Real Time Monitoring, Solusi
Penyelamatan Bendungan Indonesia
Di
era pemerintahan presiden Jokowi, pembangunan infrastruktur menjadi fokus yang
cukup dominan. Salah satunya yakni pembangunan bendungan yang tersebar di
seluruh Indonesia. Tercatat di tahun 2016 ini, pemerintah melalui Kementerian
PU dan Perumahan Rakyat mencanangkan untuk membangun 8 bendungan baru dari
total 49 bendungan yang rencananya dibangun hingga tahun 2019.[1]
Sebagai
Negara agraris, bendungan memiliki peran yang cukup penting, terutama dalam hal
irigasi. Kebutuhan akan beras sebagai konsumsi utama masyarakat Indonesia
tentunya akan dapat terpenuhi apabila sawah-sawah yang ada di Indonesia
mendapat aliran air yang baik. Jadi secara tidak langsung program pembangunan
bendungan juga penting dalam mendukung ketahanan pangan di Indonesia.
Membangun
sebuah bendungan bukanlah perkara yang gampang. Perlu studi kelayakan, uji
ketahanan bendungan dan tentunya perawatan yang rutin ketika bendungan itu
sudah selesai dibangun. Tak jarang bendungan yang baru dibangun, atau yang terlihat
kokoh bisa juga jebol dan menimbulkan bencana. Sebagai salah satu contoh yakni
Bendungan Gintung atau lebih dikenal dengan Situ Gintung di Tangeran Selatan
jebol pada tahun 2009. Kejadian tersebut menewaskan sedikitnya 99 orang.[2]
Kejadian seperti jebolnya Bendungan Gintung sebenarnya bisa dihindari apabila
ada penanganan lebih dini ketika bendungan sudah menunjukkan ciri-ciri akan mau
jebol. Misalnya ketika bendungan sudah mulai bergerser beberapa milimeter dari
posisi semulanya, maka pemerintah bisa mengambil tindakan dengan memperkuat
lagi struktur bendungan atau mengurangi debit air, sehingga kejadian bendungan
jebol bisa dihindari. Namun yang menjadi pertanyaan adalah kapan bendungan
tersebut bergeser, seberapa besar pergeserannya dan kearah mana pergeserannya.
Tentunya perlu penelitian khusus untuk mengetahuinya.
Teknologi
untuk melakukan pengamatan pergeseran bendungan atau yang lebih dikenal dengan
istilah monitoring, sebenarnya sudah ada, namun belum banyak yang mengetahui.
Monitoring merupakan bagian dari managemen resiko bencana, maksudnya melakukan
perlakuan sebelum bencana itu terjadi, sehingga resiko terjadinya bencana bisa
terhindari.
Geomos
atau Geodetic Monitoring Systems merupakan
sistem monitoring yang dapat bekerja secara real
time, biasanya digunakan di dunia pertambangan untuk mengetahui pergeseran
kemiringan atau lereng pada tambang. Geomos ini juga dapat diterapkan untuk
memantau pergeseran bendungan sehingga bendungan yang kelihatannya mau ambruk
atau jebol bisa diketahui lebih dini dan dapat diantisipisi. Keunggulan dari Geomos
ini yakni mampu melakukan monitoring secara real
time selama 24 jam, terus menerus. Artinya kalau ingin mengetahui saat ini
juga apakah sebuah bendungan bergeser atau tidak, dapat langsung diketahui.
Arah dan kecepatan pergeseran juga dapat diketahui, maka ketika sebuah
bendungan menunjukkan pergeseran misalnya setiap minggu bergeser 1 milimeter ke
selatan, maka bisa diprediksi kapan bendungan tersebut akan jebol dan bisa
dilakukan langkah antisipasi lebih awal.
Geomos
terdiri dari beberapa perangkat utama, seperti Total Station Robotic, GPS
Monitoring, komuter, prisma target, dan internet. Berikut gambaran system kerja
Geomos.
