Beberapa minggu lalu
saya sempat mengikuti tes training
disebuah perusahan Minyak Internasional,yang namanya sudah cukup terkenal.
Untuk dapa tmengikuti training ada
beberapa tahapan yang harus dilewati, yakni tes wawancara, tes TPA dan focus grup discussion. Syarat ikut tesnya pun
harus dengan IPK minimal 3.4, untungnya IPK saya masih memenuhi.
Jika lolos dalam ketiga tahapan tes tersebut, dan mengikuti
training dengan hasil baik, nanti
begitu lulus kuliah maka kita tidak perlu melewati tahapan tes lagi, melainkan
langsung wawancara mengenai pekerjaan. Kesempatan ini sangat menggiurkan
tentunya, belum lagi selama training akan mendapat uang saku. Tapi tentunya,
ada perjuangan yang harus dilewati utuk memperoleh itu semua.
Ada
yang menarik dari tes ini, tes pertama adalah menjelaskan apa yang diminta
dijelaskan oleh pewawancara dengan menggunakan bahasa Inggris. Urutan siapa
yang presentasi duluan tidak ditentukan, siapa yang siap langsung tampil ke
depan. Saya baru pertama mengalami wawancara seperti ini. Yang lebih menarik
lagi, apa yang akan saya presentasikan,
untuk mengetahui apa yang dipresentasikan seluruh peserta mengambil
gambar, kemudian menjelaskan gambar tersebut dalam waktu 3 menit. Lalu apa isi
gambarnya?? Tidak ada bau teknis sama sekali, saya tidak akan menemukan gambar
unting-unting, jalon, apalagi satelit Landsat ETM+. Dari bebrapa peserta yang
maju, saya lihat gambarnya ada yang mendapat gambar buah-buahan, sayuran sampai
setrikaan. Lalu gambar apa yang saya dapat? Saya mendapat gambar tukang POS.
Dengan terbata-bata dan sedikit grogi saya pun menjelaskan tukang Pos daam
waktu 3 menit. Setelah tes akhirnya saya sadar kemampuan bahasa inggris saya
masih belum bagus. Tapi untunglah saya sadar di semerter 4, masih ada waktu 1
tahun lagi untuk mengikuti tes training berikutnya, dan ada 2 tahun lagi untuk
wawancara kerja yang sebenarnya.
Pelajaran berharga yang saya dapat disnana
sebenanrnya, kemampuan teknis dan IPK
bukanlah yang akan mengantarkan kita ke tes tahap kedua atau ketiga dan
selanjutnya, IP 4 tanpa kemampuan komunikasi yang bagus, terutama komunikasi
Bhs. Inggris, akan sia-sia. Bisa sentering dalam waktu 10 detik, tanpa bisa
menjawab soal TPA berupa soal fisika, kimia dan mtematika, ilmu centering tidak
akan bisa kita tunjukkan.
IPK
itu penting untuk mengantarkan kita bisa ikut tes, namun stetlah itu mungkin
IPK tidak akan ditanyakan lagi, skill dibidang imu sendiri itu penting, tapi
jangan lupa mempelajari ilmu matematika, fisika, dan matematika dasar serta
kemampuan berkomunikasi. IPK bukanlah segalanya, tapi kita perlu IPK yang baik,
dan ada banyak skill lain yang harus kita pelajari, disamping bidang ilmu kita
sendiri. Untunglah saya mengikuti tes training
tersebut, akhirnya saya sadar banyak skill yang lain yang harus saya gali,
terutama komunikasi bahasa Inggris. Tak terbayang jika saya tidak ikut tes dan
hanya berkutat mempelajari skill ilmu geodesi saja, tanpa memperhatikan ilmu
komunikasi dan lain-lain, maka begitu saya melamar kerja yang sesungguhnya
di perusahan multinasional atau
internasional tentu kemungkinan besar saya akan gagal ditahap pertama. Bahkan gara-gara gagap menjelaskan si
tukang Pos,saya bisa gagal walau dengan IPK yang 4.5 sekali pun. Walau tida
lolos training, saya bersyukur karena
dengan tes tersebut setidaknya saya sadar lebih awal bahwa banyak hal lain yang
juga harus dikejar selain IPK dan skill ilmu geodesi. Bagaimana dengan kamu?
Apa masih menegjar IPK saja? Coba jelaskan gamabar ini dalam waktu 3 menit dalam bahasa Inggris :)Best Regards
Made Sapta
sumber gambar : dongeng-untuk-anak.blogspot.com
Yaa bisa dikatakan kalau ipk merupakan prestasi saat study, tapi pengaplikasian (isn't all about theory) di lapanganlah yg mostly difficult. Ketika pengaplikasikannya berhasil itulah prestasi kerja yang disebut
ReplyDeleteThanks linda :)
Delete