Hari ini (20 april) akhirnya saya bisa pulang ke Bali
setelah sekian lama menunggu kegiatan monev PKM selesai. Saya memutuskan pulang
naik Bus,tentunya ini karena biaya. Ini adalah pulang ke 2 saya ke Bali dengan
naik Bis. Akhir semester lalu saya naik bis juga ubtuk pulang ke Bali. Tapi
kali ini adalah kali pertama saya naik bis sendiri, karena sebelum – sebelumnya
saya selalu pulang bersama teman – teman satu alumni SMA. Namun karena ada
perbedaan kegiatan jadi saya harus pulang sendiri.
Saya memilih untuk duduk didepan di seat 2B. Kalau
biasanya setiap naik bis saya selalu mengbrol sepanjang perjalanan bersama
teman seSMA saya dulu, tentu akan lain ceritanya ketika saya naik Bis sendiri, akan
ada orang yang baru yang tidak saya kenal yang duduk disebelah saya. Saat bis
baru tiba, sudah nampak dari jendela seorang wanita berjilbab duduk si seat 2A,
sepertinya juga seorang mahasiswa. Saya hanya tersenyum simpul kepadanya ketika
mulai duduk dan menaruh barang bawaan. Awalnya tidak ada percakapan apapun
sampai bis sudah berjalan beberapa kilometer. Kemudian ditengah perjalanan
petugas bis memberikan snack keseluruh penumpang, begitu dapat snack langsung
saja saya makan karena saya blum makan siang saat itu. Berbeda dengan wanita
disebelah saya yang langsung menaruh snack, bisa saya pastikan dia sedang
puasa. Rasanya tidak enak jika dalam perjalanan jauh naik bis tidak ada teman
ngobrol, saya coba saja membuka pembicaraan dengan menanyakan “Puasa ya Mbak? “
. ternyata responnya baik, dan akhirnya saya mengobrol panjang. Singkat cerita
saya kemudian tahu namanya yakni Laily, mahasiswa jurusan pendidikan matematika
di Universitas Ahmad Dahlan. Laily satu tahun diatas saya sehingga saya
memanggilnya Mbak. Ketika dia bertanya pada saya, “Jurusan apa di UGM ? “ ,
tentunya langsung saya jawab Teknik Geodesi. “ Apa itu Teknik Geodesi?” tanya
mbak Laili kembali. Pertanyaan ini adalah pertanyaan klasik menurut saya.
Mungkin dia adalah orang yang keseratus berapa yang menanyakan ini. Akhirnya
langsung saja saya berikan kuliah singkat di bis tentang apa itu geodesi.
Kemudian saya bertanya ke Mbak Laily mau pergi kemana, dia mengatakan akan
pergi ke Jembrana, Bali. “ Liburan ya ?” tanya saya. “Iya sekalian pulang
kerumah” katanya. Dalam benak saya tentunya mungkin orangtuanya adalah
pendatang yang tinggal dan menetap di Bali. “Orang tua asli mana mbak?” tanya
saya. Memang asli dari Jembrana Bali katanya. Saya cukup tidak percaya, dalam
perspektif saya orang yang memang asli Bali itu tentunya seorang Hindu. Setelah
bertanya – tanya lagi ternyata di Jembrana itu sejak dulu ada sebuah pesantren
yang warga masyarakat disekitar pesantren itu adalah muslim. Saya baru tahu
akan hal itu setelah 18 tahun tinggal di Bali. Ada hal menarik lainnya lagi
yang saya dapati dari Mbak Laily, saya menanyakan kenapa tidak kuliah di Bali
saja, apalagi mau mengambil jurusan Matematika, diBali ada Undiksha yang
jurusan matematikanya cukup terkenal menurut saya. Dia mengtakan lebih memilih
kuliah di Jawa karena merasa ada “diskriminasi”
dari dosen terhadap mahasiswanya yang berjilbab dengan yang tidak berjilbab.
Katanya sih lebih sulit mencari nilai. Katanya. Mungkin pandangan setiap orang
berbeda – beda. Mbak Laily merasa kurang nyaman jika harus kuliah di Bali
karena takutnya nanti ada diskriminasi karena memakai jilbab. Tentunya setiap
orang bebas menetukan pilihan, dan itu adalah pilihannya. Hal ini mengingatkan
pada tulisan saya sebelumnya mengenai menjadi minoritas. Saya juga merasakan
menjadi minoritas selama kuliah di Jawa, dan untungnya saya tidak pernah merasa
ada ‘deskriminasi’ sejauh ini.Saya
tidak tahu apakah benar ada perbedaan pandangan dari dosen terhadap mahasiswa
yang berjilbab dan tidak memakai jilbab di Bali. Entahlah. Setiap orang
memiliki pandangan yang bebeda – beda, dan berhak menentukan pilihannya
sendiri.
Pandangan orang memang berbeda-beda...
ReplyDeleteKakak Alumni SMASTA? Salam kenal, Amik :)
iya memang beda, terimakasih sudah berkunjung di blog saya ya amikk :)
Deleteiya kakak alumni smasta :) dek amik anak smasta jga ya?