Saturday, November 15, 2014

Pengukuran Deformasi Waduk Sermo


Mengukur deformasi bukan merupakan kegiatan yang sering saya lakukan. Namun kali ini, saya mendapat kesempatan terlibat dalam pengukuran deformasi Waduk Sermo. Pengukuran kali ini dilaksanakan 2 hari pada tanggal 8 dan 9 November 2014. Jika ada yang masih asing dengan istilah deformasi, deformasi itu sama dengan pergeseran. Lalu untuk apa mengukuran pergeseran Waduk? Disinilah peran geodesi, melakukan monitoring. Bayangkan jika ternyata suatu tanggul waduk setiap beberapa bulan atau dalam 1 tahun mengalami pergeseran, bisa saja waduk tersebut  berpotensi untuk jebol, kalau sudah begitu tentu akan berbahaya. Maka dari itu perlu dilakukan monitoring secara berkala.
Pengalaman mengukur waduk ini saya bisa dapat berkat ajakan dari kakak angkatan saya yang sedang menyelesaikan tesisnya, yakni Dessy Aprianti, Mahasiswi Teknik Geodesi UGM angkatan 2010. Ajakan ini cukup menarik, sebelumnya Mbak Dessy menyelesaikan skripsinya juga dengan meneliti deformasi Waduk Sermo, waktu itu saya menonoton sidang skripsinya. Kebetulan ada 1 titik yang pergeserannya agak aneh menurut dosen pengujinya, entah itu karena salah mengolah data, salah mengukur atau sentering, saya tidak tahu. Yang jelas saya sering “menggoda” Mbak Dessy, dengan mengata-ngatai kalau skripsinya tidak akurat karena ada pergeserannya aneh, tentunya hal ini hanya sebatas guyonan tanpa bermaksud menyinggung perasaan, apalagi ingin mengkoreksi skripsinya yang tentunya saya tahu kalau Mbak Dessy sudah sangat ahli dalam mengolah data hasil ukuran deformasi. Namun untuk data tesisnya kali ini sepertinya tidak bisa saya pakai guyonan lagi, hal ini dikarenakan saya sendiri tergabung dalam tim yang mengukur. Dan jika adanya data yang aneh maka dimungkinkan juga terjadi karena kesalahan selama proses pengukuran. Maka dari itu saya mencoba untuk mengukur sebaik mungkin agar tidak ada kesalahan.
 Pengukuran deformasi ini tergolong pengukuran yang memerlukan akurasi tinggi sehingga pengukuran harus benar-benar teliti, mulai dari tahap mendirikan alat, membidik dan mencatat harus teliti. “Kenapa harus teliti??” Jawabannya  jika tidak teliti akan mempengaruhi hasil akhir pengolahan data. Salah satu tujuan utama pengukuran ini yakni untuk mengetahui apakah terjadi deformasi di waduk sermo atau tidak. Jika kurang teliti misalnya pada saat mengukur terjadi kesalahan centering 1 cm,hal ini bisa mengubah kesimpulan akhir, misalnya seharusnya kesimpulan yang benar adalah tidak terjadi deformasi pada waduk sermo, namun karena kesalahan centering akhirnya kesimpulannnya berubah menjadi terjadi deformasi di waduk sermo, jika sudah salah seperti itu tentu dapat membahayakan, apalagi jika data pengukurannya benar-benar dipakai misalnya oleh instansi pemerintah.
Pengukuran dengan ketelitian tinggi merupakan salah satu ciri khas Geodesi, hasil pengukuran dituntut memiliki akurasi dan presisi yang tinggi. Bayangkan pergeseran waduk beberapa mili meter saja begitu diperhatikan, apalagi kamu. :) 
Dalam pengukuran kali ini ada 5 orang yang terlibat termasuk Mbak Dessy. Yang bertugas mengukur yakni ada Mas Bagas Lail (Teknik Geodesi 2011), Mas Lutfi (Teknik Geodesi 2011), dan saya tentunya. Selain itu  ada juga Mas Afradon (Tekbik Geodesi 2010) yang membantu memberi pengarahan dalam mengukur dan sekaligus menjadi supir. Seperti pengalaman-pengalaman sebelumnya, saya menjadi orang yang termuda dalam tim, kondisi ini sebenarnya sangat meguntungkan, karena saya tahu saya akan bepeluang mendapat paling banyak pelajaran dari senior-senior saya. Beberapa tips untuk mahasiswa yang masih junior atau baru masuk kuliah, mulailah membangun hubungan baik dengan seniornya sedini mungkin, perbanyak teman, dan tunjukkan sikap yang ingin belajar lebih dengan senior, maka jika ada pekerjaan seperti proyek atau penelitian kita bisa terlibat didalamnya, dan kadang pengalaman proyek atau peneilitian diluar kampus, ilmunya akan sangat berharga dan bisa tidak didapat selama perkuliahan. Saling membantu antar angkatan seperti yang saya dan teman-teman lakukan diwaduk sermo ini sebenarnya sangat menguntungkan, saya yang masih junior mendapat pengalaman mengukur dan memanfaatkan ilmu yang baru saya dapat diperkuliahan, sedangkan yang lebih senior pekerjaannya bisa lebih ringan karena ada bantuan tenaga dari adik-adiknya.
Kembali lagi ke pengukuran di Waduk Sermo, konsep pengukuran deformasi ini sebenarnya tidak terlalu rumit. Intinya kita meletakkan titik di sekitar waduk sermo dan dihitung koordinatnya, kemudian dalam selang waktu tertentu titik tersebut diukur kembali dan dihitung koordinatnya, jika hasil koordinatnya masih sama seperti sebelumnya maka Waduk Sermo tidak mengalami pergeseran, namun jika koordinatnya berubah maka kemungkinan terjadi deformasi. Berikut ilustragi titik disekitar waktu sermo.



