Minggu, 8 Februari 2015
Hari ini adalah hari yang cukup melelahkan, besok adalah
hari dimana saya harus mengumpulkan peta akhir hasil kemah kerja yang saya
lakukan beberapa waktu lalu di Bayat, Klaten. Petanya sebenarnya sudah jadi,
namun belum saya cetak karena mau saya cek kembali dengan teman sekelompok
saya. Besok saya dan teman sekelompok saya harus mengumpulkan peta tepat pukul
06.30 WIB, mungkin paling pagi diantara kelompok yang lain. Hal ini dikarenakan
dosen pembimbing saya yang kebetulan ada kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan
siang hari sampe malam, sehingga hanya ada waktu pagi untuk memeriksa hasil
petanya dan sekaligus mengadakan responsi.
Hari itu juga saya melengkapi hal-hal yang masih belum
sempurna di Peta yang akan saya kumpul besok. Sore hari tepat pukul 3 sore saya
pergi kesebuah percetakan berlokasi di jalan Gejayan. Harga untuk mencetak 1
peta ukuran A1 adalah Rp.45.000. Cukup mahal untuk ukuran mahasiswa seperti
saya, ditambah lagi 1 mahasiswa harus mencetak 2 peta, karena ukuran petanya
tidak muat dalam 1 ukuran A1. Akhirnya saya memutuskan untuk mencetak 1 peta
saja terlebih dahulu untuk mengecek hasilnya. Walau bukan mahasiswa Ekonomi, tapi
saya mengerti apa jadinya jika sekaligus mencetak dalam jumlah yang banyak,
kemudian terdapat kesalahan, akan sangat rugi jika harus mengulang mencetak
kembali semuanya.
Singkat cerita 1 peta akhirnya tercetak. Saya dan
teman-teman sekelompok akhirnya mengecek kemabali hasil peta yang sudah
tercetak. Benar saja masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, tampilan
peta dilayar komputer dan setelah dicetak ternyata masih ada yang berbeda,
sehingga perlu diatur ulang. Akhirnya jam 7 malam saya kembali ke percetakaan
saat semuanya sudah yakin petanya sudah benar. Begitu saya menyampaikan ingin
mencetak 8 peta, front officenya mengatakan “ Maaf mas operator kami sedang
istirahat, belum tau balik jam berapa”.
“Disini tutup jam berapa ya Mbak?” tanya saya berusaha
untuk tetap tenang. “ Jam 9 Mas. Ternyata percetakan kalau hari minggu tutupnya
cukup cepat. Akhirnya saya memutuskan untu mencetak ditempat lain. Karena sudah
terbiasa menangani urusan cetak-mencetak untuk kegiatan organisasi, jadi saya
cukup banyak tau dimana saja lokasi percetakan yang ada di Jogja, tepatnya
disekitar UGM.
Tak berlama-lama saya sudah berada dilokasi percetakan
yang ke 2,dan sedikit tragis, begitu mengatakan ingin mencetak peta ukuran A1,
front officenya mengatakan “ Maaf mas, operator kami sedang libur”. Kali ini
ada sedikit kecemasan dalam diri saya. Oke masih ada 2 percetakan yang saya
tau bisa mencetak dengan ukuran A1.
Dilokasi percetakan ke 3, sayang sekali ternyata hari minggu tidak buka. Saat
itu juga tidak sengaja keringat dingin
mulai keluar. Masih ada 1 tempat
lagi yang bisa saya datangi, dan akirnya tempatnya buka. “Mas bisa cetak peta
ukuran A1?” “ Bisa Mas”, kemudian ada perpertanyaan “mematikan” setelah itu.
Mau print warna apa hitam putih ya?, kalau warna kami tidak bisa Mas. Saya
langsung menghela nafas, kali ini saya tidak bisa pura-pura tenang ke diri saya
sendiri. Besok pagi jam 6.30 peta sudah harus diberikan ke Dosen, karena Dosen
pembimbing saya akan keluar negeri untuk beberapa hari, maka jika peta tidak
diberikan besok saya akan terlambat mengumpulkan peta dalam waktu yang cukup
lama. Peta yang sebelumnya sudah dibuat dengan susah payah, melewati proses
pengukuran di Bayat selama 12 hari, sepertinya tidak bagus jika ceritanya
diakhiri dengan kisah terlambat mengumpulkan peta karena tidak ada percetakan
yang buka. Akhirnya saya memutuskan untuk mengitari Jogja untuk mencari
percetakan yang masih buka. Dan syukurnya lagi hujan turun cukup deras malam
itu, makan malam pun belum sempat, lengkaplah sudah cobaan malam ini. Perlahan
lahan saya telusuri jalan disekitaran Jogja untuk melihat tempat percetakan,
sesekali ada terlihat tempat percetakan namun rata-rata sudah tutup semua. Kali
ini saya sudah tidak tenang, tidak lucu jadinya jika malam itu juga saya
menelpon Dosen saya dan mengatakan besok petanya belum jadi karena percetakan
tutup.
