Bomnya. Data kedalaman bisa kita peroleh dari hasil survey Batimetri yang sudah
pernah dilakukan, saya mempunyai data batimetri seluruh perairan Indonesia yang
saya peroleh dari Dishidros saat penelitian terdahulu. Sedamgkan data pasut
bisa kita download di http://ioc-sealevelmonitoring.org/, data arus bisa kita
peroleh dari peyedia data satelit altimetry.
Tepat sekali De, itulah
alasan kenapa Bapak mengajak kamu De. Tapi kita cuma punya waktu 1 hari untuk
memetakan seluruh lokasi kemungkinan Bomnya berada, karena setelah itu seluruh
anggota TNI akan menyisir perairan yang kita petakan. Sore ini kita akan
berangkat ke Jogja dengan pesawat TNI-AU, akan lebih mudah memetakan lokasi di
Lab. Teknik Geodesi UGM, kamu siap De?
Siap Pak! Sebenarmya
saya masih tidak menyangka semua ini, semuanya terasa singkat dan terjadi
begitu saja.Ini tidak sama dengan PKM lagi yang mengejar posisi juara, atau
membantu senior yang penelitian untuk skripsi.
Siang
itu juga saya kembali pulang sebentar dan mempersiapkan barang bawaan saya. Pak
Made menjelaskan semuanya kepada orang tua saya sehingga saya diberi ijin pergi
ke Jogja. Semua data – data penelitian yang dulu, saya kumpulkan, mulai dari
peta batimetri seluruh perairan Indonesia yang bisa dibuka dengan Global Mapper
sampai dengan data arus perairan Indonesia. Kesemua data itu nantinya pasti
akan di overlay dan dijadikan peta. Sebelum berangkat Pak Made mengajak saya
ntuk sembahyang dulu sebelum berangkat. Saya tidak bisa focus saat itu, pikiran
masih terbayang bagaimana kalua Bom itu tidak bisa diantisipasi, apa jadinya
lautan Indnesia nantinya. Selintas terngiang kembali kata Pak Subaryono sewaktu
kuliah dulu.
Tiga focus utama bidang
geodesi-geomatika :
1.
Penentuan
posisi dalam ruang (positioning).
2.
Pemerolehan
data yang terkait posisi
3.
Manajemen
data/informasi termasuk distribusi dan penyebarluasannya.
Sekarang
saya menegerti semua itu. Pertama tujuan saya adalah menentukan lokasi tempat
yang dimungkinkan terdapat Bom. Kedua saya harus memperoleh data arus, batimetri
dan pasang surut yang menjadi indicator dalam penentuan posisi Bom. Ketiga
saya mengolah data tersebut menjadi peta
kemudian mendistribusikannya kepada anggota TNI untuk mencari Bomnya. Mungkin
ini yang dimaksud pengalaman adalah guru terbaik, materi dikelas tentu tak
semenarik dan setegang pengalaman saya saat ini.
Setelah
semuanya beres, sore itu juga kami berangkat. Saya diajak kepangkalan TNI-AU
dan naik pesawat TNI. Dalam satu pesawat terdapat 8 orang anggota TNI ditambah
saya dan Pak Made Andi, serta 2 orang pilot. Suasananya cukup tegang saat itu,
tidak banyak pembicaraan. Dibagian tempat duduk paling belakang terdapat kotak
hitam yang sangat besar dan terlihat 2 orang anggota TNI duduk dekat dengan
kotak itu dengan persenjataan yang lengkap.Saya memberanikan diri menanyakan
isi kotak tersebut ke Pak Panca yang duduk disebelah saya. Sepertinya dia punya
jabatan yang tinggi dalam TNI ini, banyak embel2 di bajunya yang tidak ada di
anggota lainnya.
Pak Panca, isi kotak
itu apa ya pak?
Isi kotak tersebut
adalah Bom yang waktu ini ditemukan De, sengaja tidak dimusnahkan karena akan
diteliti diJogja. Bomnya tergolong baru ditemukan di Indonesia.
Apa Bomnya sudah
dijinakkan Pak? Tanya saya dengan nada cukup cemas.
Tenang saja De, Bom itu
tidak akan meledak sebelum 3 hari kedepan.
Mendengar
kata – kata itu saya menjadi cukup tegang. Itu berarti Bomnya belum dijinakkan.
Pak Made Andi rupanya mendengar percakapan saja.