Tugas saya dalam pengukuran ini adalah mengukur jarak antar titik BM (Bench Mark) / titik kontrol, dan mengukur sudut yang dibentuk antar titik. Kemudian hasil ukuran jarak dan sudut ini akan diolah oleh Mbak Dessy dan hasilnya berupa koordinat, koordinat tersebut adalah koordinat titik-titik BM. Seperti penjelasan sebelumnya koordinatnya akan dibandingkan dengan koordinat yang sebelumnya pernah dihitung.
Pengukuran sudut dilakukan 2 seri rangkap, sehingga 1 titik didapat 8 kali bacaan sudut. Sedangkan jarak diukur 10 kali. Karena menggunakan alat Total Station jadi tidak  terlalu sulit dalam mengukur, yang menantang adalah lokasi titiknya yang tidak semuanya ditempat yag mudah dijangkau, ada 1 titik yang letaknya diatas bukit, sehingga untuk mencapainya harus mendaki terlebih dahulu lengkap sambil membawa statif dan Total Station. Selain itu jarak antar titik jaraknya cukup jauh, sehingga sewaktu memindahkan alat perlu waktu yang cukup lama. Namun ketika alat sudah terpasang semuanya, pengukuran bisa dilakukan dengan mudah, tantangan lainnya yakni cuacanya yang cukup panas, karena semua titik berada ditempat yang terbuka, alhasil kulit menjadi lebih gosong setelah mengukur. Tapi untungnya saya, Mas Bagas dan Mas Lutfi saling bergantian mengukur sehingga gosongnya merata J

 
 


Walau panas, mengukur disekitar Waduk Sermo sebenarnya menyenangkan karena Waduk Sermo juga merupakan lokasi wisata, pemandangannya begitu indah. Yang tidak menyenangkan adalah ada banyak sekali orang pacaran disekitar Waduk Sermo. Saya mengukur di titik-titik yang letaknya diplosok-plosok Waduk Sermo, dan ternyata diplosok-plosok juga banyak yang pacaran, untuk yang ini saya sarankan tidak untuk ditiru. Akhirnya beberapa kali saya salah bidik, yang ini juga jangan sampai terjadi J Beberapa kali saya “mengusir” orang yang sedang pacaran. Karena saya mengukur didekat orang pacaran, akhirnya beberapa pasangan memutuskan untuk pergi, mungkin merasa terganggu, padahal saya yang sebenarnya sangat terganggu dengan orang pacaran ini, sudah baru putus, dihadapi pada pemandangan tidak menyenangkan pula, cuaca menjadi semakin terasa “panas”.
Kembali ke proses pengukuran, ada satu lagi kejadian yang menarik, ada 1 titik yang sangat sulit dibidik karena tertutup oleh semak-semak,jika kata Mbak Dessy tahun lalu tidak ada semak-semak selebat sekarang, maka sekarang semak-semaknya sudah menutupi pandangan dari 1 titik ke titik yang lainnya. Karena sepertinya tidak mungkin membersihkan semak-semak yang begitu lebat maka apa yang dilakukan?? Yang dilakukan yakni mendirikan prisma setinggi mungkin, dan mendirikan Total Station lebih pendek dari biasanya. Sedikit tips bagi yang ingin mulai memasang titik BM yang akan digunakan untuk mengukur deformasi secara berkelanjutan, pastikan saja titik tersebut masih bisa dilihat dipengukuran berikutnya..

Itu saja mungkin yang bisa diceritakan dipengukuran kali ini. Pengukuran kali ini berakhir diwarung makan ayam cepat saji, tentu saja ditraktir pemeberi pekerjaan J Pengukuran kali ini benar-benar memberi banyak ilmu tambahan, dan yang penting pengukuran kali ini tidak akan terjadi kalau saya tidak dekat dengan kakak-kakak saya dikampus. Jadi mulailah menjaga hubungan baik dengan kakak-kakak senior, dosen dan semua orang yang kita kenal.





10 comments: