21 November 2014
Sore ini tak biasanya
saya menghabiskan senja di Paskhas,TNI AU. Bukan untuk latihan militer atau
mendaftar TNI, namun untuk melaksanakan kegiatan GEOID yang merupakan kegiatan
ospek jurusan. Ini adalah kali pertama dilakukan GEOID di Paskhas. Ada banyak
pelajaran baru yang didapat di Pashkash kali ini.Namun tidak itu yang akan saya
bahas kali ini. Hari ini tanggal 21 November 2014, bertepatan dengan hari raya
tilem (bulan mati). Bagi umat Hindu seperti saya dihari raya Tilem seperti ini
dianjurkan untuk melaksanakan persembahyangan di Pura. Kebetulan sekali ada Pura
yang berlokasi tepat ditengah-tengah Markas TNI AU, yakni Pura Vaikuntha Vyomantara.
Saya belum pernah sembahyang dipura ini sebelumnya. Entah kenapa, jika berada
di Luar Bali, ketika datang ke Pura perasaan nyaman, teduh dan tenang akan
datang sendiri.
Saya datang ke Pura bersama 2 orang teman saya yakni Adi dan
Ditha, rekan sedharma di Geodesi. Tanpa pakaian adat, tanpa udeng kami bertiga
datang ke pura. Maklum saja selama GEOID kami tidak menyiapkan pakaian adat,
karena acara kepura ini juga tidak direncanakan sebelumnya. Jika di Bali ke Pura
tanpa berpakaian Adat, mungkin akan terlihat sangat aneh dan mencolok. Namun
jika di Jawa ada perasaan yang berbeda, tidak ada orang yang mmpermasalahkan
bahkan sepertinya semua memaklumi.
Di Pura Vaikuntha Vyomantara, sepertinya memang dibuat untuk
anggota TNI yang beragama Hindu, hal ini bisa dilihat dari sebagian besar
potongan rambut umat yang bersembahyang disana, sebagian besar ala TNI. Namun
Pura ini juga dibuka untuk umum, cukup ijin mengatakan akan sembahyang, free acces pun didapat.
Selama bersembahyang saya duduk paling belakang bersama
Ditha dan Adi, disebelah saya ada Bapak-Bapak yang sudah duduk terlebih dahulu
bersama 3 orang anaknya, didepan saya ada wanita ‘ayu’ yang dari tadi asik mengbrol
dengan temannya. Begitu kami bertiga duduk, Ibu-Ibu didepan saya dengan sigap
bertanya “ Dari mana?” sambil tersenyum penuh keramahan. Mungkin beliau
penasaran dengan kostum kami yang bertuliskan GEOID dan jarang terlihat di Pura
ini. Saya jawab dengan senyum ramah, Teknik Geodesi UGM Bu J.
Si Ibu hanya mengaguk dan tersenyum, tak ada kelanjutan obrolan karena jaraknya
memang agak jauh didepan dan sulit mengbrol. Namun yang menarik adalah Bapak
yang duduk disebelah kanan saya. Sekilas saya perhatikan saya pernah melihat
Bapak ini, tapi saya masih belum yakin. Disinilah ilmu ‘basa-basi’ itu diperlukan,
namun sebelumnya saya memulai ternyata Bapak disebelah kanan saya sudah menyapa
terlebih dahulu. Pertanyaanya sama, sedikit berbau geospasial. “Dari Mana?”
Tentu tidak akan saya jawab dari koordinat 430835.73m E , 9141738.49 S. Saya
jawab dari Teknim Geodesi. Dari sana kemudian terjadilah berbagai macam obrolan.
Saya tahu beliau adalah seorang guru Agama di sebuah SMA di Jogja, yang sekarang
tinggal disekitar daerah Gedong Kuning. 1 pertanyaan singkat dari yang akan
menjawa rasa penasaran saya. “Apa bapak pernah memberi materi atau kuliah agama
Hindu di Fakultas Teknik UGM?” Iya pernah 2 tahun lalu, saya lupa nama
jurusannya, dulu ada keponakan saya yang mengundang kesana, namanya Putu Praja”.
Ternyata benar 2 tahun lalu dalam kegiatan ospek jurusan yang dimana saya
adalah pesertanya, ada kegiatan siraman rohani, waktu itu yang beragama Hindu,
mendapat wejangan dari seorang Guru Agama, yang saya lupa namanya. 2 tahun lalu
waktu siraman rohaninya dilaksanakan malam hari dan cukup singkat, sekitar 1
jam. Itupun dilaksanakan dalam kondisi yang cukup melelahkan karena sebelumnya
siraman rohani ada kegiatan lain. 2 tahun lalu sepertinya cepat berlalu, Guru
yang dulu mengajarkan Agama, bahkan hampir saya lupakan, saya memohon maaf
untuk yang satu ini. 2 tahun lalu saya,Adi dan Ditha diajari selama kurang
lebih 1 jam oleh Bapak yang saat ini
duduk sembahyang bersama saya. Dulu Beliau
mengajari mengenai bagaimana mengamalkan nilai-nilai keagaman selama
kuliah. Kini setelah 2 tahun berlalu, akhirnya bertemu kembali dengan Sang
Guru. Akhirnya kami semua mengbrol banyak membahas mnegenai kegiatan dulu, yang
sekarang dan bermacam-macam hal.
Tak terasa waktu 2 tahun begitu cepat berlalu. Jika tidak
dimanfaatkan dengan baik akan ada banyak hal yang terlewatkan. Suasana hening,
damai dan tenang tiba-tiba datang menghentikan semua obrolan malam itu, sudah
waktunya sembahyang.
No comments:
Post a Comment