Semuanya akan baik –
baik saja De. Pak Made tersenyum pada saya, tapi
sepertinya senyumnya ini tidak biasa. Ada rona kecemasan di matanya. Terlihat
keringat yang keluar di pipi kanannya, dari raut wajahnya sepertinya sedang
memikirkan sesuatu. Sementara itu saya terus melihat kotak hitam itu. Ada
firasat buruk dalam hati saya, saya berusaha menghilangkannya, tapi perasaan
tidak enak ini terus datang, entah apa artinya.
Tiba
– tiba terdengar suara dari kotak hitam tersebut.
Tit tit tit tit tit. Terdengar
suara seperti alaram. Semua mata langsung tertuju pada kotak hitam itu. 2 orang
penjaga kotak itu kemudian melihat Pak Panca, kemudian Pak Panca mengangguk
seperti seolah memeberi isyarat. Kemudian ke 2 petugas tadi membuka kotak
tersebut. Suasanya menjadi semakin menegangkan.
Pak Panca tolong segera
kesini!! Salah seorang petugas tadi memanggil
Pak Panca dengan nada yang cukup panik. Pak panca langsung membuka sabuk
pengamannya dan menuju kotak itu sembari menyuruh semuanya tetap tenang. Tentu
saja saya tidak bisa tenang. Keringan dingin mulai keluar dari tubuh saya.
Ternyata bukan cuma saya, saya melihat keseliling, ternyata semua angoota
lainnya nampak gelisah.
Kita harus segera
membuang Bom ini Pak !, kata salah seorang
petugas tadi.
Tidak bisa! Jika
membuang Bom ini kita tidak akan bisa menjinakkan Bom2 yang lainnya.
Sementara
itu suara Bom itu semakin cepat seolah olah mau meledak.
Tapi Pak ini demi
keselamatan kita, kita tidak tahu kapan Bom ini akan meledak!! Kita harus
mebuangnya!
Pak
Panca nampak kebingungan, jiwa kepemimpinannya seolah tidak tegas dalam
menangani situasi genting ini. Sementara
bom itu terus berbunyi makin cepat, Pak Made Andi bangun dari tempat
duduknya dan menuju Bom itu.
Bom ini harus dibuang,
jika kita mati disini semuanya akan sia – sia!
saya semakin cemas dengan hal ini. Terlintas bayangan almarhum kakak saya,
apakah saya akan bertemu dengannya sekarang. Pak Made Andi terlihat ingin
membantu anggota TNI yang juga berniat membuang Bom itu, namun ia langsung
dihalangi dan dipegang oleh Pak Panca. Saya tidak bisa diam, saya langsung
bangun dan berlari kearah Pak Made, begitu berlari, terdapat guncangan di
pesawat kemungkinan akibat cuaca yang buruk saat itu. Saya kehilangan
keseimbangan, saya terjatuh dan kepala saya membentur kotak hitam ini.Terlihat
beberapa detik sebuah cahaya merah yang berkedip kedip dan penuh dengan kabel,
terlihat angka yang menunjukkan angka 7 kemudian berganti menjadi 6. Kepala
saya masih pusing akibat benturan itu.
Saya hampir tak sadarkan diri baying - bayang gelap mulai meyelimuti
pandangan saya. Kemudian terdengar teriakan yang tidak asing lagi,,
Cepat bangun De! Seberkas cahaya kemudian menusuk mata saya. Ternyata suara itu adalah suara Ibu saya, iya membuka korden jendela kamar saya sehingga cahaya pagi masuk ke kamar saya. Saya terbangun dari mimpi.
Cepat bangun De! Seberkas cahaya kemudian menusuk mata saya. Ternyata suara itu adalah suara Ibu saya, iya membuka korden jendela kamar saya sehingga cahaya pagi masuk ke kamar saya. Saya terbangun dari mimpi.
Made
Sapta
Teknik
Geodesi UGM 2012
PS:
1. Kisah
dalam cerita ini hanya fiktif belaka.
2. Pemeran
utama dalam cerita ini yakni Made Sapta(Mahasiswa) dan Bapak I Made Andi Arsana
(Dosen), menggunakan nama sebenarnya atas persetujuan yang bersangkutan.
3. Penulis
terinspirasi dari kegiatan PKM-Penelitian penulis bersama Bondan, Baihaqi,
Chae, dan Fajar, serta keseharian penulis.