Setelah mencari-cari cukup lama, saya masih belum
menemukan tempat percetakan. Awalnya saya tidak ingin menceritakan ini kepada
teman-teman saya yang lainnya agar tidak ikut panik, tapi karena tempat
percetakan yang saya ketahui sudah habis akhirnya saya menghubungi teman-teman
yang lainnya. Benar saja, semuanya menyarankan mencetak ke tempat yang sudah
saya kunjungi sebelumnya, bahkan saya sudah mengunjungi percetakan yang teman-teman
saya tidak ketahui. Akhirnya saya memutuskan kembali ke lokasi percetakan
pertama, barang kali operatornya sudah kembali. Begitu kembali kesana
operatornya ternyata tidak ada, dan yang lebih menyakitkan lagi ternyata
operaotrnya pulang dan besok baru bisa mencetak. Oke dalam hati saya berkata,
Tuhan mencoba menguji kesabaran dan usaha saya malam ini. Saya diam sejenak,
mencoba berfikir planning yang harus saya lakukan. Pertama saya akan bertanaya
ke teman-teman saya yang lainnya yang mungkin juga sudah mencetak peta, kedua
jika tidak berhasil cara pertama saya akan kembali mengitari Jogja untuk
mencari tempat percetaan. Palnning ketiga sebenarnya tidak ingin saya lakukan,
tapi tetap harus ada jika planning 1 dan 2 gagal, yakni menelpon dosen dan
menjelaskan keadaannya. Planning 1 pun dilasanakan, tidak ada solusi karena
kebanyakn teman saya juga belum mencetak peta karena kebanyakan tidak
mengumpulkan peta di pagi hari sepeti saya, jadwalnya berbeda-beda tergantung
dari dosennya. Dengan sedikit keraguan planning ke 2 pun akan saya lakukan
perlahan-lahan menuju motor matic saya yang belum di servis 2 bulan ini. Yang
menyebalkan lagi saya harus bayar parkir untuk yang ke 3 kalinya ditempat yang
sama.
“Mas tidak usah bayar parkir lagi ya, ini udah 3 kali”
Entah kenapa saya keceplosan mengatakan hal itu pada tukang parker. “ Oh ya
tidak apa-apa Mas, sudah tidak kembali lagi kan nanti?. “ Iya Mas, Mas tahu
tempat percetakan yang masih buka sampe malam dan hari minggu juga masih buka
Mas?” Entah kenapa ada seseorang yang sepertinya menyuruh saya untuk bertanya
pada tukang parkir ini. Dan jawabannya ternyata mengejutkan, “ Ada mas,
lokasinya di Condong Catur, dari sini mas lurus keutara lewati jalan utama,
lewati perempatang Ring Road, lurus keutara, nanti belok kanan, terus kiri,
percetakannya di kanan jalan tepat di depan tempat karaoke”. Untuk ukuran
tukang parkir, informasi spasial yang diberikan cukup jelas, ada arah jalan dan
acuan lokasi dari tempat karaoke. Saya sepertinya tahu tempat karaoke yang
dimaksud, (bukan karena sering karaoke). Akhirnya semua planning berubah, saya
akan ke percetakan yang dimaksud tukang parkir tersebut. Dengan cepat saya
sudah sampai ditempat yang dimaksud,, terlihat Mbak front office yang cantik
menyambut saya yang kucel dan basah karena kehujanan. “Mbak bisa cetak A1?”
Bisa Mas. “Bisa jadi malam ini?”. “Bisa Mas. “Bisa berwarna kan Mbak?” Dengan
senyum manis, mbaknya menjawan : “Bisa kok Mas.” Seketika itu juga mbak
tersebut langsung berubah bagai Ibu Peri yang bisa mengabulkan semua permintaan
saya malam itu juga tak peduli harganya berapa saya bayar yang peting selesai malam
ini juga.
Saya duduk sejenak, saya menyempatkan mengobrol dengan
Mbaknya dan menceritakan bagaimana perjuangan saya untuk sampai ketempat ini.
Saya semakin yakin Tuhan selalu memberi cobaan yang pasti bisa diselesaikan.
Saya sebenarnya tidak suka promosi tapi untuk kali ini saya sampaikan bahwa saya
mencetak di GKM Print berlokasi di Jalan Rajawali Raya/ Sukaharjo No.1 A1
Condong Catur. Saya tidak mendapat diskon karena menuliskan nama percetakan
disini, tapi sebagai bentuk trimakasih saya sampaikan lokasi percetakannya di
blog. Harganya memang cukup mahal disbanding yang lain, tapi dari segi
pelayanan bisa diacungi jempol dan yang terpenting senin – sabtu buka 24 jam
dan hari minggu buka sampai jam 11, percayalah akan agak sulit mencari
percetakan yang buka dihari minggu sampai jam 11 lengkap dengan operatornya.
Akhirnya jam 11 kurang 15 menit petanya sudah tercetak
sesuai pesanan. Saya langsung pulang dan berisitrirahat karena besok jam 6.30
pagi sudah harus berada di kantor pusat UGM untuk responsi dan menampilkan peta ke Dosen. Esoknya
responsi berjalan cukup lancar, semua pertanyaan bisa terjawab dengan baik,
Bapak Dosen juga tidak tau bagaimana perjuangan mecetak peta ini (kecuali
beliau baca blog saya J) , yang terpenting saya sudah
mengerjakan tugas saya dan melewati semua proses pembuatan peta ini sampai
akhir. Dan terakhir perjalanan mencetak peta sampai responsi ini berakhir di warung makan bubur ayam dipinggir jalan
kaliurang, entah kenapa buburnya terasa nikmat dan dunia seolah menyambut
hangat saya pagi itu juga setelah responsi.
No comments:
Post a Comment