Monday, April 14, 2014

Ini Bukan Soal Teknis, Ini Soal Tukang POS

Beberapa minggu lalu saya sempat mengikuti tes training disebuah perusahan Minyak Internasional,yang namanya sudah cukup terkenal. Untuk dapa tmengikuti training ada beberapa tahapan yang harus dilewati, yakni tes wawancara, tes TPA dan focus grup discussion. Syarat ikut tesnya pun harus dengan IPK minimal 3.4, untungnya IPK saya masih memenuhi.
            Jika lolos dalam ketiga tahapan tes tersebut, dan mengikuti training dengan hasil baik, nanti begitu lulus kuliah maka kita tidak perlu melewati tahapan tes lagi, melainkan langsung wawancara mengenai pekerjaan. Kesempatan ini sangat menggiurkan tentunya, belum lagi selama training akan mendapat uang saku. Tapi tentunya, ada perjuangan yang harus dilewati utuk memperoleh itu semua.
            Ada yang menarik dari tes ini, tes pertama adalah menjelaskan apa yang diminta dijelaskan oleh pewawancara dengan menggunakan bahasa Inggris. Urutan siapa yang presentasi duluan tidak ditentukan, siapa yang siap langsung tampil ke depan. Saya baru pertama mengalami wawancara seperti ini. Yang lebih menarik lagi, apa yang akan saya presentasikan,  untuk mengetahui apa yang dipresentasikan seluruh peserta mengambil gambar, kemudian menjelaskan gambar tersebut dalam waktu 3 menit. Lalu apa isi gambarnya?? Tidak ada bau teknis sama sekali, saya tidak akan menemukan gambar unting-unting, jalon, apalagi satelit Landsat ETM+. Dari bebrapa peserta yang maju, saya lihat gambarnya ada yang mendapat gambar buah-buahan, sayuran sampai setrikaan. Lalu gambar apa yang saya dapat? Saya mendapat gambar tukang POS. Dengan terbata-bata dan sedikit grogi saya pun menjelaskan tukang Pos daam waktu 3 menit. Setelah tes akhirnya saya sadar kemampuan bahasa inggris saya masih belum bagus. Tapi untunglah saya sadar di semerter 4, masih ada waktu 1 tahun lagi untuk mengikuti tes training berikutnya, dan ada 2 tahun lagi untuk wawancara kerja yang sebenarnya.
            Pelajaran berharga yang saya dapat disnana sebenanrnya,  kemampuan teknis dan IPK bukanlah yang akan mengantarkan kita ke tes tahap kedua atau ketiga dan selanjutnya, IP 4 tanpa kemampuan komunikasi yang bagus, terutama komunikasi Bhs. Inggris, akan sia-sia. Bisa sentering dalam waktu 10 detik, tanpa bisa menjawab soal TPA berupa soal fisika, kimia dan mtematika, ilmu centering tidak akan bisa kita tunjukkan.
              IPK itu penting untuk mengantarkan kita bisa ikut tes, namun stetlah itu mungkin IPK tidak akan ditanyakan lagi, skill dibidang imu sendiri itu penting, tapi jangan lupa mempelajari ilmu matematika, fisika, dan matematika dasar serta kemampuan berkomunikasi. IPK bukanlah segalanya, tapi kita perlu IPK yang baik, dan ada banyak skill lain yang harus kita pelajari, disamping bidang ilmu kita sendiri. Untunglah saya mengikuti tes training tersebut, akhirnya saya sadar banyak skill yang lain yang harus saya gali, terutama komunikasi bahasa Inggris. Tak terbayang jika saya tidak ikut tes dan hanya berkutat mempelajari skill ilmu geodesi saja, tanpa memperhatikan ilmu komunikasi dan lain-lain, maka begitu saya melamar kerja yang sesungguhnya di  perusahan multinasional atau internasional tentu kemungkinan besar saya akan gagal ditahap  pertama. Bahkan gara-gara gagap menjelaskan si tukang Pos,saya bisa gagal walau dengan IPK yang 4.5 sekali pun. Walau tida lolos training, saya bersyukur karena dengan tes tersebut setidaknya saya sadar lebih awal bahwa banyak hal lain yang juga harus dikejar selain IPK dan skill ilmu geodesi. Bagaimana dengan kamu? Apa masih menegjar IPK saja? Coba jelaskan gamabar ini dalam waktu 3 menit dalam bahasa Inggris :)




Best Regards
Made Sapta


sumber gambar : dongeng-untuk-anak.blogspot.com

2 comments:

  1. Yaa bisa dikatakan kalau ipk merupakan prestasi saat study, tapi pengaplikasian (isn't all about theory) di lapanganlah yg mostly difficult. Ketika pengaplikasikannya berhasil itulah prestasi kerja yang disebut

    ReplyDelete