Sistem
kerja Geomos ini yakni prisma target dan GPS di tempatkan di dinding bendungan.
Tiap prisma dan GPS memiliki posisi yang berbeda-beda. Logikanya jika dinding
bendungan tidak bergeser maka prisma dan GPS akan tetap pada posisi awal, namun
jika bendungan bergerser maka posisi GPS dan prisma juga akan berubah.
Perubahan posisi GPS dan prisma target itulah kemudain yang dapat dipantau dan
dianalisis. Dengan Total Station Robotic, seluruh pergerakan prisma target
dapat dipantau secara otomatis. Pergerakan prisma dan GPS akan secara otomatis
muncul dalam sistem Geomos dan dapat diakses melalui internet. Jadi untuk memantau pergerakan suatu
bendungan kini tidak harus selalu datang ke bendunganya langsung, bisa dari
rumah asal ada koneksi internet dan perangkat Geomos sudah terpasang dengan
baik di lokasi bendungan.
Beberapa
bendungan di Indonesia sudah menerapkan sistem Geomos ini, antara lain seperti
Bendungan Jati Gede di Jawa Barat dan Waduk Sermo di Yogyakarta. Hasil
monitoring yang akurat berdasarkan data monitoring lapangan yang dapat diakses
kapan saja dan dimana saja tentu akan
memudahkan dalam pengambilan keputusan apabila terjadi pergeseran. Bisa
dibayangkan jika seluruh bendungan di Indonesia sudah menerapkan teknologi
Geomos ini, maka dapat dibuat sebuah database
terpusat yang memantau seluruh pergerakan bendungan di Indonesia secara real time dan berbasis website. Jika sudah ada pemantauan
terpusat, tentu saja akan lebih mudah melakukan pengambilan keputusan dengan
cepat dan tepat. Misalnya saja dibuat pusat monitoring seluruh bendungan yang
ada di Indonesia, dengan seluruh bendungan sudah dilengkapi teknologi Geomos,
maka Presiden atau pengambil keputusan lainnya jika ingin memantau pergeseran bendungan
cukup datang ke pusat monitoring untuk mengetahui bagaimana pergeseran bendungan.
Penyebarlusan informasipun akan menjadi lebih
teratur karena sumber informasinya terpusat. Jika misalnya informasinya
cuaca bisa di-update terus oleh BMKG
dan disebarluaskan melalui berbagai media, maka dengan Geomos ini informasi
pergeseran bendungan di seluruh Indonesia juga bisa diketahui dan disebarkan ke
masyarakat luas, khususnya penjabat yang memiliki wewenang dalam pengamanan
bendungan di berbagai daerah.
Kedepannya
jika pembangunan bedungan di Indonesia dilengkapi dengan sistem monitoring yang
real time seperti Geomos ini, tidak
perlu lagi ada kekhawatiran bendungan jebol atau ambruk. Semuanya dapat
dipantau, bahkan dari jarak jauh sekalipun.
Oleh:
I Made Sapta Hadi
Mahasiswa Teknik Geodesi, Universitas Gadjah Mada.
[1]
Pembangunan 8 bendungan di Indonesia dapat diakses di http://finance.detik.com/read/2015/09/23/111643/3026445/4/ini-dia-8-bendungan-yang-akan-dibangun-jokowi-di-2016
[2]
Informasi korban saat Situ Gintung jebol dapat diakses di https://id.wikipedia.org/wiki/Situ_Gintung
belum lengkap mas, setidaknya plus alat monitor rembesan dasar dam sblm bergeser ...
ReplyDeleteTerimakasih sarannya mas sarannya :)
DeleteSy berminat memiliki buku tersebut, bagaimana caranya'? Atau ada dlm bentuk digital bisa share ke yuszar@gmail.com,
ReplyDeleteSy Yunisaf ZahrI geodesi ITB81, salam geospasial 👍👍👍
Saya mau bertanya, transfer data real time dari alat ke geomos monitor melalui internet atau apa ya? Terimakasih
ReplyDelete