10 Juni 2016
Pagi
ini terasa berbeda dari biasanya. Pagi-pagi sekali saya sudah bangun dan siap
dengan file presentasi, yang akan saya presentasikan nanti siang pukul 13.00.
Bukan presentasi untuk lomba, ataupun menjadi pembicara dalam kegiatan
pelatihan kepemimpinan. Presentasi kali ini jauh lebih penting, yakni
presentasi untuk seminar skripsi. Setelah mengerjakan skripsi berbulan-bulan,
hingga sampai jatuh sakit dan kena DB, tiba saatnya saya mempresentasikan hasil
skripsi saya. Yang membuat saya gundah yakni
saya cukup tepat pada deadline dalam mengumpulkan naskah. H-1 sebelum
hari pengumpulan naskah saya masih mengerjakan revisi yang cukup banyak hingga
besoknya saya kumpulkan naskahnya tanpa banyak pengecekan kembali.
30
menit sebelum mulai, saya sudah siap diruang sidang satu Teknik Geodesi UGM.
Suasana sangat hening dan sunyi. Perlahan-lahan saya nyalakan proyekor dan
membuka file presentasi. Tiba-tiba hape saya berbunyi, ternyata ada pesan
singkat dari pembiming rahasia saya, tentunya bukan Bapak Abdul Basith yang
memang pembimbing skripsi saya. Pesan singkat tersebut berbunyi “Tenang saja
De, semua akan baik-baik saja “. Pesan tersebut untuk sekian menit cukup
menenangkan, tapi tentu saja masih ada rasa yang sulit dijelaskan yang membuat
cukup deg-degan. Tepat pukul 13.00 Bapak Abdul Basith, pembimbing saya datang
disusul kemudian dengan Bapak Parseno yang merupakan dosen penguji saya. Masih
tinggal menunggu Ibu Leni yang juga merupakan dosen penguji saya. Sembari
menunggu Ibu Leni, obrolan santai terjadi antara saya, Pak Basith dan Parseno.
Syukurlah obrolan santai ini mencairkan suasana, saat itu juga saya menajdi
lebih santai dan yakin tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Beberapa menit
kemudian Ibu Leni datang, dan inilah waktunya. Sebelum memulai presentasi,
terlebih dahulu di buka oleh Bapak Abdul Basith. Sembari menunggu Pak Basith
membuka acara, saya teringat pesan pembimbing rahasia saya yang saya temui
sehari sebelumnya. Beliau menjelaskan, dosen penguji itu datang tidak dengan
pikiran meluluskan kamu atau tidak, ketika kamu sudah diterima untuk melakukan
seminar, dosen akan sudah menganggap kamu lulus, penguji hanya akan datang
untuk mengkoreksi mana yang perlu diperbaiki, yang terpenting yakni presentasi
tepat waktu dan tidak menmbuat dosen penguji menunggu lama. Perkataan tersebut
belum teruji kebenarannya tapi tentunya membuat saya tidak grogi dan lebih
santai menyampaikan presentasi, tentunya setelah latihan berkali-kali
sebelumnya agar presentasi tidak melebihi waktu yang diberikan. Waktu
presentasi yakni 15 menit.
Sesuai
dengan latihan, presentasi saya tidak lebih dari 15 menit. Setelah presentasi
baru kemudian saatnya ditanggapi oleh dosen penguji. Tanggapan dapat berupa
pertanyaan, saran, kritik dan lain-lain.Penguji pertama yakni Pak Parseno. Saya
sudah beberapa kali diajar Pak Parseno, dan tentu saja dia merupakan dosen yang
baik dan cukup detil. Skripsi saya membahas mengeni pasang surut laut. Pak Parseno
bukanlah dosen yang mengajar pasang surut, dan rasanya tidak mendalami bidang
ini. Namun dari pertanyaannya yang diajukan tentunya beliau paham mengenai
skripsi saya dengan baik. Ada cukup banyak koreksi dalam hal penulisan yang
diberikan oleh Pak Parseno. Hal ini sudah saya perkirakan sebelumnya, mengingat
H-1 masih mengerjakan revisi, setelah diprint tidak banyak dikoreksi lagi.
Tentu saja salah ketik ada dimana-mana. Hal yang terbaik dilakukan ketika dosen
penguji menemukan kesalahan terutama dalam kesalahn penulis, menurut saya yakni
menerimanya dan menyampaikan akan langsung memperbaiki. Tidak perlu mengeles
kesana-kesini, cukup terima dan perbaiki. Kurang lebih 30 menit Pak Parseno
menyampaikan pesan dan pertanyaan. Berikutnya Ibu Leni. Ibu Leni merupakan
dosen yang yang mengajar tentang pasang surut laut, dan beberapa kali
membimbing skripsi yang bertema sama dengan yang saya kerjkaan. Secara teknis
tentu saja Bu Leni sangat paham atas apa yang saya kerjaan. Hampir satu jam
saya berdiskusi dengan Bu Leni. Diskusi satu jam dengan Bu Leni adalah satu jam
diskusi paling ilmiah sepanjang karir saya. Beberapa kali mengikuti seminar dan
presentasi tidak ada yang bertanya secara detil dan tepat mengena pada apa yang
saya kerjakan. Beberapa kali Bu Leni menanyakan beberapa hal yang merupakan
point utama dalam skripsi saya, ada beberapa hal yang yang bisa saya jawab dan
jelaskan karena sudah saya perkirkan sebelumnya. Namun ada juga yang
benar-benar tidak saya sadari sehingga harus saya tambahkan dan perbaiki pada
skripsi yang saya buat. Diskusi dengan Ibu Leni ini membuat saya tahu akan hal
apa yang sudah benar saya lakukan dan mana yang kurang dan perlu ditambahkan. Saya
rasa seperti itulah diskusi ilmiah yang sebenarnya. Membuat penulisnya sadar
mana yang perlu ditambakan dan mana yang sudah benar dilakukan. Beberapak kali
mengikuti lokakarya, ada kecendrungan orang bertanya seolah-olah hanya sekedar
formalitas, tidak untuk mendebat dan menemukan kesimpulan yang tepat. Ada
kepuasan tersendiri ketika berhasil menjelaskan dan meyakinkan Bu Leni akan hal
yang ditanyakan, mengingat beliau yang memang sudah sangat mendalami bidang
pasang surut laut. Kurang lebih satu jam berdiskusi dengan Bu Leni, akhirnya
semuanya selesai. Beberapa saat kemudian Pak Basith menyampaikan perkataan yang
tidak akan pernah saya lupakan “Setelah berdiskusi dengan dosen penguji,
saudara Sapta kamu dinyatakan lulus” sesingkat itu dan saya lulus. Sungguh
kuliah 4 tahun terasa singkat saat itu juga.
Kegembiraan bertambah ketika
disambut suka cita oleh rekan-rekan seperjuangn di Geodesi, teman KKN dan
tentunya pendamping hati yang paling cantik. Ini bukanlah sebuah akhir, tapi
sebuah awal dalam memasuki fase kehidupan yang baru.
Wah hebat. Sekarang mas sapta sedang daftar/kerja di mana?
ReplyDeleteDrone viewer scanning can provide every details you need. Try the 3D laser scanner Vancouver, BC to get the best and effective outcomes.
ReplyDelete