17 Juli 2014
Hari ini adalah hari yang sudah lama saya tunggu, karena
hari ini saya akan pulang ke Bali setelah berjuang melewati semester 4 yang
penuh akan tantangan. Seperti sebelum-sebelumnya saya pulang dengan naik Bis
agar lebih murah dan terjangkau. Kali
ini saya naik Bis tidak bersama teman satu kampung karena semuanya sudah pulang
lebih dahulu.
Ada 1 hal yang selalu akan menarik untuk diceritakan saat
pulang sendiri, yakni teman yang akan saya akan ajak duduk. Bisa anak muda,
wanita,pria atau ibu-ibu dan om-om. Dan teman duduk saya kali ini adalah
seorang nenek J. Begitu duduk saya langsung mencoba mencari topik
untuk sekedar basa basi dan biar ada teman ngbrol. Perjalanan Jogja ke Bali
dengan Bis bukanlah perjalanan yang singkat, jadi akan terasa hampa jika hanya
diam tanpa lawan bicara. Sejak kecil sebenarnya saya bukanlah tipe orang yang
suka basa-basi atau suka mengbrol dengan orang yang baru saya kenal, tapi sejak
kuliah ternyata menjadi orang yang ramah dan sedikit basa-basi itu entah
mengapa terasa perlu dilakukan. Terlebih nanti didunia kerja, jika tidak ramah
akan sulit beradaptasi, jadi saya memcoba membiasakannya dari sekarang.
“Mau ke Bali Mbah?”, tanya saya.
“Iya Mas, saya mau jenguk anak saya.”
Dari
sedikit pembicaraan singkat itu akhirnya pembicaraannya menyambung sampai
kemana-mana. Ternyata si Mbah punya anak yang membuka usaha jualan bunga di
Denpasar. Bukan merupakan hal yang aneh lagi skarang banyak orang luar Bali
yang membuka usaha di Bali, dan saya sendiri orang Bali mencari ilmu ke luar
Bali. Selain itu si Mbah juga menceriktakan punya cucu yang skrng bekerja di
kapal. Sesuatu yang menarik ditanyakan, karena saya juga suatu saat jika
diijinkan ingin bekerjadi kapal offshore. Ternyata cucu si Mbah lulusan Teknik
Perkapalan Undip, yang kini bekerja di Tanjung Priuk.
“Wah
saya juga kalau lulus nanti ingin bekerja di kapal Mbah, kalo bisa, saya juga
mahasiswa teknik”.
“Teknik
Perkapalan Mas?”
“Bukan
Mbah, saya Teknik Geodesi”. Dengan yakin saya jawab dan sudah siap akan memberikan
kuliah 2 sks karena sepertinya si Mbah tidak tahu Teknik Geodesi. Biasanya
setiap saya bilang jurusan Teknik Geodesi,kalau yang tidak tahu akan bertanya
itu jurusan apa. Tapi jawaban si Mbah, “Oh Geodesi”.
Tanpa
betanya apa-apa lagi, sepertinya faktor usia mempengaruhi rasa keingintahuan,
atau memang si Mbah sudah tau Teknik Geodesi ya?? Entahlah J.
Waktu
terus berjalan mata semakin mengantuk dan perut mulai lapar. Ada beberapa
makanan ringan yang saya bawa untuk perbekalan.
“Lagi
puasa Mbah?” tanya saya sebelum memutuskan untuk makan atau tidak.
“Iya
Mas, saya puasa”.
Ternyata
si Mbah puasa, rasanya ada yang aneh jika saya makan disebelahnya, apalagi
makanan yang saya bawa aromanya enak dan terdengar gurih jika dimakan. Akhirnya
saya putuskan tidak makan dulu sebelum si Mbah buka puasa. Hal hasil saya
memustuskan tidur sampai jam buka puasa.
Sore
sekitar pukul 6, akhirnya sudah bisa buka puasa. Si Mbah ternyata sudah lengkap
dengan kopi hitam dan nasi bungkus yang ia bawa. Akhirnya saya juga ikut
berbuka bersama si Mbah. Entah ini namanya toleransi antar umat agama atau
tidak, yang jelas saya hanya hanya mengikuti perasaan hati saya yang memilih
makan disaat si Mbah sudah berbuka puasa. Keanekaragaman agama menjadi sangat
indah ketika semuanya saling menghargai. J
Selamat siang kak salam kenal. Saya sep dr jatim ingin mnykan bbrp hal ttg geodesi. Saya maba geomatika its. Boleh minta nmr hp atau pin?
ReplyDeleteHalo Sep, salam kenal, silhkan saja kalau mau nanya2, bisa hubungi saya di 087861130327, lewat line juga bisa id :madesapta :)
Delete